Laju Degradasi Sumberdaya Laju Depresiasi Sumberdaya Instrumen Kebijakan Sumberdaya Perikanan

Asumsi yang digunakan dalam pengembangan model Gordon Schaefer antara lain: 1. Harga per satuan output Rpkg diasumsikan konstan atau kurva permintaan diasumsikan elastis sempurna. 2. Biaya per satuan upaya c dianggap konstan 3. Spesies sumberdaya ikan bersifat tunggal 4. Struktur pasar bersifat kompetitif 5. Hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan tidak memasukkan faktor pasca panen.

2.4 Laju Degradasi Sumberdaya

Degradasi mengacu pada penurunan kualitaskuantitas sumberdaya alam yang dapat terbarukan renewable resources. Artinya kemampuan alami sumberdaya alam dapat terbarukan untuk beregenerasi sesuai kapasitas produksinya berkurang. Kondisi ini terjadi baik secara alami maupun pengaruh dari aktivitas manusia. Degradasi sering terjadi akibat aktivitas yang dilakukan manusia. Aktivitas tersebut berupa aktivitas produksi seperti penangkapan ikan berlebihan maupun non-produksi seperti pencemaran limbah Fauzi dan Anna, 2005. Pentingnya analisis perhitungan kerusakan lingkungan yang berkaitan dengan degradasi sumberdaya alam adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan komperehensif mengenai kondisi sumberdaya. Hal ini dapat dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan yang tepat dalam pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan Fauzi dan Anna, 2005.

2.5 Laju Depresiasi Sumberdaya

Menurut Fauzi dan Anna 2005, depresiasi merupakan pengukuran deplesi dan degradasi yang dirupiahkan. Degradasi mengacu pada indikator besaran fisik dimana depresiasi sumberdaya ditujukan untuk mengukur perubahan nilai moneter dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Nilai depresiasi ini mengacu pada nilai riil bukan nilai nominal yang merupakan indikator perubahan harga seperti inflasi dan Indeks Harga Konsumen yang berlaku untuk setiap komoditi sumberdaya alam. Perikanan termasuk ke dalam sumberdaya alam yang dapat diperbaharui renewable resources sehingga depresiasi pada sumberdaya perikanan mengacu pada pengukuran nilai moneter dari degradasi perikanan Fauzi dan Anna, 2005.

2.6 Pendapatan dan Persepsi Nelayan dalam Pengelolaan Perikanan

2.6.1 Pendapatan Nelayan

Pendapatan rumah tangga nelayan merupakan penjumlahan penerimaan dari sektor perikanan dan bukan sektor perikanan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan nelayan. Pendapatan menunjukkan tingkat kesejahteraan nelayan. Setiap alat tangkap yang digunakan nelayan memiliki selektivitas yang berbeda. Hal ini mengakibatkan pendapatan nelayan bervariasi untuk setiap alat tangkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan tersebut antara lain: jumlah produksi, biaya, kekuatan fisik, pengalaman, dan penguasaan teknologi.

2.6.2 Persepsi Nelayan

Persepsi merupakan konsep dan kajian psikologi. Langevelt 1996 dalam Harianto 2001 mendefinisikan persepsi sebagai pandangan individu terhadap suatu obyek stimulus. Akibat adanya stimulus, individu memberikan reaksi respon berupa penerimaan dan penolakan. Konteks persepsi terhadap kelestarian sumberdaya ikan Bilih adalah respon nelayan terhadap penurunan jumlah populasi ikan Bilih. Menurut Saarinen 1976, persepsi sosial social perception berkaitan dengan pengaruh faktor-faktor sosial dan budaya. Persepsi dibutuhkan dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Asngari 1986 menyatakan bahwa persepsi individu terhadap lingkungan merupakan faktor penting dalam menentukan sikap dan tindakan terhadap lingkungan. Oleh karena itu persepsi tidak bersifat statis. Persepsi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah nilai-nilai dalam diri yang dipadukan dengan hal-hal yang mencakup panca indera. Faktor ini kemudian dipadukan dengan faktor ekternal seperti keadaan lingkungan fisik dan sosial yang direspon melalui tindakan. Menurut Effendy 1984, persepsi individu dipengaruhi oleh tiga faktor: 1 diri orang yang bersangkutan sikap, motivasi, kepentingan, pengalaman, dan harapan; 2 sasaran persepsi orang, benda atau peristiwa; 3 situasi keadaan lingkungan.

