bujur timur. Kawasan Pantai Kamali dengan luas 35.840 m
2
dimanfaatkan untuk area publik 26.040 m
2
, jembatan batu untuk pelabuhan tradisional 1.800 m
2
dan area pembangunan mall 8.000 m
2
terletak di Kelurahan Wale, Kecamatan Wolio Kota Bau-bau. Kecamatan Wolio secara geografis terletak diantara 5
46’ - 5 47’ lintang
selatan dan di antara 122 61’ – 122
62’ bujur timur , dengan luas 17,33 Km
2
atau 7,84 dari luas Kota Bau-bau. Luas Kelurahan Wale adalah 0,14 Km
2
atau 0,81 dari luas Kecamatan Wolio.
Kota Bau-bau berbatasan pada sebelah utara dengan Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton; sebelah timur berbatas dengan Kecamatan Pasarwajo
Kabupaten Buton; sebelah selatan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton dan sebelah barat dengan Selat Buton. Sedangkan Kecamatan Wolio berbatasan
pada sebelah utara dengan Selat Buton; sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kokalukuna Kota Bau-bau; sebelah selatan dengan Kecamatan
Sorawolio Kota Bau-bau dan Sebelah barat dengan Kecamatan Murhum Kota Bau-bau.
4.2.2. Hidrologi dan Topografi
Kondisi topografi wilayah Kota Bau-bau pada umumnya memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang dan berbukit-bukit. Diantara gunung
dan bukit-bukit, terbentang dataran yang merupakan daerah-daerah potensial untuk mengembangkan sektor pertanian. Kawasan Pantai Kamali pada umumnya
memiliki permukaan yang rata karena terletak di wilayah pesisir Kota Bau-bau. Di kawasan ini merupakan wilayah dengan perkembangan lahan terbangun tinggi
mengingat fungsinya sebagai pusat kota dengan aktifitas perdagangan dan pelabuhan laut.
Di kawasan ini juga terdapat sungai yang besar yaitu Sungai Bau-bau sebagai batas antara Kecamatan Wolio dan Kecamatan Murhum dan membelah
Kota Bau-bau. Sungai tersebut umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, irigasi dan kebutuhan rumah tangga. Air merupakan salah
satu komponen lingkungan paling penting untuk kehidupan, tanpa air proses kehidupan tidak akan berlangsung. Di Kota Bau-bau, akses terhadap air bersih
sering menjadi masalah, kualitas air saat ini tidak terlepas dari masalah. Masuknya
bahan ke dalam sumber air permukaan maupun air tanah menyebabkan kualitas air tidak sesuai lagi untuk berbagai keperluan termasuk keperluan air minum.
Sungai Bau-bau adalah air permukaan yang merupakan salah satu sumber mata air PDAM Kota Bau-bau dengan kapasitas 100-200 ldtk Bapedalda Kota
Bau-bau, 2009. Sungai Bau-bau merupakan sungai terbesar di Kota Bau-bau yang mengalir ditengah-tengah kota. Muara Sungai Bau-bau yang bersebelahan
dengan kawasan Pantai Kamali banyak dimanfaatkan untuk pemukiman dan usaha jasa dengan tidak memperhatikan bantaran sungai sebagai daerah penyangga,
demikian pula banyaknya sampah yang dibuang oleh masyarakat ke sungai. Diperparah lagi terjadinya pendangkalan di muara sungai tersebut akibat
menumpuknya sedimentasi yang berasal dari hulu dan sepanjang sungai dan terhalang oleh tanggul untuk reklamasi pembangunan mall. Kondisi inilah yang
menyebabkan banjir dan genangan di Kota Bau-bau khususnya di Kecamatan Wolio pada Kelurahan Batara Guru dan Tomba. Kawasan Pantai Kamali berada di
Kelurahan Wale Kecamatan Wolio dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tetapi keadaan kontur tanahnya agak lebih tinggi dari Kelurahan Batara Guru dan
Tomba. Namun jika tidak ditanggulagi sejak dini, tidak menutup kemungkinan wilayah ini, akan mengalami hal yang serupa seperti dua Kecamatan tersebut.
Berikut Tabel lokasi daerah rawan banjir di Kelurahan Wolio dari Sungai Bau- bau.
Tabel 5. Lokasi daerah rawan banjir di Kel. Wolio, Kota Bau-bau
LOKASI LUAS
Ha PENYEBAB
LAMA Jam
TINGGI m
Kelurahan Batara Guru 3,5 Hujan
dan Pendangkalan
Muara sungai 1
1 Kelurahan Tomba
3,0 1
1
Sumber : Bapedalda, 2009
4.2.3. Hidrooceanografi 4.2.3.1. Pasang Surut
Kecepatan dan arah arus serta siklus pasang surut sangat penting untuk mempertimbangkan saat yang paling tepat untuk melakukan reklamasi. Secara
kuantitatif tipe pasang surut suatu perairan dapat ditentukan dengan menggunakan
nisbah antara amplitudo tinggi gelombang unsur pasut tunggal utama dengan amplitudo unsur pasut ganda utama. Indeksnya dikenal dengan bilangan formzahl.
