Pembuatan Pupuk Organik dan Pestisida Nabati

selama 16 minggu atau selama budidaya padi sehat 4 bulan, mulai dari persiapan benih hingga panen. Penerapan padi sehat yang dianalisis dalam penelitian ini dilihat dari luas sawah padi sehat dan penggunaan benih, pembuatan pupuk kompos, MOL, dan pestisida nabati, persiapan lahan, pengadaan benih, persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, dan panen. Semua kegiatan budidaya padi sehat tersebut yang dilakukan oleh petani akan dibandingkan dengan standar penerapan teknologi padi sehat berdasarkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta serta Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta tahun 2007 dalam seri informasi PRIMATANI No.1 Tahun 2007 dan Standard Operational Procedure SOP Gapoktan Mekar Tani. Luas sawah yang ditanami padi sehat oleh petani responden perlu diketahui untuk melihat persentase penerapan teknologi padi sehat berdasarkan total sawah yang mereka kuasai. Persentase petani mitra yang menanam padi sehat pada seluruh sawah yang dikuasainya lebih banyak pada petani mitra 76,9 persen dibandingkan petani non mitra 63,3 persen. Hal ini berarti petani mitra lebih tertarik untuk melakukan penerapan teknologi padi sehat dibandingkan petani non mitra. Rata-rata petani mitra sudah menanam padi sehat sebesar 87,4 persen dari seluruh luas lahan yang dikuasainya, sedangkan petani mitra sebesar 80,2 persen. Berarti dengan adanya kemitraan, dapat mendorong petani untuk mengusahakan padi sehat pada seluruh sawah yang dikuasainya.

7.4.1. Pembuatan Pupuk Organik dan Pestisida Nabati

Pembuatan sendiri pupuk organik dan pestisida nabati menjadi salah satu penerapan teknologi padi sehat karena dapat mengurangi biaya produksi. Pembuatan pupuk organik dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuknya, yaitu padat dan cair. Pupuk organik padat atau biasa disebut kompos, dapat dibuat dari berbagai bahan, jerami atau kotoran ternak. Petani di Kecamatan Kebon Pedes biasanya menggunakan pupuk organik padat dari kotoran ternak, sapi atau domba. Bahan campuran lainnya yaitu bekatul, arang sekam, dekomposer, hijauan, pospat alam kapur dan air. Dengan perbandingan kotoran hewan 60 persen, bekatul dua persen, arang sekam 10 persen, dekomposer satu persen, pospat alam 7 persen dan air secukupnya. Agar pupuk yang dihasilkan bagus, maka setiap tiga hari sekali pupuk diaduk atau dibalik dan ditutup. Setelah 30 hari, pupuk sudah terfermentasi dengan baik dan dapat digunakan. Bila pupuk kompos kurang dari 30 hari, pupuk kompos biasanya kurang busuk terfermentasi, sehingga zat haranya kurang. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk cair dan pestisida nabati berbeda walaupun bentuknya sama-sama cair. Pembuatan pupuk cair atau biasa disebut MOL microorganisme lokal dibuat dengan berbagai bahan, yaitu urin sapi, kelinci, atau domba, rebung bambu muda, air tebu, batang pisang, buah maja, keong, air nira, air kelapa, dan daun-daunan orok-orok, cleresede. Bahan-bahan tersebut lalu difermentasikan selama 15 hari. Pestisida nabati bisanya dibuat oleh petani sebagai pencegahan datangnya hama dan penyakit. Pestisida nabati dibuat dari campuran daun sirsak 2 kg, tembakau ½ kg, cabai rawit ½ kg, bawang putih ½ kg, kencur ¼ kg, biji mahoni ¼ kg, brotowali ½ kg, gadung 1 kg, dan air 10 liter. Bahan-bahan tersebut dihaluskan dan dicampur, lalu difermentasi minimal selama 72 jam 3 hari. Persentase petani responden yang telah membuat pupuk organik dan pestisida nabati dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Pembuatan Pupuk Organik dan Pestisida Nabati di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati Petani Mitra persen Petani Non Mitra persen Sesuai Tidak Sesuai Tidak Membuat Jumlah Sesuai Tidak Sesuai Tidak Membuat Jumlah Membuat pupuk organik padat kompos minimal selama 30 hari 11,5 38,5 50,0 100 6,7 16,7 76,7 100 Membuat pupuk cair MOL selama 15 hari 19,2 46,2 34,6 100 3,3 26,7 70,0 100 Membuat pestisida nabati selama 3 hari 46,2 15,4 38,5 100 6,7 6,7 86,7 100 Petani mitra lebih banyak yang telah membuat pupuk organik dan pestisida nabati sendiri maupun berkelompok dibandingkan petani non mitra. Berarti pengetahuan petani mitra lebih banyak mengenai pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati dibandingkan petani non mitra karena telah mengaplikasikannya secara langsung, walaupun belum sesuai dengan standar. Petani mitra mendapatkan pengetahuan pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati dari sekolah lapang padi sehat.

7.4.2. Persiapan lahan