Petani mitra juga menyampaikan berbagai harapan kedepan untuk pelaksanaan kemitraan ini agar menjadi lebih baik lagi. Harapan yang paling
banyak disampaikan petani mitra adalah peningkatan harga gabah 42,3 persen. Harga gabah saat ini dirasa kurang oleh petani, karena perbedaannya dengan
gabah konvensional rata-rata hanya Rp 500,00 per kg. Harga gabah padi sehat di luar Kecamatan Kebon Pedes, lebih tinggi dari yang diberikan Gapoktan Mekar
Tani. Petani juga mengharapkan harga gabah tersebut berada pada harga yang stabil tanpa mengikuti harga pasar sehingga petani mempunyai kepastian harga
jual gabah. Harapan petani mitra lainnya yaitu mendapatkan pinjaman modal 19,2 persen dan ada satu orang petani yang ingin bermitra secara langsung
dengan perusahaan mitra tanpa melalui Gapoktan Mekar Tani. Seluruh petani mitra saat ini berencana akan melanjutkan kemitraan
walaupun berbagai keluhan yang dialami. Hal ini dikarenakan mereka sudah merasa terikat kontrak dengan perusahaan mitra dan masih sedikitnya pembeli
gabah padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes. Seluruh petani akan melanjutkan kemitraan karena mereka masih merasakan manfaat. Bila manfaat yang dirasakan
dari kemitraan berkurang atau merugikan, tentu mereka tidak akan melanjutkan kemitraan.
6.5. Kendala Pelaksanaan Kemitraan
Berikut ini kedala kemitraan yang dirasakan oleh petani mitra, Gapoktan Mekar Tani, dan PT. Medco Intidinamika, sebagai pihak yang melaksanakan
kemitraan, antara lain:
1. Keterlambatan Pembayaran Kepada Petani Mitra
Keterlambatan pembayaran kepada petani mitra karena Gapoktan Mekar Tani kekurangan modal untuk membayar secara langsung saat petani mitra
mengirimkan hasil produksi. Kontrak kerjasama yang dibuat dengan perusahaan mitra, biasanya dilaksanakan untuk jangka waktu empat bulan dengan
pembayaran yang bertahap. Sedangkan petani mitra melakukan panen dan mengirimkan hasil produksinya berbeda-beda. Tidak semua dilakukan setelah
Gapoktan Mekar Tani mendapatkan pembayaran dari perusahaan mitra, sehingga Gapoktan Mekar Tani harus meminjam uang kepada pihak lain untuk membayar
hasil produksi petani mitra.
Gapoktan Mekar Tani pun terkendala pembayaran dari perusahaan mitra, jika beras sehat yang dikirimkan belum memenuhi kuota yang diminta
perusahaan, maka pembayaran belum dapat dilakukan. Sebaiknya, pembayaran yang dilakukan bertahap tersebut, pada pembayaran tahap satu danatau kedua,
persentase yang dibayarkan dari nilai total ditingkatkan hingga 10 persen dua kali lipat dari kesepakatan saat ini dan dibayarkan langsung setelah Gapoktan Mekar
Tani mengirimkan beras sehat. Bila Gapoktan Mekar Tani belum memenuhi kuota pengiriman beras sehat, sebaiknya pembayaran dilakukan sebesar 50 persen dari
total nilai pengiriman. Hal ini dilakukan agar Gapoktan Mekar Tani tidak kekurangan modal untuk membayar hasil produksi petani mitra.
2. Belum Meratanya Distribusi Pinjaman Benih dan Modal dari
Perusahaan Mitra
Pendistribusian pinjaman benih dan modal dari perusahaan mitra yang kurang merata, sehingga belum semua petani mitra mendapatkannya. Gapoktan
Mekar Tani belum bisa mengatur pendistribusian pinjaman ini dengan baik. Bahkan Gapoktan Mekar Tani belum mempunyai data yang lengkap siapa saja
petani yang bergabung dalam kemitraan. Hal ini dikarenakan semua urusan kemitraan yang dilakukan Gapoktan Mekar Tani hanya diatur oleh satu orang
saja, yaitu ketua gapoktannya. Down payment DP dari perusahaan mitra kemungkinan tidak semua diberikan kepada petani mitra sebagai pinjaman modal
untuk awal penanaman karena juga digunakan untuk pembayaran gabah padi sehat kepada petani secara langsung saat pengiriman.
