Kesimpulan 1. KESIMPULAN DAN SARAN

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Bau-bau. 2009. Status Lingkungan Hidup Kota Bau-bau. Bapedalda Kota Bau-bau. Bau-bau. Li, K., Liu, X., Zhao, X., Guo, W. 2010. Effects of Reclamation Projects on Marine Ecological Environment in Tianjin Harbor Industrial Zone . Procedia Environmental Sciences. 2:792-799. Lourdes O. M., Annie G.D., and Elizabeth M.R. 2005. The Environmental Costs of Coastal Reclamation in Metro Cebu, Philippines Research Report . Department of Economics, University of San Carlos, P del Rosario St Cebu City 6000. Philippines. Mackereth. F.J.H., Heron, J. And Talling, J.F. 1989. Water Analysis. Freshwater Biological Association . Cumbria. UK. 120 p. Mall Umna Rijoli Bau-bau. 2009. Profil Umna Rijoli Bau-bau. Mall umna Rijoli Kota Bau-bau. Bau-bau. Marimin. 2002. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Manajemen. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Moinarski, L. 2002. Pulau Serangan: Dampak Pembangunan pada Lingkungan dan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Malang dan Australian Consortium for in-Country Indonesian Studies. Australia. Mutia, H.Z.N.A. 2007. Kualitas Fisika-Kimia Sedimen Serta Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nybakken, J.W. Terj., 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Cetakan kedua. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. Novita, C.R.H. 2006. Biokumulasi Pb, Cd dan Cu Dalam Lamun Enhalus acoroides Di Perairan Teluk Banten. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water quality, Prevention, Identification, and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold, New York. 1054 p. Panggabean, A.S. 2007. Keterkaitan Faktor Lingkungan Perairan Terhadap Kondisi Karang dan Keanekaragaman Ikan Di Pulau Pamegaran dan Kuburan Cina Kepulauan seribu, Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Park, S.R., Kim, J.H., Kang, C.K., An, S., Chung, I.K., Kim, J.H., Lee, K.S. 2008. Current status and ecological roles of Zostera marina after recovery from large-scale reclamation in the Nakdong River estuary, Korea . Estuarine, Coastal and Shelf Science. 81:38-48. Pemerintah Pusat RI. 2004. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta. Pemkot Bau-bau. 2003. Peraturan Daerah Perda Kota Bau-bau No. 3 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Retribusi Daerah Kota Bau-bau. Bau-bau. Pratikto, W.A. 2004. Reklamasi Wilayah Pesisir Ditinjau dari Perspektif Pengelolaan Wilayah Terpadu Integrated Coastal Management. Makalah Lokakarya Pengelolaan Reklamasi di Wilayah Pesisir. Jakarta, 14 Juni 2004. Dirjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Ruesink, J. and Wu, J. 2005. Tideflat Reclamation: a Global Comparison. Department of Biology, University of Washington, Seattle, WA 98195. USA. Rusli, S. 1982. Abstrak Laporan Gerak Mobilitas Penduduk Pedesaan Di Jawa Tengah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saaty, TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi Kompleks. Terjemahan. PT Pustaka Binama Pressindo. Jakarta. Santoso, M. A. 2001. Good Governance dan Hukum Lingkungan. Indonesian Center for Environmental Law ICEL. Jakarta. Shidarta, Dietriech, G. B., Rais, J., Purwaka, T., Daud, M.S., Sembiring, S.N., Simarmata, R., Karwur, D., Titahelu, R.Z., Pranoto, A.K., Patlis, J.M, Agoes, E.R., Djalal, H. 2005. Menuju Harmonisasi Sistem Hukum Sebagai Pilar Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia. Kementerian Perencanaan Pembangunan NasionalBappenasDKPDephum HAMCRMPMitra Pesisir. Jakarta. Soehartono, I. 1999. Metode Penelitian Sosial. Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Soekartawi. 2002. Analisis UsahaTani. UI-Press. Sohma, A., Sekiguchi, Y., Nakata, N. 2008. Application of an ecosystem model for the environmental assessment of the reclamation and mitigation plans for seagrass beds in Atsumi Bay . Estuarine, Coastal and Shelf Science. 83:133-147. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta. Sutiknowati, L.I. 2008.Keterkaitan Antara Unsur Hara Nitrogen N Dan Fosfor P Pada Air Laut, Sedimen, Dan Serasah Terhadap Tingkat Pertumbuhan Lamun Di Kawasan Padang Lamun, Teluk Banten Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Syamsidik. 2003. Singapore Coastal Reclamation : History and Problems. Graduate Student at School of Mathematical Sciences . Universiti Sains Malaysia11800 – Penang. Malaysia. Syukur, A. 2001. Kajian Kerusakan Ekosistem Padang Lamun Seagrass Beds Melalui Pendekatan Ekologi Dan Ekonomi Di Perairan Pesisir Desa Tanjung Luar Lombok Timur. tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wang, X., Chen, W., Zhang, L., Jin, D., Lu, C. 2010. Estimating the ecosystem service losses from proposed land reclamation projects: A case study in Xiamen . Ecological Economics. 