78 Contoh terakhir iklan yang melanggar subkategori 17 berasal dari kategori produk pangan
untuk keperluan gizi khusus jenis biskuit bayi makanan pendamping ASI yang mencantumkan adanya kalsium, vitamin C, dan zat besi. Pembahasan untuk contoh tersebut adalah sebagai berikut:
• Syarat pencantuman adanya mineral tersebut yaitu pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat mineral tidak kurang dari 16 dari jumlah yang dianjurkan AKG.
• Dari nutrition fact produk diketahui kandungan kalsium = 65 mg per 21,4 g 2 keping biskuit. AKG kalsium untuk anak usia 7-12 bulan = 400 mg. Maka kandungan kalsium pada produk =
16,25 AKG. Karena kurang dari 16,67 AKG, maka klaim adanya kalsium TMK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin C = 7,5 mg per 21,4 g 2 keping biskuit.
Nilai AKG vitamin C untuk anak usia 7-12 bulan = 40 mg. Maka kandungan vitamin C pada produk = 18,75 AKG. Karena lebih dari 16,67 ALG, maka klaim adanya vitamin C MK.
• Dari nutrition fact produk diketahui kandungan zat besi = 1,7 mg per 21,4 g 2 keping biskuit. Nilai AKG zat besi untuk anak usia 7-12 bulan = 7 mg. Maka kandungan zat besi pada produk =
24,29 AKG. Karena lebih dari 16,67 AKG, maka klaim adanya zat besi MK. Oleh karena ada mineral yang tidak terdapat dalam proporsi yang sesuai AKG, maka iklan TMK
untuk subkategori 17 kelompok pelanggaran F. Subkategori terakhir pada kelompok pelanggaran F yaitu mengenai pencantuman pernyataan
“dapat membantu melangsingkan”. Diketahui dari Petunjuk Teknis Khusus poin ke-6 i Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional,
Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman bahwa iklan pangan dapat mencantumkan pernyataan “dapat membantu melangsingkan” apabila nilai
kalorinya 25 lebih rendah dibandingkan dengan makanan sejenisnya. Dari keseluruhan iklan yang dievaluasi tidak ada satu pun yang mengandung pernyataan tersebut, maka dianggap MK untuk
subkategori tersebut.
4.6.7 Kelompok pelanggaran G: Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan
Proses dan Asal Serta Sifat Bahan Pangan
Dari hasil evaluasi menggunakan decision tree diketahui bahwa kesesuaian iklan terhadap kelompok pelanggaran G bervariasi, yaitu 67 MK, 78 MK, 89 MK, dan 100 MK. Jumlah
iklan yang 100 memenuhi peraturan pada kelompok pelanggaran G berjumlah 419 iklan 91,68 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi, yang artinya sebagian besar iklan yang dievaluasi telah
memenuhi peraturan yang berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan. Selanjutnya, 3 iklan 0,66 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi 67 MK untuk kelompok pelanggaran G, 1
iklan 0,22 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi 78 MK untuk kelompok pelanggaran G, dan 34 iklan 7,44 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi 89 MK untuk kelompok pelanggaran G.
Kelompok pelanggaran G diuraikan lagi dalam subkelompok pelanggaran yang sebarannya pada iklan yang dievaluasi dapat dilihat pada Tabel 24. Prosentase dalam tabel tersebut berdasarkan total iklan
yang tidak 100 MK kelompok pelanggaran G, yaitu 38 iklan yang memungkinkan TMK untuk satu atau lebih subkategori pada kelompok pelanggaran G.
