ditujukan untuk melindungi individu-individu ikan dewasa yang akan melakukan regenerasi untuk mendukung kelangsungan masa depan stok ikan.
2.8 Tinjauan Studi Terdahulu
Studi penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji penelitian-penelitian yang telah dilakukan dengan mengangkat topik, produk, maupun alat analisis
yang sama. Akbar 2010, melakukan penelitian mengenai Kajian Ekonomi Sumberdaya Perikanan Tangkap di Kabupaten Pemalang. Tujuan penelitian
adalah mengkaji alokasi optimum pemanfaatan sumberdaya ikan Teri dengan menggunakan model bioekonomi. Data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder. Hasil perhitungan optimum menghasilkan kondisi optimal nilai biomassa x 159,221 tontahun, hasil tangkapan lestari h 75,110 tontahun, dan
effort E nelayan sebesar 3.657 triptahun. Haloho 2010, melakukan penelitian tentang Analisis Bioekonomi
Sumberdaya Lobster yang Berkelanjutan di Pangandaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat optimal serta tingkat degradasi yang terjadi.
Nilai biomas x optimal berdasarkan rezim Maximum Economic Yield lebih besar dari pada rezim lainnya yaitu sebesar 162,99 ton dengan tingkat effort E sebesar
74,631 trip, dan produksi h sebesar 70,71 ton dengan tingkat degradasi 37 setiap tahunnya.
Penelitian mengenai sumberdaya ikan Bilih dilakukan oleh Panudju 2010 dengan judul Kajian Ekologis Habitat dan Sumberdaya bagi Konservasi Ikan Bilih
Mystacoleucus padangensis Blkr di Danau Singkarak, Sumatera Barat. Tujuan penelitian adalah mengkaji kondisi ekologis habitat Ikan Bilih Mystacoleucus
padangensis Blkr untuk rekomendasi kebijakan pengelolaan sumberdaya.
Penelitian Akbar 2010 dan Haloho 2010 memiliki persamaan dalam penelitian ini untuk alat analisis berupa analisis bioekonomi dalam menentukan
perikanan tangkap yang optimal serta tingkat degradasi, sedangkan penelitian Panudju 2010 memiliki persamaan dalam hal komoditas yang diteliti yaitu
sumberdaya ikan Bilih. Perbedaan yang menonjol dari penelitian ini adalah adanya spesifikasi dalam hal penelitian karena tidak hanya mengukur sumberdaya
ikan Bilih dari segi produksi yang optimal dengan pendekatan bioekonomi saja, tetapi juga menghitung tingkat degradasi dan depresiasi yang terjadi di Danau
Singkarak serta kebijakan yang tepat dalam pengelolaan sumberdaya ikan Bilih melalui analisis pendapatan dan persepsi nelayan sehingga hasil yang diperoleh
tentunya akan pasti berbeda.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Danau Singkarak merupakan danau yang memiliki kekhasan ekosistem sehingga memiliki potensi perikanan darat yang khas khususnya untuk
sumberdaya ikan yang bersifat endemik. Ikan endemik tersebut adalah ikan Bilih atau Mystacoleucus padangensis Blkr. Ikan Bilih hanya dapat tumbuh di Danau
Singkarak sehingga tidak dapat dikembangkan di perairan lainnya. Ikan Bilih memiliki nilai ekonomi tinggi karena harga jual yang tinggi di
pasaran yaitu mencapai Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per kilogramnya dan dalam keadaan kering mencapai harga Rp 60.000 sampai dengan Rp 100.000 per
kilogramnya. Ikan Bilih tidak hanya dikonsumsi secara lokal oleh masyarakat Sumatera Barat tetapi juga dipasarkan di daerah Riau, Jakarta, dan wilayah
lainnya. Potensi ekonomi ini memberikan dampak positif dan negatif bagi sumberdaya
ikan Bilih. Keberadaan ikan Bilih memberikan pengaruh positif bagi pendapatan masyarakat sekitar Danau Singkarak. Tetapi dorongan untuk memperoleh
pendapatan yang lebih besar memicu terjadinya penangkapan yang berlebih overfishing sehingga memberikan dampak negatif bagi keberadaan ikan Bilih di
masa datang. Analisis bioekonomi terhadap ketersediaan stok ikan dan laju degradasi perlu
dilakukan sebagai pertimbangan kebijakan pengelolaan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pemanfaatan sumberdaya
perikanan tangkap di Danau Singkarak karena pada umumnya kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan adalah sulitnya mengetahui