dengan kondisi tersebut sawah dapat kembali ditumbuhi gulma. Sebaiknya sawah dalam kondisi macak-macak dilakukan saat penanaman. Dua hari menjelang
penyiangan sawah kembali digenangi air setinggi dua cm sampai selesai penyiangan. Pada saat pemupukan, kondisi air kembali hanya macak-macak dan
dua minggu sebelum panen sawah dikeringkan total.
7.4.3. Pengadaan Benih
Benih merupakan salah satu input terpenting dalam mengusahakan berbagai tanaman, termasuk padi sehat. Pengadaan benih harus diperhatikan
dengan baik. Mulai dari varietas yang digunakan, cara dan tempat mendapatkan benih, kualitas benih, warna label, serta jumlah dan perlakuan pada benih.
Varietas benih yang paling sering digunakan oleh petani responden adalah varietas ciherang, baik petani mitra 76,9 persen maupun non mitra 86,7 persen.
Varietas yang paling banyak digunakan kedua adalah varietas sintanur. Varietas lainnya yang digunakan petani responden adalah varietas inpari 13. Varietas inpari
13 hanya digunakan oleh petani mitra karena varietas tersebut didapat dari perusahaan mitra.
Petani mendapatkan benih melalui berbagai cara dan tempat. Petani responden, baik petani mitra maupun non mitra mendapatkan benih paling banyak
dengan membeli sendiri. Petani biasanya membeli benih di toko pertanian atau ditetangga. Cara lain yang digunakan petani responden adalah membuat benih
sendiri. Benih dihasilkan dari hasil panen sebelumnya yang dipilih dengan kualitas yang baik.
Petani yang mendapatkan benih dari kelompok tani merupakan benih bantuan dari PPLDinas Pertanian. Petani tidak mendapatkan benih secara gratis
karena petani membayar uang transportasi bagi pengurus kelompok tani yang mengantarkan benih tersebut ke rumah mereka. Pengurus yang mengantarkan
benih biasanya berjalan kaki sambil memanggul benih. Satu kantong benih yang berisi lima kilogram biasanya dibayar seharga Rp 10.000,00.
Benih yang diberikan Asosiasi Padi Sehat yang kepada petani mitra merupakan benih dari perusahaan mitra. Asosiasi hanya menjadi perantara
pendistribusian benih dari perusahaan mitra. Petani mitra yang sering menggunakan benih dari perusahaan mitra hanya tiga orang. Petani mitra lainnya
lebih sering membeli dari pihak lain, karena tidak mendapatkan pinjaman benih dari perusahaan mitra. Berarti kemitraan belum memberikan kemudahan bagi
petani mitra untuk mendapatkan benih. Cara dan tempat mendapatkan benih padi dapat dilihat Tabel 30.
Tabel 30.
Jumlah Petani Responden Berdasarkan Cara dan Tempat Mendapatkan Benih Padi di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012
Cara dan Tempat mendapatkan benih padi
Petani mitra Petani non mitra
Jumlah Petani orang
Persentase Jumlah Petani orang
Persentase Buat sendiri
4 15,4
5 16,7
Beli 15
57,7 18
60,0 Kelompok Tani
3 11,5
2 6,7
Asosiasi Petani Padi Sehat 1
3,8 -
- Perusahaan Mitra
2 7,7
- -
PPLDinas Pertanian 1
3,8 5
16,7
Jumlah 26
100,0 30
100,0
Kualitas benih yang digunakan dilihat berdasarkan sertifikasi benih oleh BPSB Badan Pengawasan Sertifikasi Benih, benih organik, dan label benih yang
digunakan. Petani responden sebagian besar telah menggunakan benih bersertifikat BPSB, baik petani mitra maupun non mitra. Walaupun sebagian
besar telah menggunakan benih bersertifikat, namun benih tersebut tidak semua merupakan benih organik. Petani mitra yang menggunakan benih organik lebih
banyak dibandingkan petani non mitra. Berarti kemitraan mendorong petani untuk menggunakan benih yang berkualitas, yaitu yang bersertifikat dan organik.
