Keragaan Perikanan Tangkap Ikan Bilih di Danau Singkarak

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Keragaan Perikanan Tangkap Ikan Bilih di Danau Singkarak

Aktivitas penangkapan sumberdaya ikan Bilih terdapat di 13 nagari yang berada di lingkar Danau Singkarak Nagari Salingka Danau. Penggunaan alat tangkap untuk masing-masing nagari berbeda karena adanya perbedaan topografi wilayah serta kondisi sosial dan budaya masyarakat. Penggunaan alat tangkap pada setiap nagari ini disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah dan Jenis Alat Tangkap Ikan Bilih di Danau Singkarak N o Nagari Jumlah dan Jenis Alat Tangkap unit Jaring Insang ¾ inci Jaring Insang 1 inci Jaring Lingkar ¾ inci Jaring Lingkar 1 inci Jala ¾ inci Jala 1 inci Alahan Lukah Setrum 1 Singkarak 48 39 7 11 0 0 2 Tikalak 108 67 22 14 0 0 3 Saniang Baka 46 58 3 0 2 1 0 10 0 4 Muaro Pingai 44 26 0 0 6 0 8 0 10 5 Paninggahan 95 59 0 0 23 15 11 0 13 6 Simawang 28 13 0 0 0 0 0 0 0 7 Batu Taba 51 21 0 0 0 0 0 0 0 8 Sumpur 0 0 0 0 103 47 13 0 0 9 Padang Laweh 45 46 0 0 13 5 0 0 16 10 Guguk Malalo 79 56 8 0 20 20 20 0 30 Jumlah 544 385 40 25 167 88 52 10 69 Sumber: Syandri, 2008 Pada Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa jenis alat tangkap digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan Bilih di Danau Singkarak terdiri dari jaring langli, alahan, jala, jaring lingkar, lukah, dan setrum. Alat tangkap yang dominan digunakan nelayan adalah jaring langli dengan mata jaring mesh size ¾ inci yaitu sebesar 167 unit. Saat ini jaring lingkar serta lukah sudah tidak digunakan lagi dalam penangkapan ikan Bilih dan alat tangkap setrum merupakan alat tangkap ilegal yang dilarang penggunaannya. Oleh karena itu, alat tangkap yang digunakan dalam analisis ini hanya merupakan alat tangkap yang masih digunakan nelayan dan bersifat tidak ilegal diantaranya jaring langli, alahan dan jala. Alat tangkap alahan hanya terdapat di empat nagari di sekitar Danau Singkarak yaitu Nagari Muaro Pingai, Paninggahan, Sumpur, dan Guguk Malalo. Hal ini disebabkan oleh kondisi topografi dimana hanya empat nagari ini yang dialiri oleh sungai yang alirannya masuk menuju ke Danau Singkarak. Sedangkan alat tangkap jala paling banyak digunakan di Nagari Sumpur dan tidak terdapat penggunaan jaring langli pada nagari ini karena adanya aturan nagari yang melarang penggunaan alat tangkap yang bersifat destruktif tersebut. Keragaan unit penangkapan ikan Bilih adalah sebagai berikut:

A. Jaring Langli

Jaring langli merupakan jaring yang digunakan untuk menangkap ikan Bilih di Danau Singkarak. Alat tangkap ini terbuat dari nilon dan terdapat pemberat serta pelampung. Pelampung ini dapat terbuat dari gabus atau bahan yang mengapung dan tidak menyerap air. Sedangkan untuk pemberat terbuat dari rantai atau timah. Ukuran jaring mesh size terdiri dari 1 inci dan ¾ inci namun ukuran yang diizinkan pemerintah sejak tahun 2007 adalah jaring langli dengan ukuran 1 inci. Bentuk jaring langli dapat dilihat pada Gambar 6. Sumber: Dokumentasi Hasil Penelitian, 2011 Gambar 6. Alat Tangkap Jaring Langli ¾ inci Cara pengoperasian jaring adalah mula-mula jaring diturunkan pada daerah penangkapan, diikatkan pada tiang nangga kemudian dibiarkan semalaman dan diangkat ke permukaan keesokan harinya. Waktu pengoperasian jaring langli adalah jam 17.00 WIB sore dimana nelayan menuju ke tengah danau dan menahan jaring kemudian diangkat pada pagi harinya sekitar jam 05.00-08.00 WIB.

