Kualitas Kimia Kondisi Ekonomi

jenisnya banyak mempengaruhi morfologi pantai di sekitar muara sungai disebut sedimen of inlents dan sedimen yang bersumber dari darat yang terangkut ke laut oleh angin dan drainase atau penguraian sisa-sisa organisme disebut pyroclastic sediment . CHL 2002 dalam Baharuddin 2006 mengklasifikasikan sedimen berdasarkan ukuran butirnya Skala Wentworth yakni lempung, lanau, pasir, kerikil, koral pebble, cobble, dan batu boulder. Berdasarkan hasil pemantauan, wawancara dan penelusuran pustaka terkait, sedimentasi yang terakumulasi di muara Sungai Bau-bau yang telah menyebabkan pendangkalan muara sungai tersebut jika ditinjau dari aspek oseanografi fisika sebagian besar tidak bersumber dari adanya reklamasi. Sedimentasi yang berasal dari reklamasi yang berupa pasir hitam untuk bahan timbunan hanya pada saat tahap kontruksi pembangunan reklamasi saja yaitu pada tahun 2004 dan 2005. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Baharudin 2006 yang menyatakan bahwa tingginya sedimen di muara Sungai Bau-bau dengan ketebalan 0,65 m, bila dibandingkan dengan seluruh Pantai Bau-bau berasal dari hulu dan sepanjang Sungai tersebut dan pengaruh jeti yang dibangun tegak lurus terhadap garis pantai, sehingga menyebabkan sedimen tertahan pada daerah ini. Pemanfaatan wilayah pesisir dengan adanya reklamasi pada Pantai Kamali dan pembangunan mall di samping depan muara Sungai Bau-bau di satu sisi tidak bisa di pungkiri juga telah menyebabkan perubahan atau pertambahan garis pantai semakin menjorok ke laut. Pengerukan dan penimbunan dalam proses reklamasi Pantai kamali telah menyebabkan perubahan arus laut sekitarnya yang pada akhirnya telah mengubah pola sedimentasi di wilayah ini. Dampak negatif dari hal ini adalah adanya pembangunan reklamasi menyebabkan proses sedimentasi yang seharusnya berada pada area reklamasi, semakin memanjang ke laut atau terjadinya perubahan sedimen yang sebelumnya tertampung pada wilayah reklamasi. Dampak negatif selanjutnya adalah hancurnya habitat alami pantai seperti padang lamun dan biota-biota air lainnya akibat adanya penimbunan pantai. Tingkat sedimen dan abrasi pada garis pantai sangat bergantung pada sumber sedimen dan transpor sedimen yang disebabkan pula oleh pola hidrodinamika pantai. Pola hidrodinamika pantai sendiri dipengaruhi oleh bentuk pantai. Terjadinya keruskan ekosistem lamun di Pantai Kamali dapat terjadi seperti yang dikemukakan oleh Fortez et al. 1998 dalam syukur 2001 yang menjelaskan bahwa kerusakan ekosistem padang lamun disebankan oleh dua faktor yaitu faktor alam dan faktor anthropogenik, misalnya di Teluk Botany New South Wales terjadinya gangguan pada lamun sebagi akibat dari meningkatnya jumlah sedimen yang berpengaruh pada tingkat kekeruhan perairan dan pada gilirannya menghambat pertumbuhan lamun. Mahida 1993 dalam Syukur 2001 menjelaskan juga bahwa kekeruhan terjadi di kolom air disebabkan oleh bahan-bahan organik, jazat renik, dan lumput atau sedimen, yang mana kekeruhan ini dapat menganggu penetrasi cahaya yang masuk ke dalam kolom air dan berdampak langsung terhadap aktifitas fotosintesis oleh organisme yang berada didalam kolom air seperti lamun, sehingga jumlah produktifitas primer perairan yang dihasilkan akan berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Haerudin 2006 mengatakan bahwa sedimen juga merupakan “gudang” penyimpanan berbagai jenis polutan, yang resisten dalam kolom air. Polutan yang memiliki persistensi tinggi, akan terendapkan dalam sedimen untuk waktu yang lama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Dampak lingkungan yang mungkin terjadi dari akumulasi polutan dalam sedimen dapat berupa gangguan terhadap biota laut terutama bentos, gangguan terhadap kesehatan manusia yang mengkonsumsi makanan dari laut sea food dan gangguan terhadap kenyamanan lingkungan, akibat bau yang berasal dari sedimen yang mengalami pembusukan.