69:2549-2556. Wardoyo STH. 1995. Pengelolaan Kualitas Air Wilayah Pesisir. ICZM. PPLH- IPB dan Bakosurtanal. Bogor. Wirdah, S. 2006. Analisis Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa DKI Jakarta Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wu, J.,Fu, C., Chen, S., Chen, J. 2002. Soil faunal response to land use: effect of estuarine tideland reclamation on nematode communities . Aplied Soil Ecology.21:131-147. Xu, M., and Wang, J. 2003. Influence of Coastal Reclamation in Zhangzhou Port on Coastal Evolution of Neighboring Sea Are . International Conference on Estuaries and Coasts. Hangzhou, China. 9 November 2003. School of Geography, Nanjing Normal University, Nanjing. China. 210097. Lampiran 1. Hasil perhitungan kuisioner lengkap AHP Elemen Instrumen Total PG DLH DKP Bappeda DTR Dispenda PU PT LSM PPK- Bp Dio KRT- S.Ode PL- Ama PUR- LD Dnl KKT- Tldn KRT- Makruf Bagian 1 DKP - DLH 12 12 3 14 12 1 17 12 4 13 13 14 13 15 4,96032E-05 0,5 12 DKP - Bappeda 13 2 12 13 14 1 14 3 5 2 12 13 5 3 0,520833333 1,0 1 DKP - DTR 2 3 4 13 13 1 16 6 6 3 14 12 12 1 3 1,1 1 DKP - Dispenda 7 8 7 4 5 7 2 7 3 4 6 2 6 13 221276160 3,9 4 DKP - PU 6 7 5 3 2 1 12 5 12 5 4 6 3 13 189000 2,4 2 DKP - PT 5 4 6 3 3 1 15 9 7 12 3 3 7 15 85730,4 2,3 2 DKP - LSM 4 5 2 4 6 1 13 8 8 3 2 4 2 1 983040 2,7 3 DKP - Masyarakat 3 6 13 3 4 1 3 4 2 12 5 5 4 17 12342,85714 2,0 2 DLH - Bappeda 12 3 14 13 13 3 4 2 2 4 2 2 7 1 224 1,5 1 DLH - DTR 3 4 2 13 12 3 2 5 3 5 12 3 2 1 5400 1,8 2 DLH - Dispenda 8 9 5 4 6 7 8 6 12 6 8 5 8 1 2786918400 4,7 5 DLH - PU 7 8 3 3 3 3 6 4 15 7 6 9 5 1 41150592 3,5 3 DLH - PT 6 7 4 3 4 1 3 8 4 2 5 6 9 13 34836480 3,5 3 DLH - LSM 5 6 12 4 7 1 5 7 5 5 4 7 4 1 41160000 3,5 3 DLH - Masyarakat 4 7 15 3 5 1 9 3 13 2 7 8 6 17 72576 2,2 2 Bappeda - DTR 4 2 5 13 2 1 13 4 2 2 13 2 16 1 15,80246914 1,2 1 Bappeda - Dispenda 9 7 8 3 8 3 5 5 13 3 7 4 2 1 50803200 3,6 4 Bappeda - PU 8 6 6 3 5 1 3 3 16 4 5 8 13 1 345600 2,5 2 Bappeda - PT 7 3 7 3 6 1 12 7 3 13 4 5 3 13 185220 2,4 2 Bappeda - LSM 6 4 3 4 9 13 2 6 4 2 3 6 14 1 373248 2,5 2 Bappeda - Masyrkt 5 5 12 3 7 13 6 2 14 13 6 7 12 17 262,5 1,5 1 DTR - Dispenda 6 6 4 4 7 3 7 2 14 2 9 3 7 1 16003008 3,3 3 DTR - PU 5 5 2 3 4 1 5 12 17 3 7 7 4 1 126000 2,3 2 DTR - PT 4 2 3 4 5 13 2 4 2 14 6 4 8 13 40960 2,1 2 DTR - LSM 3 3 13 5 8 13 4 3 3 1 5 5 3 1 108000 2,3 2 DTR - Masyarakat 2 4 16 3 6 13 8 13 15 14 8 6 5 17 36,57142857 1,3 1 Dispenda - PU 12 12 13 13 14 13 13 13 14 2 13 5 14 1 5,35837E-05 0,5 12 Dispenda - PT 13 15 12 12 13 13 16 3 5 15 14 2 2 13 0,000308642 0,6 12 Dispenda - LSM 14 14 16 3 2 17 14 2 6 12 15 3 15 1 0,001607143 0,6 12 Dispenda - Msyrkt 15 13 19 12 12 13 2 14 12 15 12 4 13 17 2,93945E-06 0,4 12 PU - PT 12 14 2 3 2 1 14 5 8 16 12 14 5 13 0,520833333 1,0 1 PU - LSM 13 13 14 4 5 13 12 4 9 13 13 13 12 1 0,061728395 0,8 1 PU - Masyarakat 14 12 17 3 3 1 4 12 3 16 2 12 2 17 0,045918367 0,8 1 PT - LSM 12 2 15 3 4 1 3 12 2 4 12 2 16 1 4,8 1,1 1 PT - Masyarakat 13 3 18 12 2 1 7 16 16 1 3 3 14 13 0,018229167 0,8 1 LSM - Masyarakat 12 2 14 13 13 1 5 15 17 14 4 2 3 17 0,003401361 0,7 12 Bagian 2 Ekologi - Sosial 3 5 5 7 13 2 3 13 15 3 13 13 0,5 2 23,33333333 1 1 Ekologi - Ekonomi 2 5 7 5 15 12 2 13 15 2 17 15 13 12 0,044444444 1 1 Sosial - Ekonomi 12 1 3 1 1 12 12 1 1 12 1 1 13 12 0,03125 1 1 Bagian 3.1 KHAP - KA 13 2 2 4 1 3 2 5 13 3 12 2 1 2 320 2 2 KHAP - KS 13 3 2 3 3 5 2 5 14 1 14 2 1 2 225 1 1 KHAP - KBP 12 12 2 2 1 1 2 3 12 1 13 2 1 2 4 1 1 KA - KS 12 2 1 13 5 3 2 3 12 1 13 2 13 2 6,666666667 1 1 KA - KBP 12 13 1 13 1 1 2 13 2 1 12 2 1 2 0,148148148 1 1 KS - KBP 2 14 1 12 13 13 2 13 3 1 2 2 3 2 1,333333333 1 1 Bagian 3.2 Jram - Kssm 1 3 2 9 3 1 2 9 5 1 3 3 2 3 787320 3 3 Jram - Ksm 3 3 2 7 5 3 2 9 3 9 5 3 2 5 137781000 4 4 Kssm - Ksm 2 2 2 1 1 2 2 1 1 9 1 2 2 4 4608 2 2 Bagian 3.3 PAD - Pmspk 15 15 13 2 13 15 17 15 15 12 15 7 3 7 0,000149333 1 1 Bagian 4.1 IPAL - REGULASI 15 3 13 12 2 15 7 2 2 12 2 12 13 3 0,56 1 1 IPAL - KSRVS 1 2 3 2 3 1 7 3 12 2 12 2 14 1 189 1 1 REGULASI - KSVR 3 1 5 3 3 3 7 2 13 3 13 3 13 15 378 2 2 Bagian 4.2 IPAL - REGULASI 13 12 12 2 12 13 7 2 13 12 1 12 12 3 0,048611111 1 1 IPAL - KSVR 5 2 2 3 2 5 7 3 12 12 5 2 3 2 189000 2 2 REGULASI - KSVR 7 2 3 2 3 7 7 2 2 2 7 3 3 13 2074464 3 3 Bagian 4.3 IPAL - REGULASI 12 13 13 13 3 13 7 12 15 2 12 13 12 2 0,004320988 1 1 IPAL - KSVR 3 2 12 5 2 4 7 13 1 3 2 3 3 3 45360 2 2 REGULASI - KSVR 3 3 2 7 12 6 7 12 3 2 3 5 3 2 714420 3 3 Bagian 4.4 IPAL - REGULASI 1 1 12 1 2 3 7 2 2 12 15 3 13 1 8,4 1 1 IPAL - KSVR 13 12 2 5 12 2 7 3 3 12 17 13 14 15 0,125 1 1 REGULASI - KSVR 12 12 3 7 13 12 7 2 3 2 13 15 13 13 0,544444444 1 1 Bagian 4.5 IPAL - REGULASI 1 12 12 2 12 13 7 2 2 1 13 2 13 12 0,259259259 1 1 IPAL - KSVR 2 13 2 3 12 3 7 3 3 7 12 3 12 2 3969 2 2 REGULASI - KSVR 3 12 3 2 2 5 7 2 3 9 2 2 2 3 816480 3 3 Bagian 4.6 IPAL - REGULASI 1 1 12 3 13 3 7 2 2 12 13 12 2 12 3,5 1 1 IPAL - KSVR 2 13 2 3 12 2 7 3 1 12 12 2 3 2 252 1 1 REGULASI - KSVR 3 13 3 2 2 12 7 2 3 2 2 3 2 3 18144 2 2 Bagian 4.7 IPAL - REGULASI 1 1 12 3 13 3 7 2 2 12 13 12 2 1 7 1 1 IPAL - KSVR 2 12 1 3 15 5 7 3 1 12 12 2 4 0,2 25,2 1 1 REGULASI - KSVR 3 12 2 2 13 3 7 2 3 2 2 3 3 13 3024 2 2 Bagian 