Hanya satu orang yang mengatur kemitraan di dalam Gapoktan Mekar Tani membuat kemitraan ini kurang berjalan maksimal dan transparan. Pengurus
Gapoktan Mekar Tani yang terbentuk pada tahun 2009, tidak berjalan dengan baik. Organigram yang terpasang di sekretariat Gapoktan Mekar Tani hanya
sekedar nama saja, tanpa ada realisasi tugas. Menurut beberapa pengurus Gapoktan Mekar Tani yang merupakan petani responden, mengatakan bahwa
mereka tidak disertakan dalam berbagai kegiatan Gapoktan Mekar Tani, termasuk pelaksanaan kemitraan. Kurang transparannya kemitraan dirasakan oleh beberapa
petani mitra ini karena pengelolaan keuangan hanya dilakukan sendiri oleh ketua Gapoktan. Uang muka yang diberikan perusahaan mitra nilainya puluhan juta
rupiah bila dikelola dengan baik seharusnya seluruh petani mitra mendapatkan pinjaman modal.
Sebaiknya Gapoktan Mekar Tani mempunyai pengurus yang mengatur kemitraan, mulai dari persiapan lahan hingga pengiriman. Pengurus tersebut dapat
berasal dari luar Gapoktan Mekar Tani karena petani mitra juga banyak yang berasal dari luar Gapoktan Mekar Tani. Hal ini disarankan agar pelaksanaan
kemitraan lebih maksimal dan transparan.
3. Kurangnya Sosialiasi Mekanisme Kemitraan kepada Petani Mitra
Petani mitra ada yang merasa tidak melakukan kemitraan padahal gabah padi sehat yang mereka hasilkan selanjutnya dijual kepada perusahaan mitra.
Kondisi ini terjadi pada petani mitra yang menjual hasil produksinya melalui perwakilan desanya, yang selanjutnya dikirimkan kepada Gapoktan Mekar Tani.
Hal ini dikarenakan, kurangnya sosialisasi mekanisme kemitraan kepada petani mitra. Petani mitra banyak yang belum mengetahui apa manfaat yang mereka
dapatkan dalam kemitraan, sehingga komitmen mereka masih rendah. Bila pengurus kemitraan sudah ada saran untuk point 2, sebaiknya
diadakan pertemuan rutin antara petani mitra untuk memberikan sosialisasi mekanisme kemitraan dan rencana selanjutnya dalam kemitraan. Dengan adanya
pertemuan rutin tersebut petani mitra dapat memberikan masukan kepada pengurus, sehingga terciptanya transparansi kemitraan. Pada pertemuan tersebut
juga dapat diundang perwakilan perusahaan mitra untuk dilakukan tukar pendapat.
4. Keterlambatan Pengiriman dan Kuota Beras Sehat yang Belum
Terpenuhi
Perusahaan mitra mengeluhkan keterlambatan pengiriman dan kuota beras sehat yang belum terpenuhi. Hal ini dikarenakan pengurus kemitraan hanya ketua
Gapoktan Mekar Tani saja. Bila ketua Gapoktan Mekar Tani berhalangan untuk mengatur pengiriman beras, maka tidak ada penggantinya, sehingga terjadinya
keterlambatan pengiriman. Kuota beras sehat yang belum dapat dipenuhi oleh Gapoktan Mekar Tani dikarenakan luas sawah padi sehat di Desa Jambenenggang
sangat sedikit. Luas sawah di desa ini paling sempit di Kecamatan Kebon Pedes. Untuk mengatasinya, maka Gapoktan Mekar Tani melakukan kerjasama dengan
poktan atau gapoktan lain didalam dan diluar Kecamatan Kebon Pedes.
Faktor cuaca juga menjadi kendala pada saat pengeringan gabah padi sehat, sehingga kuota beras sehat yang dikirimkan belum terpenuhi sesuai
permintaan. Gapoktan Mekar Tani akan mendapatkan mesin pengering gabah dari dinas pertanian, sehingga cuaca tidak lagi menjadi kendala saat pengeringan.
Selain itu, sebaiknya petani mitra melakukan penjemuran gabah terlebih dulu sebelum dikirimkan ke Gapoktan Mekar Tani, sehingga harga jualnya menjadi
lebih tinggi dan Gapoktan Mekar Tani dapat langsung melakukan pengilingan. Bila petani menjual gabah dalam bentuk GKG Gabah Kering Giling maka
petani akan mendapatkan harga jual Rp 1.200,00 lebih tinggi dari GKG konvensional.
6.6. Manfaat kemitraan