Reklamasi Pantai Kamali Kota Bau-bau

pesisir di Metro Cebu, Filipina” menyimpulkan bahwa biaya lingkungan total dalam kasus proyek reklamasi cordoba diperkirakan sekitar US 59.000.000. Loncatan angka ini diperkirakan masih rendah karena tidak termasuk berbagai eksternalitas negatif yang timbul sementara dari konstruksi reklamasi. Ini juga tidak termasuk dampak dari peningkatan tingkat polusi yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi di area reklamasi tersebut. Dari empat kategori biaya lingkungan dinilai dalam laporan penelitian ini, kerusakan karang dan eksternalitas dari penggalian untuk reklamasi adalah yang paling signifikan. Menghindari kerusakan pada terumbu karang saja diperkirakan akan mengurangi lebih dari setengah biaya lingkungan Lauders et al. 2005. Singapura yang telah melakukan kegiatan reklamasi pantai selama 4 dekade, telah mendapat masalah internal dan eksternal. Penduduk singapura yang telah meningkat lebih dari 4 juta jiwa, membuat pemerintah singapura menghadapi masalah dalam pengadaan lahan yang cukup untuk perumahan, industri dan kantor untuk aktifitas pemerintahan. Beberapa pelabuhan dan pulau-pulau lepas pantai di Singapura telah dirubah atau diperbesar dengan beberapa proyek reklamasi pantai. Masalah internal yang dihadapi Singapura adalah reklamasi ini telah sangat merusak lingkungan yaitu menurunnya beberapa parameter kualitas lingkungan akibat terjadinya degradasi lingkungan yang parah khususnya laut, baik oleh kerusakan langsung yaitu habitat terumbu karang, atau efek tidak langsung seperti konsentrasi sedimen tersuspensi dan angka kematian ikan yang meningkat. Sedangkan masalah eksternal adalah lingkungan dan teritorial dimana telah timbul beberapa kekhawatiran dari negara-negara tetangganya. Saat ini, masalah tersebut tampaknya menjadi masalah regional sejak proyek reklamasi tersebut banyak menerima keprihatinan, khususnya dari lingkungan. Indonesia yang telah memberikan kontribusi materi untuk bahan reklamasi selama lebih dari dua dekade, telah menghadapi beberapa masalah lingkungan akibat pengerukan pasir dan aktivitas ekspor Syamsidik, 2004 Kompleksitas kegiatan reklamasi dapat dilihat dalam hal pengaturan kegiatan di areal hasil reklamasi dan pengelolaan dampak kegiatan. Kegiatan- kegiatan yang berlangsung di kawasan hasil reklamasi antara lain permukiman, pariwisata, perindustrian, perdagangan, dan transportasi, juga yang didominasi oleh masyarakat yang dahulunya menempati atau memanfaatkan kawasan sebelum direklamasi, seperi perikanan, kegiatankegiatan kemasyarakatanbudaya, serta budidaya perairan. Tanpa adanya pengaturan kegiatan baik dalam cara maupun lokasinya, maka beberapa kegiatan dapat saling merugikan sehingga akan menimbulkan permasalahan jangka panjang baik sosial, ekonomi, maupun terkait dengan hal-hal yang bersifat teknis. Sebaliknya dengan pengaturan yang baik akan diperoleh optimalisasi ruang dan sumberdaya bagi kepentingan semua pihak. Adapun perubahan-perubahan yang terjadi akibat reklamasi antara lain: perubahan ekosistem, perubahan sosial ekonomi, penataan ruang dan alokasi sumberdaya di areal hasil reklamasi, permasalahan hukum atas status dan pengaturan penguasaan lahan, perijinan, perubahan batas administrasi, teknologi reklamasi yang digunakan dan lain-lain. Permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja tetapi terkait dan menjadi tanggung jawab berbagai pihak terkait.

2.4. Model Kebijakan Kawasan Pesisir

Kebijakan adalah dasar bagi pelaksanaan kegiatan atau pengambilan keputusan. Islamy dalam Harrison 2000 mendefinisikan bahwa suatu keputusan adalah suatu pilihan terhadap berbagai alternatif yang bersaing mengenai sesuatu hal. Salah satu faktor penyebab sulitnya mengambil keputusan kebijakan adalah adanya kesulitan dalam memperoleh informasi yang cukup serta bukti-bukti yang sulit disimpulkan. Analisa parsial terhadap suatu permasalahan sering kali tidak dapat memberikan jawaban. Permasalahan yang kompleks perlu dipandang sebagai suatu sistem, sehingga untuk mempelajarinya perlu pendekatan sistem. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan atau perumusan kebijakan akan lebih mudah dengan menggunakan suatu model tertentu. Model kebijakan policy model adalah sajian yang disederhanakan mengenai aspek-aspek terpilih dari situasi problematis yang disusun untuk tujuan- tujuan khusus. Model-model kebijakan tersebut yaitu model deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolik, model prosedural, model pengganti, dan model perspektif. Perumusan kebijakan mengenal banyak model namun tidak ada satupun model yang dianggap baik. Hal ini karena masing-masing model