4.8 IPAL - REGULASI 13 12 12 3 2 5 7 2 2 12 12 2 1 4 140 1 1 IPAL - KSVR 12 2 2 3 3 7 7 3 3 12 12 3 19 5 3307,5 2 2 REGULASI - KSVR 2 3 3 2 2 1 7 2 2 2 2 2 15 8 25804,8 2 2 Bagian 4.9 IPAL - REGULASI 12 12 13 5 1 1 7 2 12 2 12 2 13 4 7,777777778 1 1 IPAL - KSVR 13 2 3 3 3 3 7 3 5 12 12 3 15 5 4252,5 2 2 REGULASI - KSVR 12 3 5 1 5 2 7 2 5 13 12 2 13 3 1750 2 2 Ket : PG = Pendapat gabungan Lampiran 2. Hasil matriks pendapat gabungan AHP Intruksi 1 Intruksi 2 Intruksi 3.1 Intruksi 3.2 Instruksi 3.3 Intruksi 4.1 Instruksi 4.2 Instruksi 4.3 Intruksi 4.4 Instruksi 4.5 Instruksi 4.6 Instruksi 4.7 Instruksi 4.8 Instruksi 4.9 Lampiran 3. Jawaban kuisioner eksisting sosial Sesudah reklamasi Ket : ∗ = di bagi 6 Sebelum reklamasi Ket : ∗ = di bagi 6 No Pilihan Jawaban Pertanyaan S a n g a t b a ik B a ik C u k u p B a ik K u ra n g b a ik T id a k a d a B e lu m t e rl a lu k e li h a ta n k e li h a ta n S a n g a t k e li h a ta n S a n g a t T e rk o n tro l T e rk o n tr o l C u k u p T e rk o n tr o l T id a k T e rk o n tro l 1 Jaminan rasa aman - 5 17 8 2 Kesenjangan sosial 5 17 8 - 3 Kondisi sosial dan moral masyarakat : Prostitusi 2 18 10 - Narkoba 1 19 10 - Kekraban antar masyarakat - 8 20 2 Gotong royong 2 9 19 - Kehidupan beragama 20 7 3 - Konflik sosial 19 8 3 - Jumlah total jawaban responden - 5 17 8 5 17 8 - 6 ∗ 10 ∗ 12 ∗ 2 No Pilihan Jawaban Pertanyaan S a n g a t b a ik B a ik C u k u p B a ik K u ra n g b a ik T id a k a d a B e lu m t e rl a lu k e li h a ta n k e li h a ta n S a n g a t k e li h a ta n S a n g a t T e rk o n tro l T e rk o n tr o l C u k u p T e rk o n tr o l T id a k T e rk o n tro l 1 Jaminan rasa aman - 17 11 2 2 Kesenjangan sosial 12 11 7 - 3 Kondisi sosial dan moral masyarakat : Prostitusi 21 5 4 - Narkoba 24 5 1 - Kekraban antar masyarakat 4 16 10 - Gotong royong 8 15 7 - Kehidupan beragama 21 7 2 - Konflik sosial 19 9 2 - Jumlah total jawaban responden - 17 11 2 9 11 10 - 16,17 ∗ 9,5 ∗ 4,33 ∗ - Lampiran 4. Jawaban kuisioner eksisting ekonomi Sesudah reklamasi Ket : ∗ = di bagi 6 Sebelum reklamasi Ket : ∗ = di bagi 6 No Pilihan Jawaban Pertanyaan M e n in g k a t T id a k T e rl a lu M e n in g k a t T e ta p a ta u b ia sa s a ja M e n u ru rn S a n g a t M e n u ru n S a n g a t b e rd a m p a k p o si ti f B e rd a m p a k P o si ti f T e ta p a ta u b ia sa s a ja 1 Pendapatan masyarakat dan pengguna Pantai Kamali Pedagang 21 7 2 - - Nelayan - 8 20 2 - Jasa angkutan darat 17 9 4 - - 2 Kontribusi Pantai Kamali terhadap PAD Kota Bau-bau 18 12 - Jumlah total jawaban responden 12,67 ∗ 8 ∗ 8,67 ∗ 0,67 ∗ - 18 12 - No Pilihan Jawaban Pertanyaan M e n in g k a t T id a k T e rl a lu M e n in g k a t T e ta p a ta u b ia sa s a ja M e n u ru rn S a n g a t M e n u ru n S a n g a t b e rd a m p a k p o si ti f B e rd a m p a k P o si ti f T e ta p a ta u b ia sa s a ja 1 Pendapatan masyarakat dan pengguna Pantai Kamali Pedagang 2 24 4 - - Nelayan - 5 25 - - Jasa angkutan darat 4 23 3 - - 2 Kontribusi Pantai Kamali terhadap PAD Kota Bau-bau 5 23 2 Jumlah total jawaban responden 2 ∗ 17,33 ∗ 10,67 ∗ - - 5 23 2 Lampiran 5. Jawaban kuisioner eksisting lingkungan No Pilihan Jawaban Pertanyaan B e n a r M u n g k in S a la h Dampak negatif pembangunan reklamasi terhadap lingkungan sekitar Pantai Kamali 1 Hancurnya ekosistem terumbu karang yang dulu pernah ada 23 5 2 2 Pendangkalan pada muara sungai akibat menumpuknya sedimentasi 28 2 3 Berkurangnya biota-biota pantai seperti Kepiting, Ikan Baronang dll 18 10 2 4 Hancurnya ekosistem padang lamun yang dulu pernah ada 19 10 1 5 Terganggunya ekosistem estuaria 23 6 1 Lampiran 6. Grafik perse Jaminan rasa aman Kesenjangan sosial dalam 10 20 30 40 50 60 Pra Reklam 56 10 20 30 40 50 60 Pra Reklamas 40 37 23 rsentase jawaban responden untuk kondisi eksistin lam masyarakat klamasi Pasca Reklamasi 17 37 56 7 27 masi Pasca Reklamasi 17 57 23 26 Tidak Belum Kelih Sanga sting sosial Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik idak ada elum terlalu kelihatan elihatan angat kelihatan Konflik sosial dan moral masy 10 20 30 40 50 60 Pra Reklamasi 54 32 14 syarakat Pasca Reklamasi 20 33 40 7 Sangat Terkon Cukup Tidak t ngat terkontrol rkontrol kup terkontrol ak terkontrol Lampiran 7. Grafik perse Pendapatan masyarakat d Kontribusi Pantai Kamal 10 20 30 40 50 60 Pra Reklamas 7 58 35 10 20 30 40 50 60 70 80 Pra Reklamasi 17 77 rsentase jawaban responden untuk kondisi eksistin at dan pengguna Pantai Kamali ali terhadap PAD Kota Bau-bau masi Pasca Reklamasi 42 27 29 2 Menin Tidak Tetap Menu Sanga asi Pasca Reklamasi 60 40 6 Sangat Berdam Tetap a sting ekonomi Meningkat idak terlalu meningkat etap atau biasa saja Menurun angat menurun gat berdampak positif dampak positif ap atau biasa saja Lampiran 8. Grafik persentase 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Musnahnya terumbu karang Penumpu sediment 75 93 19 7 6 se jawaban responden untuk kondisi eksisting ling pukan entasi Menurunnya biota pantai Musnahnya padang lamun Terganggunya