sehat bagi keluarga. Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 41.
Tabel 41.
Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Penerimaan Usahatani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012
Penerimaan Tunai Penerimaan Diperhitungkan
Total Penerimaan Mann-Whitney
U 177.500
383.500 214.500
Wilcoxon W 642.500
734.500 679.500
Z -3.492
-.107 -2.884
Asymp. Sig. 2- tailed
.000 .915
.004
8.2. Biaya Usahatani Padi Sehat
Biaya usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan, yang dapat dilihat pada Tabel 42.
Tabel 42. Biaya Rata-rata Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon
Pedes Tahun 2012
Keterangan Petani Mitra
Rpha Persentase
Petani Non Mitra Rpha
Persentase
Biaya Tunai
Benih 101.727,29
0,77 238.394,18
1,78 Pupuk Organik
1.002.120,86 7,63
756.045,74 5,66
Pupuk Kimia 100.465,98
0,77 546.787,65
4,09 Pupuk Cair
32.143,12 0,24
25.694,28 0,19
Pestisida Nabati 24.562,15
0,19 25.555,56
0,19 Pestisida Kimia
87.840,24 0,67
199.559,76 1,49
Tenaga Kerja Luar Keluarga
Non Borongan 1.902.120,39
14,49 3.188.614,48
23,86 Borongan
2.528.734,97 19,26
2.975.474,51 22,27
Sewa Lahan 5.785.732,28
44,08 3.175.227,27
23,76 Pajak Lahan
62.820,17 0,48
76.742,24 0,57
TOTAL 11.628.267,46
88,58 11.208.095,66
83,87 Biaya
Diperhitungkan Benih
55.342,83 0,42
50.509,09 0,38
Pupuk Organik -
- 45.555,56
0,34 Pupuk Kimia
- -
82.500,00 0,62
Pestisida Kimia 2.307,69
0.02 -
- Tenaga Kerja
Dalam Keluarga 1.440.888,07
10,98 1.976.864,84
14,79 TOTAL
1.498.538,59 11,42
2.155.429,49 16,13
TOTAL BIAYA 13.126.806,05
100,00 13.363.525,15
100,00
Gambaran biaya yang dikeluarkan diuraikan sebagai berikut :
1. Biaya Benih
Biaya benih dibedakan menjadi benih yang dibeli sendiri oleh petani dan benih dari bantuan pemerintah atau dari hasil panen sebelumnya. Benih yang
dibeli sendiri oleh petani mitra persentasenya lebih rendah 1,01 persen dibandingkan yang dikeluarkan oleh petani non. Benih yang didapat dari
pemerintah atau yang berasal dari hasil panen sebelumnya yang digunakan oleh petani mitra persentasenya hampir sama yang digunakan petani non mitra, hanya
selisih sebesar 0,04 persen. Total biaya benih, tunai maupun tidak tunai, yang dikeluarkan petani mitra lebih rendah dibandingkan petani non mitra. Hal ini
dikarenakan petani mitra hanya menanam satu sampai dua bibit per lubang sehingga membutuhkan benih yang lebih sedikit.
2. Biaya Pupuk
Biaya pupuk yang dikeluarkan oleh petani dibedakan menjadi pupuk yang dibeli sendiri dan yang berasal dari bantuan. Jenis pupuk juga dibedakan menjadi
pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra dengan perbedaan persentase
sebesar 1,97 persen. Selain beli sendiri petani non mitra mendapatkan bantuan pupuk organik sebesar Rp 45.555,56 per ha. Biaya untuk pupuk organik yang
dikeluarkan oleh petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra karena jumlah pemakaian pupuk organik lebih banyak digunakan oleh petani mitra
dibandingkan petani non mitra. Pupuk kimia yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih sedikit
dibandingkan petani non mitra dengan perbedaan persentase sebesar 3,32 persen. Pupuk kimia yang sering dibeli petani adalah pupuk urea, ZA, TSP, dan KCL.
Pupuk kimia ini biasanya dibeli di toko-toko pertanian yang berada di Kecamatan Kebon Pedes maupun di pasar. Petani non mitra juga mendapatkan bantuan pupuk
kimia sebesar Rp 82.500,00 per ha. Biaya pupuk kimia yang dikeluarkan oleh petani non mitra, enam kali lebih besar dibandingkan petani mitra.
3. Biaya Pestisida
Biaya pestisida dibedakan menjadi tunai dan diperhitungakan, serta dibedakan juga menjadi pestisida nabati dan kimia. Biaya pestisida nabati yang
dikeluarkan sendiri oleh petani mitra, persentasenya sama yang dikeluarkan oleh petani non mitra, yaitu sebesar 0,19 persen. Walaupun penggunaan pestisida
nabati petani mitra lebih banyak namun biaya yang dikeluarkan sama dengan petani non mitra. Berarti petani non mitra sudah membuat pestisida nabati namun
tidak menggunakannya sesuai standar. Pestisida nabati tidak ada yang termasuk biaya yang diperhitungkan karena petani hanya membuat sendiri pestisida nabati
dari bahan-bahan yang terdapat disekitar mereka dengan biaya sendiri. Pestisida kimia yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih rendah
dibandingkan petani non mitra dengan selisih persentase sebesar 0,82 persen. Petani mitra mendapatkan bantuan pestisida kimia sebesar Rp 2.307,69 per ha.