79
Tabel 24. Sebaran pelanggaran iklan pangan terkait proses dan asal serta sifat bahan pangan
Subkelompok pelanggaran Jumlah
1 Iklan pangan yang dievaluasi memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan yang bersangkutan seluruhnya dibuat dari bahan alamiah
0 0,00 2 Iklan pangan yang dievaluasi memuat pernyataan atau keterangan bahwa
pangan tersebut dibuat dari bahan yang segar 1 2,63
3 Iklan pangan yang dievaluasi memuat pernyataan atau keterangan bahwa dibuat atau berasal dari bahan alamiah tertentu
0 0,00 4 Iklan pangan yang dievaluasi menyerupai atau dimaksudkan sebagai
pengganti jenis makanan tertentu 0 0,00
5 Iklan pangan yang dievaluasi memuat kata-kata “segar” 2
5,26 6 Iklan pangan yang dievaluasi memuat kata-kata “alami”
7 18,42
7 Iklan pangan yang dievaluasi memuat kata-kata “murni” 3
7,89 8 Iklan pangan yang dievaluasi memuat kata-kata “dibuat dari”
15 39,47
9 Iklan pangan yang dievaluasi memuat kalimat, kata-kata, pernyataan yang menyesatkan, dan atau menimbulkan penafsiran yang salah
berkaitan dengan asal dan sifat bahan pangan 17 44,74
Tabel 24 memperlihatkan bahwa pelanggaran tertinggi yang ditemukan dalam kelompok pelanggaran G adalah iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan mengandung memuat kalimat,
kata-kata, pernyataan yang menyesatkan, dan atau menimbulkan penafsiran yang salah berkaitan dengan asal dan sifat bahan pangan 44,74. Tingginya pelanggaran terhadap subkategori tersebut
selain disebabka kurangnya sosialisasi dan pemahaman akan peraturan mengenai poin tersebut, kurang disebutkan secara spesifik mengenai kata-kata atau pernyataan seperti apa yang menyesatkan,
dan atau menimbulkan penafsiran yang salah berkaitan dengan asal dan sifat bahan pangan. Prosentase selanjutnya untuk pelanggaran kategori G yaitu untuk subkategori iklan pangan yang
dievaluasi memuat kata-kata “dibuat dari” 39,47, iklan pangan yang dievaluasi memuat kata-kata “alami” 18,42, iklan pangan yang dievaluasi memuat kata-kata “murni” 7,89, iklan pangan
yang dievaluasi memuat kata-kata “segar” 5,26, dan iklan pangan yang dievaluasi memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan tersebut dibuat dari bahan yang segar 2,63. Seluruh
iklan yang dievaluasi telah MK untuk subkategori 1, 3 dan 4 pada kategori G. Berdasarkan kategori pangan, iklan yang TMK untuk kelompok pelanggaran G mengenai
proses dan asal serta sifat bahan pangan didominasi oleh iklan dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu 42,11. Hal tersebut disebabkan kecenderungan produk dari kategori
tersebut mengangkat kemurnian, kesegaran, dan bahan alami yang digunakan pada produk. Meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan berbanding lurus dengan
kecenderungan konsumen menyukai produk dari bahan alami. Fenomena tersebut yang dimanfaatkan produsen produk pangan untuk mengangkat pernyataan mengenai proses, asal, dan sifat bahan pada
iklan. Akan tetapi, dalam pencantumannya, sebagian masih belum memperhatikan ketentuan yang berlaku. Selanjutnya, iklan yang TMK untuk kategori pelaggaran G berasal dari kategori pangan
produk bakeri 15,79, garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein 10,53, produk pangan untuk keperluan gizi khusus 10,53, es untuk dimakan edible ice, termasuk sherbet dan sorbet
5,29, buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian 5,26, daging dan produk daging 5,26, produk-produk susu dan
analognya 2,63, dan serealia dan produk serealia 2,63. Kategori pangan lainnya seperti lemak, minyak, dan emulsi minyak, ikan dan produk perikanan, dan makanan ringan siap santap seluruhnya
telah memenuhi ketentuan yang terkait dengan proses, asal, dan sifat bahan pangan.
80 Subkategori 1 kelompok pelanggaran G yaitu mengenai iklan pangan yang dievaluasi
memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan yang bersangkutan seluruhnya dibuat dari bahan alamiah yang diatur dalam Pasal 54 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan dan
Petunjuk Teknis Umum poin ke-11 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa mengenai iklan pangan dapat memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan yang bersangkutan
seluruhnya dibuat dari bahan alamiah apabila pangan menggunakan bahan baku alamiah secara keseluruhan. Dari keseluruhan iklan yang dievaluasi tidak ditemukan iklan yang mengandung
pernyataan tersebut, maka seluruh iklan dianggap MK untuk subkategori 1 kelompok pelanggaran G.