estuaria 60 63 77 7 33 33 20 7 7 3 ingkungan Benar Mungkin Salah Lampiran 9. Jenis dan jumlah Life Form yang ditemukan di pesisir dan laut Kota Bau-Bau No Jenis Koloni Kode Kedalaman Jumlah 1 Acropora Branching ACB 3 128 2 Acropora Encrushting ACE 3 2 3 Acropora Submassive ACS 3 2 4 Acropora Digitata ACD 3 2 5 Acropora Tabulate ACT 3 6 6 Non Acropora Branching CS 3 154 7 Non Acropora Encrusting CE 3 36 8 Non Acropora Foliose CF 3 49 9 Non Acropora Massive CM 3 43 10 Non Acropora Sub Massive CS 3 97 11 Non Acropora Mushroom CMR 3 24 12 Non Acropora Milepora CME 3 3 13 Soft Coral SC 3 41 14 Sponges SP 3 18 15 Others OT 3 35 16 Algae Assemblage AA 3 17 Macro Algae MA 3 3 18 Turf Algae TA 3 19 Water WA 3 4 20 Dead Coral DC 3 157 21 Dead Coral with Algae DCA 3 43 22 Rock RCK 3 46 23 Sand S 3 24 24 Rubble R 3 10 Lampiran 10. Jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di kawasan Pantai Kamali No SpesiesGenus Family 1 Acanthurus sp Acanthuridae 2 Zebrasoma Scopas Acanthuridae 3 Melachanthus sp Blennidae 4 Heniochus chrysostomus Chaetodontidae 5 Plectorhincus sp Haemulidae 6 Coris sp 1 Labridae 7 Coris sp 2 Labridae 8 Halichoeres sp 1 Labridae 9 Halichoeres sp 2 Labridae 10 Labroides Dimidiatus Labridae 11 Thalassoma Lunare Labridae 12 Lutjanus sp 1 Lutjanidae 13 Lutjanus sp 2 Lutjanidae 14 Parapeneus sp 1 Mullidae 15 Parapeneus sp 2 Mullidae 16 Amblyglyphidodon Curacao Pomacentridae 17 Neoglyphidodon sp 1 Pomacentridae 18 Neoglyphidodon sp 2 Pomacentridae 19 Pomacentrus Alexanderae Pomacentridae 20 Pomacentrus Auriventris Pomacentridae 21 Scarus sp 1 Scaridae 22 Scarus sp 2 Scaridae Lampiran 11. Kategori jenis ikan karang yang ditemukan di pesisir Kota Bau-bau No SpesiesGenus Family Target Indikator Utama 1 Acanthurus sp Acanthuridae √ 2 Naso sp Acanthuridae √ 3 Zebrasoma Scopas Acanthuridae √ 4 Apogon sp Apogonidae √ 5 Apogon sp 1 Apogonidae √ 6 Apogon sp 2 Apogonidae √ 7 Apogon sp 3 Apogonidae √ 8 Balistapus Undulatus Balistidae √ 9 Sufflamen sp Balistidae √ 10 Bleniniella sp Balistidae √ 11 Melacanthus sp Balistidae √ 12 Pterocaesio sp Caesionidae √ 13 Chaetodon auriga Chaetodontidae √ 14 Chaetodon Baronesa Chaetodontidae √ 15 Chaetodon Bennetti Chaetodontidae √ 16 Chaetodon Kleinii Chaetodontidae √ 17 Chaetodon Trifasciatus Chaetodontidae √ 18 Chelmon Rostratus Chaetodontidae √ 19 Forcipiger Longirastris Chaetodontidae √ 20 Heniochus Chrysostomus Chaetodontidae √ 21 Heniochus diphreutes Chaetodontidae √ 22 Plectorhincus sp Haemulidae √ 23 Plectorhincus sp 1 Haemullidae √ 24 Plectorhincus sp 2 Haemullidae √ 25 Sargocentron sp Holocentridae √ 26 Coris sp Labridae √ 27 Coris sp 1 Labridae √ 28 Coris sp 2 Labridae √ 29 Halichoeres sp Labridae √ 30 Halichoeres sp 1 Labridae √ 31 Halichoeres sp 2 Labridae √ 32 Labroides Dimidiatus Labridae √ 33 Thalassoma Lunare Labridae √ 34 Thalassoma sp 1 Labridae √ 35 Thalassoma sp 2 Labridae √ 36 Lutjanus sp 1 Lutjanidae √ 37 Lutjanus sp 2 Lutjanidae √ 38 Parapeneus sp1 Mullidae √ 39 Parapeneus sp 2 Mullidae √ 40 Parupeneus multifasciatus Mullidae √ 41 Parupeneus Bifasciatus Mullidae √ 42 Scolopsis Bilineatus Nemipteridae √ 43 Centropyge Bicolor Pomacanthidae √ 44 Pygoplites Diacanthus Pomacanthidae √ 45 Amplyglyphidodon Curacao Pomacanthidae √ 46 Amplyglyphidodon sp Pomacanthidae √ 47 Amphiprion sp Pomacanthidae √ 48 Chromis Analis Pomacanthidae √ 49 Chromis Margaritifer Pomacanthidae √ 50 Chromis Retrofasciata Pomacanthidae √ 51 Chromis sp 1 Pomacanthidae √ 52 Chromis sp 2 Pomacanthidae √ 53 Chrysiptera Springeri Pomacanthidae √ 54 Dascyllus Melanurus Pomacanthidae √ 55 Dascyllus Trimaculatus Pomacanthidae √ 56 Neoglyphidodon sp Pomacanthidae √ 57 Neoglyphidodon sp 1 Pomacanthidae √ 58 Neoglyphidodon sp 2 Pomacanthidae √ 59 Pomacentrus Alexanderae Pomacanthidae √ 60 Pomacentrus Auriventris Pomacanthidae √ 61 Pomacentrus Coelestis Pomacanthidae √ 62 Pomacentrus Moluccensis Pomacanthidae √ 63 Pomacentrus sp Pomacanthidae √ 64 Chlorurus Sardidus Scaridae √ 65 Scarus sp Scaridae √ 66 Epinephelus Guoyanus Serranidae √ 67 Epinephelus sp Serranidae √ 68 Epinephelus Taufina Serranidae √ 69 Pseudanthias sp 1 Serranidae √ 70 Pseudanthias sp 2 Serranidae √ 71 Siganus sp Siganidae √ 72 Siganus Vulpinus Siganidae √ 73 Arothron Nigropunctatus Tetraodontidae √ Ket : A = Perubahan garis pantai yang menyebabkan perubahan pola arus B = pada muara sungai akibat menumpuknya sedimentasi C = Berkurangnya biota-biota pantai seperti Kepiting, Ikan Baronang dll D = Hancurnya kawasan padang lamun yang dulu pernah ada E = Terganggunya ekosistem estuaria ABSTRACT WADI AFDAL FAIZU. An Alternative Policy in the Management of Kamali Coast as the Result of Reclamation in the Town of Bau-Bau, which Minimizes the Environmental Impact. Supervised by ETTY RIANI and SUKARDI. The reclamation of Kamali Coast in Bau-Bau was conducted in 2004. This has led to the loss of potential coastal biological resources, especially some of the marine bio-resources, damaged ecosystem of sea grass and coral reefs. It