Hal ini menjadi salah satu kendala pengembangan padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes karena penjualan pestisida kimia masih banyak dilakukan oleh oknum dari
dinas pertanian yang bekerjasama dengan perusahaan pestisida kimia dengan terlebih dulu memberikan secara gratis sehingga petani tertarik untuk
menggunakannya. Total biaya yang paling besar dikeluarkan untuk pestisida, nabati maupun kimia, yaitu petani non mitra.
4. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja luar keluarga TKLK dan tenaga kerja dalam keluarga TKDK. Biaya TKLK yang dikeluarkan oleh
petani non mitra menjadi biaya yang paling besar 46,13 persen. Hal ini dikarenakan setiap aktivitas usahatani padi sehat, mulai dari penyemaian,
mengolah tanah, penanaman, penyiangan, pemupukkan, sampai pemanenan banyak menggunakan TKLK.
Upah untuk tenaga kerja pria rata-rata sebesar Rp 25.000,00 dan upah tenaga kerja wanita sebesar Rp 20.000,00 dengan jam kerja per hari selama lima
jam. Namun tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan menggunakan traktor atau kerbau serta panen menggunakan sistem pembayaran borongan. Pengolahan tanah
dengan traktor atau kerbau sudah termasuk biaya penyewaan alat bajak tersebut. Total biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan oleh petani non mitra
sebesar lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan oleh petani mitra dengan perbedaan persentase sebesar 12,38 persen.
Biaya TKDK juga paling banyak dikeluarkan oleh petani non mitra dibandingkan petani mitra dengan perbedaan persentase sebesar 3,81 persen,
sehingga total biaya tenaga kerja TKLK dan TKDL yang dikeluarkan petani non mitra lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan petani mitra. Luas sawah padi
sehat petani non mitra yang lebih sedikit dibandingkan petani mitra menyebabkan penggunaan tenaga kerja menjadi kurang efesien, sehingga biaya tenaga kerja
yang dikeluarkan petani non mitra menjadi lebih besar.
5. Sewa Lahan
Biaya sewa lahan merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani mitra. Biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani mitra lebih besar dibandingkan
yang dikeluarkan petani non mitra dengan selisih 20,32 persen. Walaupun petani non mitra lebih banyak yang menyewa lahan, namun luas sawah yang disewa
lebih sedikit dibandingkan petani non mitra, sehingga biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani mitra lebih besar.
Sewa lahan biasanya dilakukan dengan sistem paroan setengah. Petani penggarap dan pemilik masing-masing akan mendapatkan setengah dari hasil
panen setiap musimnya. Pembayaran sewa lahan ini biasanya dengan menggunakan uang tunai sehingga setengah hasil panen tersebut dijual terlebih
dulu baru dibayarkan ke petani pemilik lahan. Namun, ada juga petani yang menyewa lahan dengan pembayaran yang sudah ditentukan diawal tanpa melihat
hasil panen. Biasanya sistem sewa ini dibayarkan setiap tahun.
6. Pajak Lahan
Pajak lahan hanya dibayarkan oleh petani pemilik. Petani yang menyewa tidak membayar pajak karena yang membayar pajak adalah petani pemilik lahan.
Pajak lahan yang dikeluarkan petani mitra tidak jauh berbeda yang dikeluarkan petani non mitra, hanya selisih 0,09 persen. Hal ini berarti petani non mitra lebih
banyak yang merupakan petani pemilik, walaupun luas lahan yang dimilikinya masih sedikit.
Bila dilihat secara keseluruhan, total biaya yang dikeluarkan petani mitra hampir sama yang dikeluarkan petani non mitra. Biaya yang dikeluarkan petani
mitra hanya lebih rendah 1,77 persen dari petani mitra. Berdasarkan uji Mann Whitney pun total biaya antara petani mitra dan non mitra tidak berbeda nyata
karena nilai Asymp. Sig
.
2 ≥ 0,05. Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 43.
Tabel 43. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Penerimaan Usahatan Padi Sehat
di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012
Total Biaya Usahatani Padi Sehat Mann-Whitney U
378.000
Wilcoxon W
729.000
Z
-.197
Asymp. Sig. 2-tailed
.844 Tidak berbeda nyata total biaya usahatani padi sehat petani mitra dengan
non mitra, karena kemitraan belum melayani aspek input. Walaupun sudah ada pinjaman benih, namun pendistribusiannya belum merata sehingga belum
dirasakan oleh semua petani mitra. Untuk pelaksanaan kemitraan yang akan datang, disarankan kemitraan melayani aspek input. Seperti yang diungkapkan
Brinkerhoff et al. 1990 dalam Sumarjo et al. 2004, bahwa kemitraan sebagai suatu sistem harus memiliki unsur-unsur, salah satunya input. Pelayanan pada
aspek input dilakukan agar pelaksanaan usahatani menjadi lebih efesien. Bila dilihat dari biaya tunai, petani mitra mengeluarkan biaya tunai lebih besar 3,6
persen dari petani non mitra. Walaupun nilai perbedaan tersebut kecil, namun dapat mengindikasikan bahwa kemitraan dapat mempermudah petani mitra
mengakses pasar input.
8.3. Pendapatan Usahatani Padi Sehat