Pasut di sekitar kawasan Pantai Kamali memiliki tipe campuran yang condong ke harian ganda mised semi-diurnal type Amdal-Kegiatan Terpadu Reklamasi
Pantai Kota Bau-bau, 2003. Baharudin, 2006 juga menyatakan bahwa berdasarkan nilai konstanta
harmonik pasang surut yang didapatkan, maka diperoleh bilangan Formhzahl F sebesar 0,77. Berdasarkan kriteria courtier range nilai tersebut termasuk dalam
tipe pasut campuran condong keharian ganda mixed tide prevailing semi diurnal.
4.2.3.2. Arus Laut
Arus laut laut memiliki kecepatan dan arah yang bervariasi terhadap waktu. Arus laut, kecepatan, arah dan distribusi arus sangat dibutuhkan juga untuk
keefektifan dan pemilihan metode penimbunan untuk kebutuhan reklamasi. Hasil pengukuran arus laut dalam laporan utama Andal Amdal-Kegiatan Terpadu
Reklamasi Pantai Kota Bau-bau, 2003 tertulis bahwa kecepatan minimum sebesar 1,19 knot ke arah timur pada saat air menuju surut. Kecepatan pada saat
air menuju pasang tercatat sebesar 0,89 knot ke arah barat. Kecepatan arus pasut maksimum tercatat sebesar 1,35 knot ke arah Timur dan 0,78 knot ke arah Barat.
Arus non pasut tertulis memiliki kecepatan sebesar 0,05 knot ke arah Barat Laut. Hasil penelitian Baharuddin 2006 yang menggunakan beberapa metode
yaitu FE Fluks Energi, dan van Rijn yang terdiri dari tiga metode: CERC Coastal Engineering Research Center 1984, CHL Coastal Hydraulic
Laboratory 2002, dan Komar dan Inman 1976 menyatakan bahwa pada
umumnya kecepatan arus di kawasan Pantai Kamali berdasarkan metode Komar dan Inman lebih besar dibandingkan dengan kedua metode lainnya. Hal ini akibat
perbedaan kemiringan pantai disepanjang pantai Bau-bau, sedangkan analisis arus menyusur pantai berdasarkan metode Komar dan Inman tidak memperhitungkan
kemiringan pantai.
4.2.3.3. Gelombang Laut
Gelombang merupakan gaya luar paling kuat yang dapat mempengaruhi tingkat suspensi sedimen dasar daerah pantai. Gelombang yang menuju daerah
pantaiestuaria merupakan penyebab utama transpor sedimen di daerah litoral. Data gelombang pada dokumen Amdal tercatat dilakukan secara visual dan
tertulis bahwa keadaan laut selama pengamatan baik. Tinggi gelombang di perairan sekitar kawasan Pantai Kamali relatif kecil yaitu berkisar antara 0,1
sampai 0,6 meter dengan tinggi maksimum 1 meter di perairan yang agak bebas dan keluar dari perairan kawasan tersebut.
Baharudin, 2006 menyatakan dari arah barat daya dan barat, tinggi dan periode gelombang di perairan dalam yang dibangkitkan oleh angin diperairan
Bau-bau tercatat untuk tinggi gelombang berkisar 0,6 – 0,9 m dan 0,6 – 1,0 m dan periodenya berkisar 3,4 – 3,9 detik dan 3,4 – 4,1 detik. Gelombang dari arah
timur laut dan timur tercatat tinggi gelombangnya berkisar antara 0,2 – 0,4 m dan 0,1 – 0,4 m dan periodenya berkisar antara 1,8 – 3,0 detik dan 1,6 – 3,0 detik.
Baharudin, 2006 juga menyatakan Pantai Kamali termasuk kawasan pantai timur Kota Bau-bau tercatat transformasi gelombang dari arah barat dan timur laut
dapat terbentuk pada kawasan pantai timur, yakni tinggi gelombang pecah mencapai 1,0 sampai 7,0 meter. Transformasi gelombang dari arah timur tinggi
gelombang pecah mencapai 0,7 m.
4.2.4. Klimatologi
Seperti juga iklim wilayah Indonesia pada umumnya, Kota Bau-bau juga mengenal dua musim setiap tahunnya, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Lama dan bulan jatuhnya awal setiap musim sangat bervariasi setiap daerah. November sampai Maret angin bertiup sangat banyak mengandung uap air yang
berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik sehingga pada bulan-bulan tersebut terjadi musim hujan.
Curah hujan di Kota Bau-bau tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang ada di Sulawesi Tenggara. Data curah hujan sepanjang tahun
2008 mencapai 1.863,5 mm, dan kecepatan angin di Kota Bau-bau selama kurun waktu 6 tahun terakhir pada umumnya berjalan normal yaitu dengan kecepatan