has also caused changes in the landscape geomorphology that have an impact on the changes in ocean currents, sedimentation patterns and a shallower estuary of Bau-Bau River. The study was conducted to find appropriate alternative policies, related to the ecosystem management efforts at Kamali Coast resulting from the reclamation in the Town of Bau-Bau, which minimized the environmental impact. It tried to analyze the existing social, economic, and environmental conditions before and after reclamation and used the analytical hierarchy process AHP. The results showed that the social condition after reclamation is still quite good and well controlled. The economic condition has also contributed significantly to the regional revenue PAD of Bau-Bau. However, the environmental condition found some decreased water qualities, especially turbidity, TSS, dissolved oxygen, nitrate and phosphate. This has led to an increased sedimentation, thus a shallower estuary of Bau-Bau River. The alternative first policy obtained from the AHP analysis is a strict regulation for the dumping along the river. A tight regional regulation Perda is expected to enforce the companies that dispose waste in the form of sediment to create IPAL in order to minimize the environmental impact in this area. Keyword: reclamation, coastal, policy

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumberdaya lahan yang ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase UU 27, 2007. Hal ini umumnya terjadi karena semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan pesisir, sehingga perlu dicari solusinya. Pertumbuhan penduduk dengan segala aktivitasnya tidak bisa dilepaskan dengan masalah kebutuhan lahan. Pembangunan yang ditujukan untuk mensejahterakan rakyat yang ingin mendapatkan lahan khususnya di perkotaan telah mengantar pada perluasan wilayah yang tak terhindarkan. Hal ini menyebabkan manusia memikirkan untuk mencari lahan baru, terutama daerah strategis dimana terjadi aktivitas perekonomian yang padat seperti pelabuhan, bandar udara atau kawasan komersial lainnya. Akibat dari lahan yang ada arealnya terbatas sehingga kondisinya harus diubah menjadi lahan yang produktif untuk jasa dan kegiatan perkotaan. Salah satu jalan keluar yang dipilih untuk mengembangkan kota adalah dengan melakukan reklamasi perairan pantai sebagai upaya untuk menangani keterbatasan lahan tadi. Alasan lain dipilihnya reklamasi adalah bahwa pesisir dan laut merupakan harta milik bersama common property, sehingga penimbunan pesisir relatif tidak berbenturan dengan kepentingan atau kepemilikan lahan, karena wilayah pesisir tidak dimiliki oleh seseorang Dharmayanti, 2006. Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Alasan yang digunakan disini adalah bahwa semakin banyak kawasan komersial yang dibangun maka akan menambah pendapatan asli daerah PAD. Pantai Kamali yang berada di Kota Bau-bau, Provinsi Sulawesi Tenggara adalah salah satu pantai yang telah direklamasi pada tahun 2004, yaitu seluas 34.040 m 2 dan diresmikan pembukaannya pada 18 Agustus 2005. Saat ini, pantai tersebut jadi ruang publik yang paling ramai dan merupakan magnet untuk rekreasi. Pembangunan tempat rekreasi di pantai tersebut merupakan suatu usaha yang sesuai dengan konsep water front city dengan menciptakan perpaduan atau sinergi yang indah dan harmonis antara daerah laut dan daratan. Pembangunan ruang terbuka untuk umum di Pantai Kamali itu sesuai dengan jargon Kota Bau Bau yang terpampang di beberapa lokasi, dalam dialek Buton: bolimo karo somanamo lipu yang artinya mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Reklamasi pantai telah memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan pemekaran kota, penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dan lain‐lain. Namun bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk campur tangan intervensi manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi menimbulkan gangguan pada lingkungan. Setiap kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan wilayah pasti akan membawa dampak positif manfaat dan dampak negatif kerugian dari aspek sosial budaya, ekonomi dan ekologi. Peranan ketiga aspek tersebut dalam suatu pembangunan mulai dari tahap perencanaan sampai pada pelaksanaan dan dampaknya, sangat menentukan keberhasilan dari pembangunan tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya suatu perencanaan yang matang dan terpadu serta pelaksanaan kebijakan pengelolaan pantai hasil reklamasi yang cermat, agar tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan kualitas pantai tercapai, dan menghindari terjadinya penurunan kualitas lingkungan perairan atau bahkan menimbulkan konflik sosial dan permasalahan penataan ruang lainnya. Persoalan reklamasi telah terjadi di beberapa tempat seperti di Pesisir Ternate, kawasan Pantura Jakarta, Teluk Manado dan di Pantai Dadap Tangerang. Tetapi penelitian yang telah dilakukan relatif belum terpadu, sehingga diperlukan suatu penelitian yang terpadu dalam rangka mendapatkan alternatif kebijakan yang meminimumkan dampak lingkungan dalam membuat dan menjalankan suatu kebijakan pembangunan.