Kualitas benih yang digunakan petani responden dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Persentase Petani Responden Berdasarkan Kualitas Benih yang
Digunakan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012
Kualitas benih Petani Mitra persen
Petani Non Mitra persen Ya
Tidak Tidak
Tahu
Jumlah
Ya Tidak
Tidak Tahu
Jumlah
Bersertifikat Badan Pengawasan
Sertifikat Benih BPSB
57,7 15,4
26,9 100
46,7 30,0
23,3 100
Benih Organik 46,2
7,7 46,2
100 13,3
46,7 40,0
100
Kualitas benih yang juga harus diperhatikan adalah warna label benih. Petani responden, mitra maupun non mitra paling banyak yang menggunakan
benih berlabel biru. Warna label lainnya yang digunakan oleh petani responden adalah ungu. Hanya petani mitra yang menggunakan benih berlabel ungu karena
benih tersebut berasal dari perusahaan mitra. Petani yang menggunakan benih dengan label ungu dapat menggunakan benih hasil penanaman pertama pada
musim selanjutnya. Namun karena masih sedikitnya petani mitra yang mendapatkan benih berlabel putih dari perusahaan mitra, sehingga petani mitra
lebih banyak yang menggunakan benih berlabel biru. Warna label benih yang digunakan oleh petani reponden dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Warna Label Benih yang
Digunakan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012
Warna label benih yang
digunakan Petani mitra
orang Persentase
Petani non mitra orang
Persentase Ungu
2 7,7
- -
Biru 19
73,1 15
50,0 Tidak Tahu
1 3,8
3 10,0
Tidak Berlabel 4
15,4 12
50,0
Jumlah 26
100,0 30
100,0
Selain kualitas, kuantitas benih juga harus diperhatikan dalam penerapan teknologi padi sehat agar pertumbuhan tanaman padi menjadi optimal. Standar
penggunaan benih yaitu sebanyak 8 – 15 kg benih per ha. Seluruh petani non
mitra tidak menggunakan benih sesuai standar. Petani non mitra masih menggunakan benih lebih banyak dari standar karena mereka menanam bibit padi
lebih dari dua setiap lubangnya karena petani khawatir bila hanya menanam sedikit benih lalu bibit padinya dimakan keong maka tidak ada lagi bibit yang
lain. Berarti dengan adanya kemitraan, mendorong petani untuk menggunakan
benih sesuai standar, agar menghasilkan gabah dengan lebih efesien.
Sebelum disebarkan pada lahan persemaian, benih terlebih dahulu direndam dalam air selama 24 jam dan diperam didalam karung atau plastik
selama 48 jam untuk merangsang perkecambahan secara serempak. Benih yang direndam selama 24 jam lebih banyak yang dilakukan oleh petani mitra
dibandingkan petani non mitra. Sedangkan benih yang diperam selama 48 jam lebih sedikit yang dilakukan oleh petani mitra dibandingkan petani non mitra.
Petani mitra sebagian besar hanya memeram benih selama 24 jam. Ada satu orang petani mitra yang tidak memeram benih selama 48 jam. Jumlah dan perlakuan
pada benih yang dilakukan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Benih yang
Digunakan dan Perlakuan pada Benih di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012
Jumlah dan Perlakuan pada Benih
Petani Mitra persen Petani Non Mitra
persen Sesuai Tidak
Sesuai
Jumlah Sesuai Tidak
Sesuai
Jumlah
Jumlah benih yang digunakan sebanyak 8
– 15 kgha
30,8 69,2
100
- 100
100
Benih direndam selama 24 jam
30,7 69,3
100
6,7 93,3
100
Benih diperam selama 48 jam
57,7 42,3
100
83,3 16,7
100
7.4.4.
Persemaian
Penerapan teknologi dalam persemaian dilihat dari luas lahan, penggunaan pupuk organik, dan penggunaan pestisida nabati. Luas lahan persemaian untuk
satu kilogram benih minimal seluas 4 m
2
agar pertumbuhan bibit menjadi optimal dan serempak. Petani mitra lebih sedikit yang melakukan standar persemaian
tersebut, dibandingkan petani non mitra. Lahan persemaian harus diberikan pupuk organik sebanyak 2 kgm
2
agar pertumbuhan bibit lebih cepat dan baik. Petani mitra lebih banyak yang menggunakan pupuk organik pada lahan persemaian
dibandingkan petani non mitra. Penggunaan pestisida nabati pada lahan persemaian dilakukan untuk pencegahan hama dan penyakit pada bibit, minimal
dua kali penyemprotan. Petani mitra lebih banyak yang melakukan standar ini dibandingkan petani non mitra. Standar persemaian yang dilakukan oleh petani
responden dapat dilihat pada Tabel 34. Bila dilihat secara keseluruhan, petani mitra lebih banyak yang melakukannya persemaian sesuai standar. Hal ini berarti
dengan kemitraan mendorong petani untuk menerapkan teknologi padi sehat dengan baik pada tahap persemaian, seperti menggunakan pupuk organik dan
pestisida nabati dalam persemaian.
Tabel 34.
Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Persemaian yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012
Standar Persemaian
Petani Mitra persen Petani Non Mitra persen
Sesuai Tidak
Sesuai Tidak
Melakukan
Jumlah
Sesuai Tidak
Sesuai Tidak
Melakukan
Jumlah
Luas lahan persemaian satu
kilogram benih minimal seluas
4m
2
57,7 42,3
- 100
66,7 33,3
- 100
Penggunaan pupuk organik
pada lahan persemaian
sebanyak 2 kgm
2
34,6 50,0
15,4 100
6,7 53,3
40 100
Menggunakan pestisida nabati
minimal sebanyak 2 kali sebagai
pencegahan 26,9
38,5 34,6
100
13,3 20,0
66,7
100
7.4.5.
