Pantai ini disebut sebagai Pantai Kamali karena berada di pesisir pantai bekas bangunan “Kesultanan Buton Butuni” Apeksi, 2006.
Kota Bau-bau merupakan kota perdagangan dan transportasi laut yang tergolong sangat aktif. Sehingga untuk mewujudkan sebagai kota yang nyaman,
aman dan asri, Pemko yang melibatkan stakeholder segera mengambil tindakan untuk menanggulangi berbagai permasalahan Apeksi, 2006.
2.3. Dampak Umum Reklamasi
Aktivitas reklamasi, baik reklamasi pantai, sungai atau rawa yang bertujuan untuk mengubah badan airlahan basah menjadi daratanlahan kering dengan jalan
penimbunan atau pengeringan secara umum dapat membawa dampak terhadap ekosistem perairan, apalagi jika aktivitas tersebut tanpa adanya perencanaan,
pelaksanaan, pengelolaan dan pemantauan yang baik Pratikno, 2004. Pekerjaan reklamasi yang didalamnya meliputi tiga tahap pekerjaan, yaitu: tahap pra-
konstruksi mencakup aktivitas survei dan perencanaan serta pembebasan lahan dan pemukiman kembali, tahap konstruksi terdiri atas aktivitas mobilisasi
personal, persiapan lahan reklamasi dan pelaksanaan reklamasi dan tahap pasca- konstruksi pematangan tanah dan pengembangan mempunyai beberapa potensi
dampak pada ekosistem perairan yang disebabkan oleh beberapa sumber dampak. Dampak-dampak tersebut perlu dikaji dengan seksama pada tahap penyusunan
rencana kerja serta perlu dipersiapkan langkah-langkah mitigasi sehingga dampak tersebut khususnya yang bersifat negatif dapat diminimalkan.
Pratikno 2004 dan Bengen 2004 menyebutkan, terdapat beberapa isu utama yang berkaitan dengan kegiatan reklamasi di kawasan pesisir yang meliputi
hal-hal seperti hilangnya habitat alami yang berdampak pads penurunan keanekaragaman hayati, penurunan pendapatan nelayan, terjadinya erosi pantai,
banjir, pencemaran perairan pesisir, juga isu-isu teknis seperti terjadinya penurunan tanah dan korosi yang terjadi pada pondasi-pondasi bangunan di atas
kawasan reklamasi. Dengan direklamasinya suatu wilayah pesisir maka akan terjadi perubahan akses ke laut bagi masyarakat setempat, sehingga yang
diuntungkan dengan adanya reklamasi hanya orang-orang yang memiliki lahan di lokasi tersebut, sedangkan masyarakat pada umumnya nelayan-nelayan kecil dan
miskin akan mengalami kesulitan. Dampak dari aktifitas reklamasi dapat bersifat sementara dan berlangsung dalam waktu singkat selama pelaksanaan pekerjaan
pengerukan, maupun yang berjangka menengah hingga yang permanen. Kegiatan-kegiatan yang menyebabkan gangguan yang bersifat fisik seperti
reklamasi terhadap perairan pesisir dan estuaria dapat menimbulkan dampak yang serius terhadap ekosistem pesisir dari laut. Selain itu kegiatan tersebut juga
memicu meningkatnya kekeruhan perairan, meningkatkan sedimentasi, serta gangguan terhadap komunitas-komunitas biologi seperti terumbu karang,
mangrove , dan padang lamun. Peningkatan kekeruhan di perairan, akan
mengganggu kelangsungan hidup ekosistem-ekosistem tersebut, sehingga dapat rusak dan mati. Pengembalian habitat yang rusak tersebut tentu saja tidak mudah
dan murah. Hal ini juga akan berdampak pada ekosistem antara lain kerusakan atau hilangnya habitat dan penurunan keanekaragaman hayati serta terganggunya
fungsi ekosistem. Reklamasi yang dilakukan di kawasan mangrove dikhawatirkan akan
mengganggu fungsi ekosistem ini dalam menjaga kelestarian kegiatan perikanan dan pariwisata mengingat kawasan mangrove merupakan kawasan nursery,
feeding , dan spawning bagi berbagai biota ekonomis dan biota lainnya yang
penting secara ekologis, juga fungsi kawasan mangrove dalam menyediakan perlindungan bagi pantai melalui stabilisasi sedimen, mencegah erosi, dan
penyaringan run off dari darat. Demikian juga dengan ekosistem padang lamun dan terumbu karang.
Penghamparan dan pemadatan material timbunan di pantai yang terdapat padang lamun dan terumbu karang, dapat menyebabkan kekeruhan perairan dan
sedimentasi yang dapat membuat kerusakan dan kehancuran ekosistem, yang secara tidak langsung juga dapat berpengaruh pada ekosistem di dekatnya,
terutama melalui gangguan pada rantai dan jaring makanan. Penghamparan dan pemadatan material timbunan di kawasan pantai yang dekat dengan estuaria dapat
menyebabkan gangguan pada ekosistem estuaria. Jika hal tersebut sampai menyebabkan banjir atau bergesernya alur sungai, maka akan mengganggu
ekosistem darat.