1.2. Kerangka Pemikiran

Kebijakan yang tidak efektif dapat berdampak pada penurunan kualitas lingkungan juga menimbulkan penurunan bidang sosial budaya yang akan mengakibatkan pembangunan reklamasi yang telah dilakukan menjadi sia-sia. Penelitian kebijakan diperlukan untuk menilai sejauh mana implementasi kebijakan tersebut selama ini. Hal tersebut juga sebagai upaya untuk mengembangkan kebijakan ke depan yang dapat memecahkan permasalahan yang ada. Pengembangan kebijakan ke depan idealnya harus diawali dengan mencari alternatif kebijakan dalam mengatasi dampak negatif dari suatu kebijakan. Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat proyek reklamasi itu adalah rusaknya ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan punah akibat proyek reklamasi itu antara lain berupa hilangnya berbagai spesies mangrove , padang lamun, punahnya spesies ikan, kerang, kepiting, burung dan berbagai mahluk hidup lainnya. Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi banjir. Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang alam geomorfologi dan aliran air hidrologi di kawasan reklamasi tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan merusak kawasan tata air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat bila dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global. Sementara itu, secara sosial rencana reklamasi pantai dipastikan juga dapat menyebabkan nelayan tradisional tergusur dari sumber‐sumber kehidupannya. Penggusuran itu terjadi karena kawasan komersial yang akan dibangun mensyaratkan pantai sekitarnya bersih dari berbagai fasilitas penangkapan ikan milik nelayan. Reklamasi pesisir pantai Kota Bau-bau dilakukan sejak tahun 2004 yang dimulai dengan penimbunan areal pantai yang sekarang di sebut oleh masyarakat dengan sebutan Pantai Kamali. Reklamasi ini telah menyebabkan hilangnya potensi sumberdaya hayati pesisir terutama beberapa biota laut yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Bau-bau. Pengerukan dan penimbunan dalam proses reklamasi pantai ini juga telah menyebabkan kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman hayati yaitu padang lamun dan terumbu karang yang pernah ada di kawasan reklamasi tersebut, kemudian berubahnya bentang alam geomorfologi dan aliran air hidrologi yang memungkinkan terjadinya perubahan arus laut sekitarnya yang dapat mengubah pola sedimentasi atau perubahan dan perpindahan sedimen yang sebelumnya tertampung pada wilayah reklamasi, sehingga memungkinkan terjadinya pendangkalan sungai di sekitar tempat itu. Sebenarnya sudah ada penelitian tentang reklamasi sebelumnya yaitu oleh Drakel 2004 tentang dampak reklamasi pantai terhadap kualitas perairan pesisir di Kota Ternate Provinsi Maluku. Basir 2005 tentang skenario modeling kebijakan reklamasi kawasan pantura terhadap sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan Penjaringan DKI Jakarta. Karaunan 2007 tentang kajian pengelolaan ekosistem pesisir di sekitar reklamasi Teluk Manado Provinsi Sulawesi Utara, dan Dharmayanti 2006 tentang kajian persepsi stakeholder pada lokasi reklamasi Pantai Dadap Kabupaten Tangerang, namun penelitian yang selama ini di lakukan belum menyeluruh. Penelitian yang lebih komprensif perlu segera dilakukan untuk menjawab persoalan-persoalan yang ada, khususnya di Pantai Kamali Kota Bau-bau yaitu alternatif kebijakan pengelolaan Pantai Kamali hasil reklamasi yang meminimumkan dampak lingkungan, sehingga pembangunan reklamasi yang telah dilakukan tidak sia-sia. Analisis atas beberapa aspek, seperti aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang dilakukan melalui analisis kondisi eksiting pra dan pasca reklamasi merupakan suatu langkah tepat untuk melakukan pengelolaan yang lebih otimal. Setelah mengetahui kondisi eksisting aspek-aspek tersebut tadi, maka selanjutnya diperlukan alternatif kebijakan melalui analysis hierarchy process AHP yang akan menghasilkan suatu kebijakan strategis sebagai arahan rekomendasi pengelolaan Pantai Kamali hasil reklamasi yang meminimumkan dampak lingkungan kepada Pemkot Bau-bau. Gambar 1. Kerangka pemikiran

1.3. Perumusan Masalah

