Sumber: Hasil Analisis Data, 2011
Gambar 18. Perbandingan Tingkat Produksi Lestari dan Produksi Aktual
Gambar 18 di atas menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2002-2009 produksi aktual dan produksi lestari mengalami fluktuasi. Jika produksi aktual mengalami
peningkatan maka produksi lestari akan cenderung mengalami penurunan dan sebaliknya.
6.10 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Ikan Bilih
Analisis bioekonomi dilakukan untuk menentukan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan yang optimal dan berkelanjutan. Pendekatan ini
menggunakan formula perhitungan pengelolaan ikan Bilih dengan pendekatan model CYP pada Tabel 2 bab Metodologi Penelitian sehingga diperoleh kondisi
perikanan sumberdaya ikan Bilih dari ketiga alat tangkap yang digunakan di Danau Singkarak yaitu pada kondisi Maximum Sustainable Yield MSY, kondisi
Maximum Economic Yield MEY, dan kondisi Open Access OA. Secara ringkas hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 22.
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Produksi Aktual Produksi Lestari
Tabel 22. Hasil Analisis Bioekonomi pada Berbagai Rezim Pengelolaan Sumberdaya Ikan Bilih.
Parameter Rezim Pengelolaan
MSY MEY OA
x Ton 1.832,74
2.249,19 832,90
h Ton 1.005,14
953,24 705,99
E Unit 815,76
630,40 1.260,79
phi Rupiah 9.315.115.484,95
10.196.741.207,25 0,00
Sumber: Hasil Analisis Data, 2011 Pada Tabel 22 di atas dapat dilihat perbandingan dari ketiga rezim pengelolaan
perikanan untuk ikan Bilih menggunakan ketiga alat tangkap yang dominan, dimana pada saat dikelola MEY maka diperoleh hasil tangkapan dan rente yang
lebih besar walaupun dengan effort yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan kondisi MSY dan OA. Bahkan dalam jangka panjang jika perikanan dikelola
dengan kondisi MSY masih dapat diperoleh rente ekonomi jika dibandingkan jika dikelola dengan kondisi OA Lampiran 3.
Nilai parameter
biomassa x merupakan kondisi biomassa sumberdaya ikan Bilih di Danau Singkarak dalam kondisi masing-masing pengelolaan. Kondisi
biomassa tertinggi sebesar 2.249,19 ton merupakan biomassa optimal pada rezim MEY, kondisi lestari yang bisa dicapai pada kondisi rezim MSY sebesar 1.832,74
ton. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan nilai maksimal yang dicapai pada rezim pengelolaan OA sebesar 832,90 ton. Nilai ini digunakan sebagai informasi dalam
upaya konservasi stok dalam pengelolaan berkelanjutan. Nilai parameter h menunjukkan hasil tangkapan dari upaya pemanfaatan
sumberdaya ikan Bilih di Danau Singkarak. Nilai ini merupakan besaran hasil tangkapan yang diperbolehkan dalam pengelolaan berkelanjutan. Hasil tangkapan
terbesar dicapai pada kondisi MSY yaitu sebesar 1.005,14 ton kemudian berturut- turut 953,24 ton pada kondisi MEY, dan 705,99 ton pada kondisi OA. Hasil
tangkapan terendah berada pada kondisi OA karena pada kondisi ini tidak ada pengendalian dalam pengelolaan perikanan sehingga terjadinya ekspansi yang
berlebihan terhadap penangkapan yang menyebabkan stok biomassa ikan Bilih menurun.
Nilai effort E menunjukkan tingkat upaya dalam pemanfaatan perikanan. Nilai ini memberikan informasi terkait dengan tingkat upaya yang diperbolehkan
untuk pengelolaan yang berkelanjutan. Effort terbesar berada pada kondisi OA yaitu sebesar 1.260,79 unit standar alat tangkap, kemudian rezim pengelolaan
MSY sebesar 815,76 unit standar alat tangkap dan kondisi MEY sebesar 630,40 unit standar alat tangkap. Kondisi effort pada rezim MEY merupakan jumah effort
optimum yang dianjurkan secara ekonomi. Nilai parameter rente ekonomi
π menunjukkan tingkat keuntungan secara ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan sumberdaya ikan Bilih. Berturut-turut
nilai rente ekonomi yang diperoleh pada rezim MEY yaitu sebesar Rp 10.196.741.207,25 yang merupakan rente ekonomi terbesar. Pada rezim MSY
sebesar rente ekonomi sebesar Rp 9.315.115.484,95 dan diikuti Rp 0,- pada rezim OA. Tidak adanya rente ekonomi sumberdaya ikan Bilih yang diperoleh pada
kondisi OA mengandung arti bahwa nelayan hanya memperoleh upah atas biaya yang dikeluarkan tanpa memperoleh keuntungan. Perbandingan dari ketiga rezim
tersebut dapat dilihat paa Gambar 19 dan Gambar 20.
Sumber: Hasil Analisis Data, 2011
Gambar 19. Perbandingan Produksi h, Effort E, dan Rente Ekonomi π
Sumberdaya Ikan Bilih pada Berbagai Rezim Pengelolaan
Sumber: Hasil Analisis Data, 2011
Gambar 20. Keseimbangan Bioekonomi Ketiga Alat Tangkap Ikan Bilih
Gambar 19 dan Gambar 20 di atas menunjukkan bahwa rezim pengelolaan MEY membutuhkan sedikit upaya penangkapan dibandingkan dengan rezim
pengelolaan MSY dan OA untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang maksimum. Sebaliknya pada kondisi OA, tingginya tingkat upaya mengakibatkan
terjadinya ketidakefisienan inefficiency ekonomi. Ketidakefisienan ini terjadi
2000 4000
6000 8000
10000 12000
MSY MEY
OA Produksi
Effort Rente Ekonomi Juta Rupiah
OA MEY
MSY
TR=TC
9,3X10
9
10,2X10
9
karena upaya penangkapan yang besar hanya menghasilkan tangkapan yang lebih kecil, sehingga keuntungan yang diperoleh tidak ada. Hasil analisis bioekonomi
dengan menggunakan perangkat lunak Maple 14 disajikan pada Lampiran 4.
6.11 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Ikan Bilih untuk Setiap Alat Tangkap