Penanaman
Penanaman merupakan salah satu proses budidaya yang penting dan harus dilakukan sesuai standar agar tanaman padi sehat tumbuh dengan baik. Standar
penanaman padi sehat, yaitu menggunakan bibit muda, jumlah daun bibit minimal empat lembar, satu lubang ditanam 1
– 2 bibit, bibit ditanam dengan kedalaman maksimal satu cm, jarak antar rumpun tanam 25
– 30 cm, dan ditanam dengan sistem legowo. Petani mitra lebih sedikit yang melakukan menggunakan bibit
muda dengan usia 12 – 20 HSS hari setelah semai dibandingkan petani non
mitra. Bibit yang ditanam mempunyai jumlah daun minimal empat lembar. Petani mitra lebih rendah yang melakukan standar ini dibandingkan petani non mitra. Hal
ini dikarenakan petani mitra ada yang menanam bibit pada umur yang lebih muda dari standar yaitu 10 HSS. Berarti kemitraan belum mendorong petani untuk
menerapkan teknologi padi sehat pada tahap penanaman, yaitu menggunakan bibit pada usia 12-20 HSS. Petani mitra belum semua yang menerapkan standar ini
kemungkinan karena pemikiran mereka mengenai bibit muda yang digunakan dalam penanaman padi sehat yaitu berada dibawah usai 12 HSS.
Satu lubang ditanam sebanyak 1 – 2 bibit agar pertumbuhan tanaman padi
baik dan setiap tanaman tercukupi unsur haranya. Jumlah petani mitra yang melakukan standar ini lebih banyak dibandingkan petani non mitra. Masih
banyaknya petani yang tidak melakukan penanaman sebanyak 1 – 2 bibit setiap
lubang karena mereka khawatir tanaman padi yang masih muda akan dimakan oleh keong dan apabila bibit yang ditanam dimakan oleh keong maka masih ada
bibit padi yang lainnya dalam lubang tersebut. Untuk mengatasi hal ini, petani dapat menggunakan kamalir atau parit yang mengelilingi tanaman padi sehingga
keong tidak akan naik dan memakan tanaman padi, namun hanya berada di parit tersebut.
Bibit harus ditanam dengan kedalaman maksimal satu cm, agar bibit cepat tumbuh dengan baik. Petani mitra yang melakukan standar ini lebih banyak
dibandingkan petani non mitra. Jarak antar rumpun juga harus diperhatikan dalam penanaman padi sehat. Jarak antar rumpun tanam yang baik yaitu 25
– 30 cm. Jumlah petani mitra lebih banyak yang melakukan standar tersebut dibandingkan
petani non mitra dengan perbedaan persentase sebesar 20,76 persen. Berarti kemitraan telah mendorong petani untuk melakukan tahapan penanaman ini sesuai
standar. Petani yang telah mengikuti penyuluhan dan pelatihan tentu mengetahui
standar penanaman ini dan ingin menerapkannya. Namun karena penanaman biasanya dilakukan oleh orang lain tenaga kerja luar keluarga, petani tidak dapat
mengawasinya satu persatu pekerja. Petani biasanya hanya memberikan pengarahan saja kepada tenaga kerja yang melakukan penanaman bagaimana
standar penanaman yang baik tanpa pengawasan langsung di sawah sehingga semua pekerjaaan diserahkan kepada tenaga kerja. Tidak semua tenaga kerja
mengikuti saran petani untuk menanam sesuai standar karena kekurangan pengetahuan dan pengalaman mereka. Standar penanaman padi sehat yang
dilakukan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Penanaman yang
Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Standar Penanaman
Petani Mitra persen Petani Non Mitra
persen
Sesuai Tidak Sesuai
Jumlah Sesuai Tidak
Sesuai
Jumlah
Menggunakan bibit padi berumur 12
– 20 HSS 76,9
23,1 100
90 10
100
Jumlah daun bibit minimal sebanyak 4
lembar 26,9
73,1
100
40 60
100
Satu lubang ditanam 1 - 2 bibit
65,4 34,6
100 30
70 100
Bibit ditanam dengan kedalaman maksimal 1
cm 80,8
19,2
100
56,7 43,3
100
Jarak antar rumpun tanam 25
– 30 cm 80,8
19,2
100
60 40
100
Penanaman dengan menggunakan sistem legowo juga merupakan penerapan teknologi. Cara tanam padi sistem legowo merupakan rekayasa
teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usahatani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi
tanam jajar legowo. Legowo diambil dari bahasa Jawa Banyumas yang berasal dari kata lego dan dowo; lego artinya luas dan dowo artinya memanjang. Jadi
antara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang setiap barisnya Supriapermana et al. 1990, diacu dalam Pahruddin et al 2004.
12
Penanaman dengan menggunakan sistem ini terkendala juga pada pengetahuan dan pengalaman tenaga kerja. Petani responden telah menggunakan sistem legowo
sebesar 60,71 persen dan yang paling banyak melakukannya adalah petani mitra 65,4 persen dibandingkan petani non mitra 56,7 persen. Sistem legowo yang
paling banyak digunakan oleh petani responden adalah sitem legowo 3:1 dan 4:1.
12
Pahruddin et al. 2004. Cara Tanam Padi Sistem Legowo Mendukung Usahatani Padi di Desa Bojong, Cikembar, Sukabumi. http:www.pustaka.litbang.deptan.go.idpublikasibt091044.pdf
[03 Juni 2012]
7.4.6. Penyiangan