Asumsi Penelitian Batasan Penelitian

Keterangan: d i = Disparitas atau selisih variabel X 1 dan X 2 X 1 dan X 2 = Variabel yang akan diteliti n = Banyak pengamatan Nilai koefisien korelasi ini memiliki rentang antara 0 sampai dengan 1 atau 0 sampai dengan -1. Tanda positif dan negatif menunjukkan arah hubungan. Tanda positif menunjukkan arah hubungan searah. Jika satu variabel meningkat maka variabel yang lainnya meningkat dan sebaliknya. Semakin tinggi nilai korelasi maka semakin tinggi keeratan suatu hubungan antara kedua variabel Trihendradi, 2009. Faktor yang diduga berhubungan nyata dengan persepsi adalah aturan pengelolaan yang berlaku, kategori penduduk, jarak tempat tinggal dengan sumberdaya ikan Bilih, alternatif pekerjaan lain, dan pendapatan total nelayan.

4.6 Asumsi Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi yang ditetapkan berdasarkan asumsi yang dikembangkan oleh Clark 1985, yaitu: 1 Keadaan perairan tidak terjadi bencana maupun pencemaran 2 Populasi ikan Bilih menyebar secara merata di seluruh daerah tangkapan yaitu Danau Singkarak. 3 Biaya penangkapan ikan Bilih per unit upaya adalah konstan yang dihitung dari biaya rata-rata operasional nelayan. Biaya operasional ini diperoleh dari penjumlahan semua biaya yang dibutuhkan nelayan selama melaut, dan di darat terkait dengan kegiatan penangkapan dalam perhitungan analisis bioekonomi. 4 Harga ikan Bilih per satuan hasil tangkapan adalah konstan dari rata-rata yang telah dikonversi dengan Indeks Harga Konsumen Kota Padang dalam perhitungan bioekonomi.

4.7 Batasan Penelitian

Penelitian ini membatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Alat tangkap yang distimasi pada penelitian hanya merupakan alat tangkap yang saat ini masih digunakan oleh nelayan Ikan Bilih di Danau Singkarak sehingga tidak dilakukan estimasi pada alat tangkap yang sudah tidak digunakan dan alat tangkap yang bersifat ilegal. 2. Data produksi dan jumlah effort yang diperoleh untuk setiap alat tangkap menggunakan proxy variable yaitu dalam bentuk persentase dengan rujukan hasil penelitian terdahulu dan data yang diperoleh dari instansi terkait. 3. Faktor-faktor yang terkait dalam analisis tidak mempertimbangkan cuaca, angin, curah hujan, dan kondisi alamiah lainnya karena dianggap konstan.

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Danau Singkarak Wilayah

5.1.1 Administratif dan Keadaan Geografis

Danau Singkarak merupakan danau vulkanis yang secara administratif terletak di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Solok tepatnya di Kecamatan X Koto Singkarak dan Kecamatan Junjung Sirih serta di Kabupaten Tanah Datar tepatnya di Kecamatan Rambatan dan Kecamatan Batipuh Selatan. Sebelumnya Danau Singkarak terletak di Kecamatan Batipuh, namun pada tahun 2003 terjadi pemecahan kecamatan menjadi dua bagian yaitu Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Batipuh Atas sehingga Danau Singkarak menjadi wilayah pemerintahan Kecamatan Batipuh Selatan. Menurut BPS Kabupaten Solok 2009, luas danau yang merupakan bagian dari pemerintahan Kabupaten Solok adalah 6.250 Ha 3,47 dari luas Kabupaten Solok dan berada seluas 6.420 Ha di Kabupaten Tanah Datar 4,81 dari luas Kabupaten Tanah Datar. Danau Singkarak terbentuk dari bekas letusan gunung berapi yang terjadi pada masa Kwarter dengan ditemukannya jenis-jenis batuan beku vulkanis dan instrusi hampir di seluruh daerah di sekitar danau. Danau Singkarak terletak pada 100 28’28” BT - 100 36’08” BT dan 0 32’01” LS - 0 42’03” LS. Luas permukaan danau sekitar 11.200 Ha dengan kedalaman maksimum 271,5 m dan kedalaman rata-rata 178,677 m, panjang maksimum 20,808 km, lebar maksimum 7,175 km, luas daerah aliran 1.076 km 2 dan terletak pada ketinggin 369 m dpl. Curah hujan yang masuk ke danau berkisar antara 82 - 252 mmbulan Syandri, 2008. Sumber air Danau Singkarak dari sebelah utara berasal dari Sungai Sumpur, sebelah barat berasal dari Sungai Paninggahan, dan sebelah selatan berasal dari Sungai Sumani. Sungai yang mengalirkan air danau keluar secara alami satu-