Subkategori berikutnya yaitu subkategori 2 mengenai pencantuman pernyataan atau keterangan bahwa pangan tersebut dibuat dari bahan yang segar. Pasal 55 PP No. 69 Tahun 1999
Tentang Label dan Iklan Pangan dan Petunjuk Teknis Umum poin ke-12 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan,
Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman menyebutkan bahwa iklan pangan dapat memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan tersebut dibuat dari bahan yang
segar jika pangan tersebut dibuat dari bahan segar atau belum mengalami pengolahan. Dari hasil evaluasi pada ketiga media ditemukan 1 iklan 0,22 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi
yang melanggar ketentuan kode evaluasi 017. Iklan tersebut berasal dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu jenis minuman serbuk instan yang mencantumkan kata-kata “Raja
segarnya buah dunia..”. Kata-kata tersebut seolah-olah memberi keterangan bahwa produk terbuat dari buah segar, sementara produk tidak dibuat dari buah segar melainkan hanya menggunakan perisa
buah. Oleh karena itu iklan TMK untuk subkategori tersebut. Tidak ditemukan pelanggaran pada kategori 3 kelompok pelanggaran G mengenai pernyataan
atau keterangan bahwa dibuat atau berasal dari bahan alamiah tertentu. Berdasarkan Pasal 57 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan dan Petunjuk Teknis Umum poin ke-4 Peraturan
Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman
diketahui bahwa iklan pangan dapat memuat pernyataan atau keterangan bahwa dibuat atau berasal dari bahan alamiah tertentu apabila pangan tersebut mengandung bahan alamiah yang disebutkan tidak
kurang dari pernyataan minimal yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia dan standar yang ditetapkan Menteri Kesehatan. Akan tetapi, dari keseluruhan iklan yang dievaluasi pada ketiga media
tidak ada yang mengandung pernyataan tersebut maka seluruh iklan tersebut dianggap MK untuk subkategori 3 kelompok pelanggaran G.
Begitu pula dengan subkategori 4 mengenai iklan pangan yang menyerupai atau dimaksudkan sebagai pengganti jenis makanan tertentu. Subkategori tersebut berdasar pada Petunjuk
Teknis Umum poin ke-5 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga dan Makanan dan Minuman yang menyebutkan bahwa iklan pangan yang menyerupai atau dimaksudkan sebagai pengganti jenis makanan tertentu harus menyebutkan nama bahan yang
digunakan. Misalnya pernyataan susu kedelai, minuman dari sari kedelai yang dimaksudkan sebagai pengganti susu, harus menyebutkan kedelai pada jenis produk di iklan. Tidak ditemukan pernyataan
tersebut pada iklan yang dievaluasi, oleh karena itu seluruh iklan tersebut dianggap MK untuk subkategori 4 kelompok pelanggaran G.
81 Subkategori selanjutnya dari kelompok pelanggaran G yaitu subkategori 5 yang mengatur
mengenai iklan pangan yang memuat kata-kata “segar”. Berdasarkan Petunjuk Teknis Umum poin ke-9 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat
Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman diketahui bahwa iklan pangan dapat memuat kata-kata “segar” apabila makanan tersebut
diproses, berasal dari satu ingredien, dan belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. Kata “segar” juga boleh digunakan dalam kalimat atau ilustrasi yang tidak terkait secara langsung dengan
pangan, misalnya: susu segar, daging segar, sayur segar. Pemakaian kata “segar” dapat dimaksudkan untuk meminum minuman yang dingin. Hasil evaluasi terhadap iklan pangan menunjukkan bahwa
sebagian iklan memuat kata-kata “segar”, dan 2 iklan diantaranya 0,44 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. Sebagian besar iklan telah MK untuk
subkategori ini menunjukkan bahwa produsen telah memahami peraturan mengenai penggunaan kata “segar” dalam iklan.