Sampai saat ini, masih menimbulkan multipersepsi banyak pihak terkait dengan dampak reklamasi ini terhadap sosial budaya, ekonomi dan lingkungan seperti yang diberitakan di berbagai media massa dan berbagai opini yang berkembang dalam masyarakat Kota Bau-bau. Degradasi lingkungan pesisir, berpengaruh begitu besar terhadap hilangnya potensi sumberdaya hayati pesisir terutama beberapa biota laut yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, dan dampak selanjutnya pada aspek sosial adalah hilangnya tempat rekreasi untuk mencari ikan bagi masyarakat setempat khususnya dan Kota Bau- bau umumnya. Menurut Baharuddin 2006 menyatakan bahwa reklamasi Pantai Kamali telah menyebabkan perubahan pada garis pantai, perubahan pola arus sehingga berdampak pada penumpukan sedimentasi di muara sungai. Dalam mewujudkan suatu pembangunan yang berkelanjutan sustainable development diperlukan suatu keterpaduan dan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu maka muncul pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana kondisi eksisting lingkungan, ekonomi dan sosial Pantai Kamali sebelum dan sesudah reklamasi di Kota Bau-bau. 2. Alternatif kebijakan apa yang sebenarnya diterapkan, terkait dengan upaya pengelolaan ekosistem Pantai Kamali hasil reklamasi di Kota Bau-bau yang meminimumkan dampak lingkungan.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Mengetahui kondisi eksisting lingkungan, ekonomi dan sosial masyarakat dan pengguna Pantai Kamali sebelum dan sesudah reklamasi di Kota Bau-bau. 2. Mendapatkan alternatif kebijakan tepat, terkait dengan upaya pengelolaan ekosistem Pantai Kamali hasil reklamasi di Kota Bau-bau yang meminimumkan dampak lingkungan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Pelaksanaan pembangunan di kawasan pesisir harus dilakukan dengan terpadu dan holistik jika ingin mewujudkan pengembangan dan pembangunan kawasan pesisir yang optimal dan berkelanjutan. Pengelolaan wilayah pesisir terpadu integrated coastal zone management – ICZM adalah pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan environmental service yang terdapat di kawasan pesisir, dengan cara melakukan penilaian menyeluruh comprehensive assessment tentang kawasan pesisir beserta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan dan kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya, guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan Dahuri et al. 2001. Pengelolaan ini dilakukan dengan kontinyu dan dinamis dengan mempertimbangkan segenap aspek sosial ekonomi budaya dan aspirasi masyarakat pengguna kawasan pesisir stakeholder serta memperhatikan konflik kepentingan dan konflik pemanfaatan kawasan pesisir yang mungkin ada Sorensen dan Mc Creary dalam Dahuri et al. 2001. Batas wilayah pesisir untuk kepentingan pengelolaan terdapat dua macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan dan batas untuk wilayah pengaturan atau pengelolaan sehari-hari. Wilayah perencanaan meliputi seluruh daerah daratan hulu apabila terdapat kegiatan pembangunan yang dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumber daya di pesisir. Sementara dalam pengelolaan wilayah sehari-hari day to day management, pemerintah pihak pengelola mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan atau menolak suatu kegiatan pembangunan di kawasan pesisir. Sehingga untuk wilayah pengaturan menjadi tanggung jawab bersama antara instansi pengelolaan wilayah pesisir dalam regulation zone dengan instansi yang mengelola daerah hulu atau laut lepas. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan ekosistem dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami maupun buatan. Ekosistem alami yang terdapat di wiayah pesisir antara lain adalah terumbu karang coral reefs, hutan mangrove, padang lamun, pantai berpasir sandy beach, formasi pes-caprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, industri, agroindustri, dan pemukiman. Lang 1986 dalam Dahuri 2001 menyarankan bahwa keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut hendaknya dilakukan pada tiga tataran level yaitu tataran teknis, konsultatif dan koordinasi. Pada tataran teknis, segenap pertimbangan teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan harus seimbangproporsional dimasukkan ke dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan lautan. Sedangkan pada tataran konsultatif, segenap aspirasi dan kebutuhan para pihak yang terlibat stakeholder atau pihak yang akan terkena dampak pembangunan sumber daya pesisir harus diperhatikan sejak tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan. Dan pada tataran koordinasi mensyarakatkan diperlukannya kerjasama yang harmonis antara semua pihak yang terkait dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Pada dasarnya pengelolaan management terdiri dari tiga tahap utama yaitu : perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, maka nuansa keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan hingga evaluasi. Selain itu keterpaduan juga harus mencakup tiga dimensi yaitu dimensi sektoral, bidang ilmu serta keterkaitan ekologis. Pada dimensi keterpaduan sektoral, mensyaratkan adanya koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektoral. Keterpaduan dari sudut pandang bidang keilmuan dimaksudkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir harus dilaksanakan atas dasar pendekatan interdisiplin ilmu ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum, d1l yang relevan. Keterpaduan juga harus memperhatikan keterkaitan ekologis, mengingat wilayah pesisir tersusun dari berbagai macam ekosistem yang satu sama lain saling terkait, perubahan atau kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan berdampak pada ekosistem yang lain.

