Rezim Pengelolaan Sumberdaya Ikan Bilih untuk Setiap Alat Tangkap

karena upaya penangkapan yang besar hanya menghasilkan tangkapan yang lebih kecil, sehingga keuntungan yang diperoleh tidak ada. Hasil analisis bioekonomi dengan menggunakan perangkat lunak Maple 14 disajikan pada Lampiran 4.

6.11 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Ikan Bilih untuk Setiap Alat Tangkap

Setiap alat tangkap memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam penangkapan ikan Bilih. Hasil analisis bioekonomi pada Tabel 22 menunjukkan rezim pengelolaan sumberdaya ikan Bilih setelah dilakukan standarisasi alat tangkap sehingga diperoleh keseimbangan ekonomi total dari ketiga alat tangkap. Berikut ini rezim pengelolaan sumberdaya ikan Bilih untuk masing-masing alat tangkap yang telah disesuaikan dengan index fishing power Tabel 23 Tabel 23. Hasil Analisis Bioekonomi Masing-Masing Alat Tangkap pada Berbagai Rezim Pengelolaan Sumberdaya Ikan Bilih. Alat Tangkap Parameter Rezim Pengelolaan MSY MEY OA Jaring Langli h ton 235,53 223,80 163,32 E unit 598,14 464,67 929,33 Alahan h ton 704,97 669,86 488,83 E unit 53,44 41,51 83,03 Jala h ton 64,65 61,43 44,83 E unit 164,18 127,55 255,09 Sumber: Hasil Analisis Data, 2011 Pada Tabel 23 di atas dapat dilihat bahwa alat tangkap yang menghasilkan hasil tangkapan h paling tinggi adalah alat tangkap alahan. Sedangkan alat tangkap dengan tingkat upaya effort paling besar adalah jaring langli. Hasil tangkapan h paling tinggi berada pada rezim Maximum Sustainable Yield MSY dengan hasil tangkapan paling tinggi h pada alat tangkap alahan yaitu sebesar 704,97 ton, kemudian berturut-turut jaring langli dan alahan sebesar 235,53 ton dan 64,65 ton. Tingkat upaya effort paling besar berada pada rezim Open Access OA dengan tingkat upaya effort terbesar adalah alat tangkap jaring langli sebesar 929,23 unit, kemudian berturut-turut jala dan alahan sebesar 255,09 unit dan 83,03 unit. Pada rezim Maximum Economic Yield MEY yang merupakan kondisi yang ideal secara ekonomi. Hasil tangkapan h alahan, jaring langli, dan jala berturut-turut adalah 669,86 ton, 223,80 ton, dan 61,43 ton. Tingkat upaya effort pada rezim ini berturut-turut adalah jaring langli, jala, dan alahan sebesar 464,67 unit, 127,55 unit, dan 41,51. Perbandingan hasil tangkapan h dan tingkat effort E masing-masing alat tangkap pada berbagai rezim pengelolaan dapat dilihat pada Gambar 21. Sumber: Hasil Analisis Data, 2011 Gambar 21. Perbandingan produksi h dan Effort E Masing-Masing Alat Tangkap Sumberdaya Ikan Bilih dari Ketiga Rezim Pengelolaan Saat ini secara umum kondisi sumberdaya ikan Bilih di Danau Singkarak diduga telah mengalami kondisi overfishing baik secara biologi maupun ekonomi. Tingkat upaya effort aktual penangkapan ikan Bilih ketiga alat tangkap saat ini sangat tinggi bahkan jauh melebihi kondisi open access. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya ikan Bilih diduga telah mengalami overfishing secara 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 MSY MEY OA h langli E langli h alahan E alalahan h jala E jala ekonomi. Perbandingan antara produksi h dan Effort E ketiga alat tangkap sumberdaya ikan Bilih ini dapat dilihat pada Gambar 22. Sumber: Hasil Analisis Data, 2011 Gambar 22. Produksi h dan Effort E Sumberdaya Ikan Bilih pada Kondisi Aktual dan Berbagai Rezim Pengelolaan. Hasil analisis bioekonomi untuk masing-masing alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan ikan Bilih menunjukkan tingkat upaya effort masing-masing alat tangkap secara rata-rata utuk alat tangkap jaring langli, alahan, dan jala berada di bawah kondisi Open Access. Tetapi pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 tingkat upaya effort berada di atas kondisi Open Access. Hal itu berarti pada tahun-tahun tersebut sumberdaya ikan Bilih di Danau Singkarak telah mengalami economic overfishing. Selain itu telah terjadi biological overfishing yang ditunjukan oleh hasil tangkapan h untuk alat tangkap jaring langli, alahan, dan jala yang secara umum berada di atas kondisi Maximum Sustainable Yield MSY.

6.12 Laju Degradasi dan Laju Depresiasi Sumberdaya Ikan Bilih di