5.2.2.2. Ekosistem Estuaria E

stuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya saluran air tawar dan genangan air tawar. Dahuri et al 2001 menyatakan tingginya tingkat pemanfaatan di daerah estuaria menimbulkan berbagai dampak lingkungan seperti hilangnya sumberdaya estuaria Pengembangan sumberdaya esutuaria yang tidak dilakukan secara tidak terencana telah mengakibatkan berbagai dampak baik yang berlangsung dalam waktu yang singkat maupun dalam jangka yang lama, seperti kerugian ekonomi opportunity cost . Kawasan Pantai kamali dan muara sungai Bau-bau merupakan ekosistem estuaria yang ada di Kota Bau-bau. Pembuangan limbah yang terjadi secara terus menerus merupakan salah satu penyebab utama terjadinya degradasi ekosistem estuaria. Berbagai efek dramatis lainnya, seperti misalnya terjadinya kematian ikan secara tiba-tiba, pencemaran juga menyebabkan degradasi yang terus menerus yang kemudian diikuti oleh hilangnya ikan-ikan dan biota-biota air lainnya atau menurunnya daya dukung dari eksositem tersebut carrying capacity . Bahan-bahan kimia dan organik merupakan sebagian dari bahan pencemar tersebut. Zat-zat tersebut menyebabkan lingkungan estuaria di Kota Bau-bau tersebut menjadi tidak bersahabat, sehingga ikan-ikan berpindah dan menghambat reproduksi kerang-kerangan atau dengan kata lain memutuskan rantai makanan yang telah stabil. Berdasarkan pengamatan, hasil wawancara di lapangan dan penelusuran pustaka terkait, dibeberapa pesisir Kota Bau-bau kondisi estuaria sudah terganggu, khususnya pada daerah reklamasi Pantai Kamali dan muara Sungai Bau-bau. Hal ini berarti telah mengancam keberlanjutan ekosistem estuaria di Kota Bau-bau dalam menopang kehidupan masyarakat dan pembangunan di wilayah tersebut. Adanya beberapa industri kimia meskipun berskala rumah tangga di Kecamatan Wolio dan Murhum, yang dilalui oleh Sungai Bau-bau, kemudian juga masih dijadikannya muara Sungai Bau-bau sebagai dermaga oleh sebagian kapal-kapal motor antar pulau yang membuang limbahnya seperti minyak dan oli ke muara sungai telah menimbulkan ancaman serius pada ekosistem ini. Di tambah lagi dengan lambatnya debit air pada muara Sungai Bau-bau akibatnya terjadinya pendangkalan sungai oleh sedimentasi yang berlebihan. Salah satu ancaman yang serius terhadap kualitas lingkungan estuaria adalah berlangsungnya proses perlumpuran dan turbiditas dari daerah sungai Prasetyo et al . 2000 dalam Mutia, 2007. Perlumpuran dan turbiditas yang tinggi serta didukung oleh berbagai faktor lingkungan, seperti kecepatan arus, akan sangat mempengaruhi proses sedimentasi di daerah estuaria yang pada akhirnya akan mempengaruhi berbagai organisme yang berada di dasar perairan sedimen. Dahuri et al. 2001 menyatakan kebanyakan organisme estuaria merupakan organisme yang rentan. Hal ini disebabkan organisme estuaria banyak yang hidup di dekat batas-batas toleransinya. Apabila terjadi perubahan faktor-faktor lingkungan di perairan estuaria seperti suhu, salinitas, dan oksigen akan sangat mengganggu organisme tersebut. Beberapa biota-biota air seperti udang, kepiting dan kerang-kerangan di Pantai Kamali dan muara Sungai Bau-bau telah terbukti semakin berkurang atau bahkan hilang dikawasan tersebut berdasarkan wawancara dengan penduduk dan stakeholder setempat. Hal ini utamanya disebabkan hancurnya ekosistem estuaria yaitu ekosistem padang lamun dan terumbu karang yang dulu pernah ada diwilayah ini, akibat pembangunan reklamasi pantai dan semakin meningkatnya transportasi kapal- kapal antar pulau-pulau ke Kota Bau-bau. Penimbunan untuk reklamasi yang dilakukan pada kawasan pesisir Kamali telah menyebabkan hancurnya ekosistem estuaria khususnya padang lamun dan terumbu karang yang juga berfungsi sebagai rumah bagi biota-biota air dalam melakukan pemijahan, mencari makan dan sebagainya. Kawasan Pantai Kamali berdasarkan hasil analisis citra landsat TM tahun 1990, memiliki luas ekosistem padang lamun dan alga kurang lebih 1,67 hektar, terumbu karang 2,1 hektar dan tidak ada mangrove Gambar 5. Hasil updeting data spasial MCRP silika Bapedalda Sultra dalam Laporan Kondisi Substrat Pesisir Sultra tahun 2007 lalu menegaskan bahwa ekosistem padang lamun dan terumbu karang sudah sangat langka ditemukan di kawasan Pantai Kamali pada tahun tersebut Bapedalda Sultra, 2007. Berdasarkan informasi selanjutnya dari Dinas Perikanan Kota Bau-bau tahun 2011 ini, luas ekosistem padang lamun tinggal 0,098 hektar dan terumbu karang 0,47 hektar. Hal ini menegaskan bahwa luas ekosistem padang lamun di kawasan Pantai Kamali telah menurun sebesar 1,572 hektar. Luas ekosistem terumbu karang juga telah menurun sebesar 1,63 hektar. Reklamasi untuk pembangunan pelabuhan Dublin di Irlandia telah menyebabkan peningkatan konsentrasi logam dalam sedimen permukaan di zona pasang surut sehingga memiliki efek buruk pada biota-biota pantai di muara Sungai Tolka diwilayah tersebut. Proyek ini juga telah menyempitkan tenggorokan muara Tolka Buggy and Tobin, 2006. Reklamasi atas lahan juga mengubah kecenderungan suksesi intrinsik fauna tanah melalui mekanisme yang