Tabel 4. Matriks kerangka penelitian
No Tujuan Khusus
Metode Analisis VariabelParameter yang diukur
Data dan Sumber Data Output yang diharapkan
1 Mengetahui kondisi eksisting
ekonomi tentang PAD dan pendapatan
masyarakatpengguna Pantai
Kamali Analisis eksisting
ekonomi -
PAD Kota Bau-Bau -
Pendapatan masyarakatpengguna Pantai
kamali -
Primer Wawancara dan Panduan kuisioner
- Sekunder Penelusuran
pustaka terkait Tergambar
bagaimana kondisi
kesejahteraan masyarakat sebelum dan
sesudah reklamasi di Pantai Kamali
2 Mengetahui kondisi eksisting
ekologi yang meliputi kondisi habitat alami pantai, kualitas air,
sungai dan biota-biota Pantai Kamali dengan membandingkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pengelolaan
lingkungan
hidup Pesisir
Kamali Analisis eksisting
Ekologi -
Kondisi habitat alami pantai -
Kondisi kualitas air -
Kondisi sungai -
kondisi biota-biota Pantai Kamali
- Observasi pengamatan
langsung -
Sekunder Penelusuran pustaka terkait
Tergambar bagaimana
kondisi lingkungan
sebelum dan
sesudah reklamasi di Pantai Kamali
3 Mengetahui kondisi eksisting
sosial meliputi jaminan rasa aman, kesenjangan sosial dalam
masyarakat, dan konflik sosial serta moral masyarakat
Analisis eksisting Sosial
- Jaminan rasa aman
- Konflik sosial serta moral
masyarakat -
Kesenjangan sosial dalam masyarakat
- Primer Wawancara dan
Panduan kuisioner -
Sekunder Penelusuran pustaka terkait
Tergambar bagaimana
kondisi sosial masyarakat sebelum
dan sesudah
reklamasi di Pantai Kamali 4
Merumuskan alternatif
kebijakan, terkait dengan upaya pengelolaan ekosistem pesisir
Kamali hasil reklamasi di kota Bau-Bau yang meminimumkan
dampak lingkungan Analytical hierarchy
process AHP -
Pembuatan IPAL
setiap kegiatan
- Regulasi yang ketat terhadap
pembuangan pada
badan sungai
- Konservasi padang lamun
- Primer Wawancara dan
Panduan kuisioner Mendapatkan
alternatif kebijakan, terkait dengan
upaya pengelolaan
ekosistem Pantai Kamali hasil reklamasi di kota Bau-
Bau yang meminimumkan dampak lingkungan
IV. KARAKTERISTIK UMUM PANTAI KAMALI
4.1. Sejarah Reklamasi Pantai Kamali Posisi Kota Bau‐bau dari segi geostrategis merupakan posisi yang dilalui
jalur pelayaran nasional dan internasional. Sehingga Kota Bau‐bau pada prinsipnya juga ikut memainkan peranan yang cukup besar terhadap kawasan Asia
khususnya Indonesia. Sebab posisi dan jalur yang dipakai serta sumber potensi perdagangan hasil laut yang cukup besar terhadap percaturan pasar di Asia dan
Asia Tenggara. Hal ini menunjukan geliat kota yang ramai dan penuh dengan tekanan persaingan yang akan memicu tingkat stress tinggi pada manusia,
sehingga potensi konflik kemungkinan besar terjadi. Karakter kota perdagangan jelas membuat suasana masyarakat dengan karakter yang keras. Embrio ini sudah
terlihat karena kota Bau‐bau menjadi tempat eksodus masyarakat Buton dari Kota Ambon akibat konflik yang terjadi beberapa waktu lalu.
Kondisi tersebut membuat Pemkot Bau‐bau mengambil inisiatif yaitu membuat ruang multi fungsi untuk dapat memberikan kepuasan kepada
masyarakat. Bentuk inisiatif tersebut salah satunya adalah melakukan reklamasi Pantai Kamali sebagai ruang publik yang dapat memberikan suasana nyaman dan
aman. Kawasan ini disebut Pantai Kamali karena berada di pesisir pantai bekas bangunan “Kesultanan Buton Butuni”. Saat ini, kawasan Pantai Kamali luasnya
menjadi 35.840 m
2
yang telah direklamasi pada tahun 2004 yang kemudian diresmikan pembukaannya pada 18 Agustus 2005 oleh Gubernur Sulawesi
Tenggara pada waktu itu yaitu Ali Mazi, SH. Pantai tersebut jadi ruang publik yang paling ramai dan pusat perdagangan yang merupakan magnet untuk
rekreasi.
4.2. Karakteristik 4.2.1. Letak Geografis dan Administratif
Kota Bau-bau terletak di jazirah Sulawesi Tenggara bagian selatan pulau Buton. Daerah Kota Bau-bau secara geografis terletak di bagian selatan garis
katulistiwa di antara 5 21’ - 5
30’ lintang selatan dan di antara 122 30’ – 122
45’
bujur timur. Kawasan Pantai Kamali dengan luas 35.840 m
2
dimanfaatkan untuk area publik 26.040 m
2
, jembatan batu untuk pelabuhan tradisional 1.800 m
2
dan area pembangunan mall 8.000 m
2
terletak di Kelurahan Wale, Kecamatan Wolio Kota Bau-bau. Kecamatan Wolio secara geografis terletak diantara 5
46’ - 5 47’ lintang
selatan dan di antara 122 61’ – 122
62’ bujur timur , dengan luas 17,33 Km
2
atau 7,84 dari luas Kota Bau-bau. Luas Kelurahan Wale adalah 0,14 Km
2
atau 0,81 dari luas Kecamatan Wolio.
Kota Bau-bau berbatasan pada sebelah utara dengan Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton; sebelah timur berbatas dengan Kecamatan Pasarwajo
Kabupaten Buton; sebelah selatan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton dan sebelah barat dengan Selat Buton. Sedangkan Kecamatan Wolio berbatasan
pada sebelah utara dengan Selat Buton; sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kokalukuna Kota Bau-bau; sebelah selatan dengan Kecamatan
Sorawolio Kota Bau-bau dan Sebelah barat dengan Kecamatan Murhum Kota Bau-bau.
4.2.2. Hidrologi dan Topografi
Kondisi topografi wilayah Kota Bau-bau pada umumnya memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang dan berbukit-bukit. Diantara gunung
dan bukit-bukit, terbentang dataran yang merupakan daerah-daerah potensial untuk mengembangkan sektor pertanian. Kawasan Pantai Kamali pada umumnya
memiliki permukaan yang rata karena terletak di wilayah pesisir Kota Bau-bau. Di kawasan ini merupakan wilayah dengan perkembangan lahan terbangun tinggi
mengingat fungsinya sebagai pusat kota dengan aktifitas perdagangan dan pelabuhan laut.
Di kawasan ini juga terdapat sungai yang besar yaitu Sungai Bau-bau sebagai batas antara Kecamatan Wolio dan Kecamatan Murhum dan membelah
Kota Bau-bau. Sungai tersebut umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, irigasi dan kebutuhan rumah tangga. Air merupakan salah
satu komponen lingkungan paling penting untuk kehidupan, tanpa air proses kehidupan tidak akan berlangsung. Di Kota Bau-bau, akses terhadap air bersih
sering menjadi masalah, kualitas air saat ini tidak terlepas dari masalah. Masuknya