2.6.3 Peranan Pendapatan dan Persepsi Nelayan dalam Pengelolaan

Perikanan Pendapatan dan persepsi nelayan tidak hanya mempengaruhi rencana pengelolaan sumberdaya perikanan tetapi juga menjadi tujuan dalam pengelolaan perikanan. Menurut Fauzi 2010, pengelolaan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan diperlukan karena regulasi diperlukan untuk mendorong terjadinya efisiensi dalam pengelolaan perikanan yang bersifat barang publik. Teori Gordon- Schaefer telah membuktikan bahwa perikanan yang tidak diatur open access cenderung menimbulkan inefisiensi karena terlalu banyak input yang digunakan. Pemanfaatan sumberdaya memerlukan regulasi untuk meningkatkan kualitas serta bobot dan ukuran ikan yang ditangkap dan untuk menghindari konflik antar pengguna sumberdaya, serta mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal serta untuk mendorong alokasi sumberdaya yang efisien. Pengelolaan terhadap sumberdaya ikan diperlukan dalam bentuk pengendalian jumlah, ukuran, atau jenis ikan yang ditangkap dan pengendalian upaya tangkapan serta bentuk pengelolaan lainnya untuk meningkatkan pendapatan nelayan. Pengelolaan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan terhadap stok ikan sehingga sumberdaya berada pada kondisi Maximum Economic Yield sehingga rente yang diterima masyarakat berada pada tingkat maksimum Fauzi, 2010.