Iklan tersebut berasal dari kategori pangan produk bakeri jenis butter cookies kode evaluasi 144 yang memuat kalimat “Lebih fresh lebih terjamin mutunya”. Penggunaan kata “fresh” sama
dengan “segar”, dan syarat penggunaan kata tersebut adalah makanan tersebut diproses, berasal dari satu ingredien, dan belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. Akan tetapi dalam
pembuatannya, produk tidak hanya terdiri dari satu ingredien. Dari label produk diketahui komposisi produk tersebut yaitu: tepung terigu,mentega, kelapa, kismis, garam, baking powder, gula, telur,
vanilla, dan kayu manis bubuk. Dalam pembuatannya, penurunan mutu bahan juga terjadi secara signifikan saat pemanggangan, maka penggunaan kata “fresh” tidak tepat, sehingga iklan TMK
terhadap subkategori 5 kelompok pelanggaran G. Sedangkan, contoh penggunaan kata “segar” yang benar misalnya pada iklan kategori pangan produk-produk susu dan analognya jenis susu pasteurisasi
dan homogenisasi kode evaluasi 152 yang memuat pernyataan “simply fresh”. Kata-kata “fresh” atau “segar” dapat digunakan pada iklan dengan syarat makanan tersebut diproses, berasal dari satu
ingredien, dan belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. Pada produk tersebut bahan baku yang digunakan susu sapi dan mengalami proses pasteurisasi sehingga belum terjadi penurunan
mutu secara keseluruhan. Penggunaan kata “fresh” dalam iklan tersebut sudah tepat sehingga iklan MK untuk subkategori 5 kelompok pelanggaran G.
Subkategori 6 kelompok pelanggaran G mengatur mengenai iklan pangan yang memuat kata- kata “alami”. Petunjuk Teknis Umum poin ke-9 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994
tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman menyebutkan bahwa iklan pangan yang dapat
memuat kata-kata “alami” jika pangan tersebut berupa bahan mentah, produk yang tidak dicampur dan tidak diproses. Hasil evaluasi terhadap iklan pangan menunjukkan bahwa sebagian iklan memuat
kata-kata “alami”, dan 7 iklan diantaranya 1,53 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. Dilihat dari kategori pangan, iklan yang TMK terhadap
subkategori ini 85,71 berasal dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu, dan 14,29 dari kategori produk-produk susu dan analognya. Prosentase tertinggi terjadi pada iklan
kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu disebabkan oleh menjamurnya produk minuman dengan fungsi kesehatan, dan adanya pernyataan “alami” mampu mendukung fungsi
tersebut. Akan tetapi, sebagian belum memahami bahwa penggunaan kata tersebut hanya untuk produk berupa bahan mentah, produk yang tidak dicampur dan tidak diproses. Contoh iklan yang
TMK terhadap subkategori ini dapat dilihat pada Tabel 25.
82
Tabel 25. Contoh pelanggaran subkategori 6 kelompok pelanggaran G: iklan pangan yang
dievaluasi memuat kata-kata “alami”
No. Kode Evaluasi
Iklan Kategori
Pangan Jenis
Pangan Kata-kata atau ilustrasi
yang menunjukkan pelanggaran
Poin Pelanggaran
1 028 Minuman,
tidak termasuk produk susu
Minuman serbuk
“Alami, praktis, nikmat, sehat”
Penggunaan kata “alami” yang tidak
tepat 2 046
Produk-produk susu dan
analognya Susu
kolostrum bubuk
“Susu antibodi alami” Penggunaan
kata “alami” yang tidak
tepat 3 106
Minuman, tidak termasuk
produk susu Minuman
Nata De Coco
“Nikmati manisnya yang alami...”
Penggunaan kata “alami” yang tidak
tepat
Contoh pertama pada Tabel 24 merupakan iklan dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu jenis minuman serbuk yang memuat kata “alami”. Syarat pencantuman kata “alami”
adalah pangan tersebut harus berupa bahan mentah, produk yang tidak dicampur dan tidak diproses. Akan tetapi produk dalam iklan tersebut telah mengalami pencampuran dan telah mengalami proses
pengeringan hingga menjadi serbuk. Penggunaan kata “alami” dalam iklan tersebut tidak tepat, maka iklan TMK untuk subkategori 6 subkategori G. Pelanggaran juga terjadi pada contoh kedua yang
merupakan iklan dari kategori produk-produk susu dan analognya jenis susu kolostrum bubuk. Produk susu tersebut telah mengalami pencampuran dan mengalami proses pengeringan hingga
menjadi bentuk bubuk. Penggunaan kata “alami” dalam iklan tersebut tidak tepat, maka iklan TMK terhadap subkategori tersebut.