2.2. Reklamasi Pantai

Dalam memanfaatkan lahan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi, seharusnya secara otomatis membuat manusia lebih bijaksana, bukan justru menjadikannya sebagai alat untuk mempermudah memaksimalkan eksploitasi lahan tersebut. Asvaliantina et al. 2004 dalam Dharmayanti 2006 menyatakan bahwa dalam melakukan reklamasi terhadap kawasan pantai, harus memperhatikan berbagai aspekdampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Dampak-dampak tersebut antara lain dampak lingkungan, sosial budaya maupun ekonomi. Dampak lingkungan misalnya mengenai perubahan arus laut, kehilangan ekosistem penting, kenaikan muka air sungai yang menjadi terhambat untuk masuk ke laut yang memungkinkan terjadinya banjir yang semakin parah, kondisi lingkungan di wilayah tempat bahan timbunan, sedimentasi, perubahan hidrodinamika yang semuanya harus tertuang dalam analisis mengenai dampak lingkungan. Dampak sosial budaya diantaranya adalah kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM dalam pembebasan tanah, perubahan kebudayaan, konflik masyarakat, dan isolasi masyarakat. Sementara dampak ekonomi diantaranya berapa kerugian masyarakat, nelayan, petambak yang kehilangan mata pencahariannya akibat reklamasi pantai.

2.2.1. Motif Kegiatan Reklamasi Pantai

Reklamasi adalah suatu kegiatan atau proses memperbaiki daerah atau areal yang tidak terpakai atau tidak berguna menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain untuk lahan pertanian, perumahan, tempat rekreasi dan industri Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990. Dari definisi di atas, kegiatan reklamasi pantai adalah kegiatan untuk memperbaiki kondisi pesisir suatu wilayah. Hal ini sangat terkait dengan pesatnya kemajuan pembangunan suatu kota di pesisir yang menuntut pengembangan sarana- prasarana baru seperti pelabuhan, bandara, kawasan perindustrian, pemukiman, sarana sosial, rekreasi dan sebagainya. Kegiatan reklamasi biasanya dilatarbelakangi oleh alasan bahwa harga lahan di darat semakin mahal sehingga orang atau pemerintah daerah lebih memilih alternatif untuk menimbun pantai atau reklamasi untuk memperoleh lahan bagi pengembangan kota. Bahkan dalam beberapa kasus, reklamasi di kawasan pesisir sangat menjanjikan keuntungan secara ekonomis bagi pemerintah setempat, misalnya dalam hal penjualan lahan hasil reklamasi, investasi dalam bidang properti dan infrastruktur, retribusi dan pajak pembangunan juga kegiatan perekonomian di kawasan tersebut merupakan pemasukan ke kas pemerintah yang sangat menjanjikan. Ruesink dan Wu 2004 menyatakan telah mengidentifikasi 4 penggerak utama reklamasi pantai yaitu pertama adalah ekspansi pertanian yang dimulai pada awal abad ke 6 di teluk Osaka Jepang. Kedua adalah pembangunan industri yaitu pantai dinilai sebagai lokasi yang nyaman dilakukannya reklamasi untuk kawasan industri karena dekat dengan rute perdagangan untuk bahan dan ekspor. Ketenagakerjaan tersedia dari kota terdekat dan limbah dari proses industri hanya dibuang begitu saja pada anak sunga. Ketiga adalah reklamasi untuk pengembangan industri diwilayah pantai sering disertai dengan pembangunan pelabuhan untuk pengiriman barang. Keempat adalah kepadatan penduduk yang semakin meningkat akibat dari pengembangan kawasan industri diatas. Reklamasi pantai, apabila dilaksanakan secara terpadu, dengan teknologi yang tepat, dan sesuai dengan kondisi biogeofisik serta memperhatikan kondisi sosial ekonomi, maka kegiatan ini akan memberikan keuntungan dan manfaat seperti dalam hal Pratikno, 2004 : • mendapatkan tambahan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti untuk untuk tempat wisata, daerah industri, pelabuhan bahkan perumahan atau hotel, • memperbaiki kondisi fisik pantai yang telah mengalami kerusakan seperti akibat erosi, • memperbaiki kualitas lingkungan pantai secara keseluruhan, • memberikan kejelasan tanggung jawab pengelolaan pantai Sedangkan, reklamasi yang dilakukan secara parsial dan tidak terpadu justru akan memberikan kondisi yang sebaliknya. Banyak kegiatan reklamasi di