2.7 Instrumen Kebijakan Sumberdaya Perikanan

Menurut Widodo dan Suadi 2006, sumberdaya perikanan perlu dikelola untuk menjamin pemanfaatan sumberdaya yang berkesinambungan, bertanggung jawab, dan efisien secara ekonomi. Pembuatan kebijakan pengelolaan perikanan membutuhkan pertimbangan terhadap aspek biologi, ekologi, sosial, dan ekonomi. Pertimbangan tersebut antara lain: 1. Pertimbangan biologi Sebagai populasi atau komunitas yang hidup, sumberdaya hayati mampu memperbaharui dirinya melalui proses pertumbuhan dalam ukuran panjang dan massa bobot individu selain pertambahan terhadap populasi atau komunitas melalui reproduksi. Tugas utama dari pemanfaatan perikanan adalah menjamin bahwa mortalitas penangkapan tidak melampaui kemampuan populasi untuk bertahan dan tidak mengancam atau merusak kelestarian serta produktivitas dari populasi ikan yang dimanfaatkan. 2. Pertimbangan ekologi dan lingkungan Lingkungan dari ikan jarang yang bersifat statis dan kondisi lingkungan akuatik dapat berubah secara nyata menurut waktu. Perubahan lingkungan tersebut dapat mempengaruhi dinamika dari populasi ikan, pertumbuhan, rekruitmen, mortalitas alami, atau kombinasi itu semua sehingga perlu dipertimbangkan. 3. Pertimbangan sosial, budaya, dan kelembagaan Populasi manusia bersifat dinamis dan perubahan sosial selalu terjadi karena dipengaruhi oleh perubahan kondisi politik dan faktor lainnya. Perubahan- perubahan ini dapat mempengaruhi efektivitas dan strategi pemanfaatan sehingga perlu dipertimbangkan dan diakomodasi. 4. Pertimbangan ekonomi Kekuatan pasar sangat berpengaruh terhadap pengelolaan perikanan. Kondisi pengelolaan perikanan yang dihadapkan pada kondisi akses terbuka open access membutuhkan pertimbangan pengelolaan yang efektif untuk menghindari terjadinya over exploitation. Fauzi 2010 menyatakan bahwa sumberdaya perikanan merupakan aset alam yang diekstraksi untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi manusia. Namun demikian aspek manfaat ini memiliki berbagai dimensi, baik dimensi ekonomi, ekologi, maupun sosial. Kompleksitas sumberdaya ikan ini menyebabkan tujuan pembangunan perikanan juga semakin kompleks. Tujuan pembangunan perikanan ini tertuang dalam UU 312004 jo UU No.45 tahun 2009 yaitu tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan serta terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan Bab IV, pasal 6 ayat 1, UU No.312004. Tujuan pembangunan perikanan menurut Fauzi 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Matriks Analitis dan Empiris Tujuan Pembangunan Perikanan Dimensi Pengelolaan Aspek Pengelolaan Keberlanjutan Efisiensi Ekonomi Equity Ekonomi 1. Memaksimumkan rente ekonomi 9 2. Meningkatkan pendapatan nelayan 9 9 3. Mempertahankan harga yang baik untuk konsumen 9 4. Meningkatkan efektivitas pembiayaan 9 5. Mengurangi overcapacity 9 6. Meningkatkan ekspordevisa 9 7. Meningkatkan penerimaan Negara 9 Sosial 8. Menyediakan lapangan pekerjaan 9 9. Mengurangi konflik antar nelayan dan stakeholders lainnya 9 10. Meningkatkan partisipasi perempuan 9 11. Menjaga hak-hak tradisionalskala kecil 9 Tekno-ekologi 12. Memaksimumkan tangkapan 9 13. Menstabilkan stok 9 14. Memelihara ekosistem yang sehat 9 15. Memperbaiki kualitas hasil tangkapan 9 16. Konservasi sumberdaya ikan 9 17. Mencegahmengurangi buangan waste of fish 9 18. Menstabilkan laju penangkapan Catch rates 9 Sumber: Fauzi, 2010 Secara umum tujuan pengelolaan perikanan menurut Widodo dan Suadi 2006 dibagi ke dalam empat kelompok tujuan yaitu biologi, ekologi, ekonomi, dan sosial meliputi: 1. Menjaga spesies target berada di tingkat atau di atas tingkat yang diperlukan untuk menjamin produktivitas yang bekelanjutan. 2. Meminimalkan berbagai dampak penangkapan atas lingkungan fisik dan hasil tangkapan sampingan. 3. Memaksimumkan pendapatan bersih bagi nelayan yang terlibat dalam perikanan. 4. Memaksimumkan kesempatan kerja bagi masyarakat yang menggantungkan kehidupan mereka pada perikanan. Menurut Widodo dan Suadi 2006, untuk mencapai tujuan pengelolaan tersebut dibutuhkan teknik-teknik pengelolaan perikanan diantaranya: 1. Pengaturan ukuran mata jaring dari pukat atau alat tangkap yang digunakan. 2. Pengaturan batas ukuran ikan yang boleh ditangkap, di daratkan, atau dipasarkan. 3. Kontrol terhadap musim penangkapan ikan openned or closed season. 4. Kontrol terhadap daerah penangkapan openned or closed areas. 5. Pengaturan terhadap alat tangkap serta perlengkapannya di luar pengaturan ukuran mata jaring mesh size. 6. Perbaikan dan peningkatan sumberdaya hayati stock enhancement. 7. Pengaturan hasil tangkapan total per jenis, kelompok jenis, atau bila memungkinkan lokasi atau wilayah. 8. Setiap tindakan langsung yang berhubungan dengan konservasi semua jenis ikan dan sumberdaya hayati lainnya dalam wilayah perairan tertentu. 9. Penutupan daerah atau musim penangkapan untuk melindungi ikan-ikan pada saat mereka memijah atau dalam perjalanan untuk memijah. Tindakan ini ditujukan untuk melindungi individu-individu ikan dewasa yang akan melakukan regenerasi untuk mendukung kelangsungan masa depan stok ikan.

2.8 Tinjauan Studi Terdahulu