B. Alahan Fish Trap

Alahan adalah jenis alat tangkap yang dibangun secara permanen, dibuat dengan cara memperkecil ruang lingkup air yang mengalir pada suatu perairan dengan arus yang tidak begitu deras, kemudian dibatasi dengan kerikil. Setelah itu tuba umpan ditebarkan untuk menarik ikan. Kemudian dengan sendirinya ikan akan naik ke tempat alahan karena akan tertarik dengan bau-bauan yang ditebarkan tersebut dan untuk mempermudah penangkapan digunakan jala lempar atau serok. Beberapa bentuk alahan yang ada di sekitar Danau Singkarak dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8. Sumber: Dokumentasi Hasil Penelitian, 2011 Gambar 7. Bentuk Alahan di Paninggahan Sumber: Dokumentasi Hasil Penelitian, 2011 Gambar 8. Bentuk Alahan di Malalo Alahan merupakan alat tangkap tradisional yang memanfaatkan sifat pemijahan ikan Bilih yang bersifat adfluvial yaitu menghalangi ikan Bilih yang menuju sungai saat melakukan pemijahan. Sebagian ikan Bilih yang tidak tertangkap dan berhasil memijah telurnya dihanyutkan kembali ke arus sungai menuju danau dan akan menetas setelah 20 jam pada suhu air 27 C - 28 C Syandri, 1997. Sistem kepemilikan alahan adalah berdasarkan kepemilikan lahan. Nelayan yang menggunakan alat tangkap alahan adalah nelayan yang lahannya dialiri sungai yang mengalir menuju Danau Singkarak.

C. Jala

Jala merupakan alat tangkap yang terbuat dari nilon dan menggunakan pemberat yang terbuat dari rantai. Ukuran jala bervariasi yaitu ¾ inci, ⅝ inci, dan 1 inci. Jala dapat digunakan dengan dua cara yaitu jala dengan menggunakan sampanbiduak perahu dan jala yang tidak menggunakan sampan. Penggunaan jala tanpa sampan hanya dilakukan di muara sungai. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10. Sumber: Dokumentasi Hasil Penelitian, 2011 Gambar 9. Jala dengan Menggunakan Sampan Sumber: Dokumentasi Hasil Penelitian, 2011 Gambar 10. Jala Tanpa Menggunakan Sampan Cara mengoperasikan jala adalah dengan menebarkan jala ke dalam perairan selama 5 menit kemudian jala diangkat kembali ke permukaan. Waktu pengoperasian jala dilakukan pada pagi, siang, dan malam hari dengan rata-rata waktu penangkapan 5 - 8 jam per harinya.

D. Sampan Biduak

Aktivitas penangkapan ikan di Danau Singkarak menggunakan sampan biduak. Sampan terbuat dari papan dan memiliki umur teknis yang berbeda-beda tergantung pada jenis kayunya. Sampan dengan jenis kayu suryan cenderung lebih tahan lama dengan umur teknis mencapai 35 tahun. Terdapat dua jenis sampan di Danau Singkarak yaitu sampan yang dikemudikan dengan dayung dan sampan yang menggunakan mesin dengan daya 3-5 HP. Kedua jenis ini dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12. Sumber: Dokumentasi Hasil Penelitian, 2011 Gambar 11. Sampan dengan Mesin Sumber: Dokumentasi Hasil Penelitian, 2011 Gambar 12. Sampan Tanpa Mesin Jumlah sampan di sekitar Danau Singkarak terus mengalami perkembangan setiap tahunnya. Perkembangan jumlah sampan ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Sampan di Danau Singkarak Tahun Jumlah Sampan unit Total Unit Solok Tanah Datar 2003 112 35 147 2004 133 42 175 2005 89 44 133 2006 89 45 134 2007 89 44 133 2008 90 46 136 2009 90 46 136 Sumber: DKP Provinsi Sumatera Barat, 2009 Dari Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa jumlah sampan berfluktuasi setiap tahunnya. Jumlah sampan tertinggi adalah tahun 2004 yaitu sebanyak 175 unit.

6.2 Karakteristik Nelayan