Ekosistem perairan merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan perairan
yang disusun oleh berbagai sub-sistem yang berbeda-beda. Dampak-dampak yang telah disebutkan di atas terkait dengan komunitas biologi, habitat pesisir, dan
ekosistem pesisir, pada akhirnya akan mempengaruhi sumberdaya perikanan pesisir. Selain itu habitat penting di pesisir juga merupakan kawasan pemijahan
dan mencari makan. Sehingga dengan adanya kegiatan reklamasi yang kurang memperhatikan lingkungan, mempunyai potensi menyebabkan gangguan terhadap
sumberdaya perikanan, akibat terganggunya salah satu komponen rantai makanan di perairan pesisir dan laut mangrove, terumbu karang, dan padang lamun
khususnya fauna benthic, fitoplanton, clan zooplankton. Pratikto 2004 juga menjelaskan bahwa kegiatan reklamasi pun harus
dipandang dalam kerangka Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu, karena tanpa keterpaduan dalam pelaksanaan reklamasi, akan terjadi benturan kepentingan
khususnya kepentingan yang bersifat ekonomi dengan kepentingan pelestarian sumberdaya. Misalnya, mempertahankan kawasan mangrove untuk tujuan
konservasi, yakni wisata alam, perikanan, pelindung pantai, dan sumber plasma nutfah dianggap kurang menguntungkan oleh para pengembang developer
dibandingkan jika lahan mangrove tersebut diubah dan digunakan untuk perhotelan, pemukiman mewah, atau pusat bisnis. Oleh karena itu, banyak lahan
mangrove yang akhir-akhir ini direklamasi oleh para pengembang clan pemerintah
daerah demi kepentingan ekonomi, dengan kurang memperhatikan kelestarian ekosistem pesisir dan kepentingan masyarakat luas. Padahal sebenarnya, dapat
dicari pola reklamasi yang dapat mengharmoniskan antara kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang konservasi atau kelestarian.
Berdasarkan penelitian Xu dan Wang 2003 tentang pengaruh reklamasi pantai pada dermaga Zhangzhou terhadap evolusi kawasan pesisir yang terdekat
menyimpulkan bahwa pengendapan pantai dermaga Zhangzhou terutama disebabkan oleh penimbunan pantai, dan penumpukan sedimen dari penimbunan
adalah alasan utama terjadinya akresi pantai Xu and Wang, 2003. Kemudian berdasarkan laporan penelitian yang dikeluarkan oleh departemen ekonomi
Universitas San Carlos, Filipina yang berjudul “biaya lingkungan atas reklamasi
pesisir di Metro Cebu, Filipina” menyimpulkan bahwa biaya lingkungan total dalam kasus proyek reklamasi cordoba diperkirakan sekitar US 59.000.000.
Loncatan angka ini diperkirakan masih rendah karena tidak termasuk berbagai eksternalitas negatif yang timbul sementara dari konstruksi reklamasi. Ini juga
tidak termasuk dampak dari peningkatan tingkat polusi yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi di area reklamasi tersebut. Dari empat kategori biaya
lingkungan dinilai dalam laporan penelitian ini, kerusakan karang dan eksternalitas dari penggalian untuk reklamasi adalah yang paling signifikan.
Menghindari kerusakan pada terumbu karang saja diperkirakan akan mengurangi lebih dari setengah biaya lingkungan Lauders et al. 2005.
Singapura yang telah melakukan kegiatan reklamasi pantai selama 4 dekade, telah mendapat masalah internal dan eksternal. Penduduk singapura yang telah
meningkat lebih dari 4 juta jiwa, membuat pemerintah singapura menghadapi masalah dalam pengadaan lahan yang cukup untuk perumahan, industri dan kantor
untuk aktifitas pemerintahan. Beberapa pelabuhan dan pulau-pulau lepas pantai di Singapura telah dirubah atau diperbesar dengan beberapa proyek reklamasi pantai.
Masalah internal yang dihadapi Singapura adalah reklamasi ini telah sangat merusak lingkungan yaitu menurunnya beberapa parameter kualitas lingkungan
akibat terjadinya degradasi lingkungan yang parah khususnya laut, baik oleh kerusakan langsung yaitu habitat terumbu karang, atau efek tidak langsung seperti
konsentrasi sedimen tersuspensi dan angka kematian ikan yang meningkat. Sedangkan masalah eksternal adalah lingkungan dan teritorial dimana telah timbul
beberapa kekhawatiran dari negara-negara tetangganya. Saat ini, masalah tersebut tampaknya menjadi masalah regional sejak proyek reklamasi tersebut banyak
menerima keprihatinan, khususnya dari lingkungan. Indonesia yang telah memberikan kontribusi materi untuk bahan reklamasi selama lebih dari dua
dekade, telah menghadapi beberapa masalah lingkungan akibat pengerukan pasir dan aktivitas ekspor Syamsidik, 2004
Kompleksitas kegiatan reklamasi dapat dilihat dalam hal pengaturan kegiatan di areal hasil reklamasi dan pengelolaan dampak kegiatan. Kegiatan-
kegiatan yang berlangsung di kawasan hasil reklamasi antara lain permukiman, pariwisata, perindustrian, perdagangan, dan transportasi, juga yang didominasi