Contoh terakhir pada tabel tersebut merupakan iklan dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu jenis minuman nata de coco yang memuat kata “alami”. Kalimat tersebut
memberi keterangan bahwa rasa manis pada produk berasal dari bahan alamiah, yaitu gula. Syarat penggunaan kata “alami” adalah bahan tersebut gula harus berupa bahan mentah, tidak dicampur dan
tidak diproses. Sementara dalam pembuatan produk, air gula dicampur dengan air kelapa dan NH
4 2
SO
4
dan telah melalui proses pemanasan hingga gulanya larut dan kemudian disaring. Air gula juga digunakan saat proses perendaman nata dan perebusan. Penggunaan kata “alami” dalam konteks
tersebut tidak tepat karena bahan yang dimaksud gula telah mengalami pencampuran dan proses lain. Oleh karena itu, iklan tersebut TMK untuk subkategori 6 kelompok pelanggaran G.
Selanjutnya adalah subkategori 7 yang mengatur mengenai iklan pangan yang memuat kata- kata “murni”. Petunjuk Teknis Umum poin ke-9 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994
tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman menyebutkan bahwa iklan pangan dapat
memuat kata-kata “murni” jika produk tersebut tidak ditambah apa-apa. Hasil evaluasi terhadap iklan pangan menunjukkan bahwa beberapa iklan memuat kata-kata “murni”, dan 3 iklan diantaranya
0,66 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. Ketiga iklan tersebut berasal dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu jenis
minuman Nata De Coco salah satunya iklan kode evaluasi 106 yang memuat kalimat “...terbuat dari air kelapa murni...”. Syarat penggunaan kata “murni” adalah bahan produk tidak ditambahkan apa-
apa. Kata-kata dalam iklan menunjukkan bahan yang murni adalah air kelapa, sedangkan dalam proses pembuatannya ditambah dengan bahan lain seperti gula dan NH
4 2
SO
4
. Penggunaan kata “murni” tersebut tidak tepat sehingga iklan TMK terhadap subkategori tersebut.
83 Contoh penggunaan kata “murni” yang tepat contohnya pada iklan kategori buah dan sayur
termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian
jenis tepung agar-agar instan kode evaluasi 279 yang memuat kata-kata “Tepung agar-agar instan
murni ...”. Syarat penggunaan kata “murni” adalah produk tersebut tidak ditambah apa-apa. Dari label diketahui komposisi produk hanya ekstrak rumput laut merah tidak ditambahkan apa-apa, maka
penggunaan kata “murni” sudah tepat dan iklan MK terhadap subkategori 7 kelompok pelanggaran G. Solusi bagi iklan yang masih TMK untuk subkategori ini yaitu, produsen iklan yang hendak
mencantumkan kata “murni” dalam iklan sebagai keunggulan produk hendaknya memperhatikan ketentuan yang berlaku bahwa kata tersebut hanya boleh digunakan untuk produk yang tidak
ditambahkan bahan apapun selain bahan utama. Subkategori 8 kelompok pelanggaran G mengatur mengenai iklan pangan yang memuat kata-
kata “dibuat dari”. Petunjuk Teknis Umum poin ke-9 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika,
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman menyebutkan bahwa iklan pangan dapat memuat kata-kata “dibuat dari” apabila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu
bahan. Hasil evaluasi terhadap iklan pangan menunjukkan bahwa sebagian iklan memuat kata-kata “alami”, dan 15 iklan diantaranya 3,28 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi tidak
memenuhi persyaratan yang ditentukan. Dilihat dari kategori pangan, iklan yang TMK terhadap subkategori ini 26,67 berasal dari kategori pangan garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein,
26,67 dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu, 13,33 buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian,
13,33 daging dan produk daging, 6,67 serealia dan produk serealia, 6,67 produk bakeri, dan 6,67 dari kategori produk pangan untuk keperluan gizi khusus. Seluruh iklan dari kategori pangan
selain itu telah memenuhi ketentuan untuk subkategori 8. Pada dasarnya, iklan dari semua kategori pangan memiliki kemungkinan yang sama untuk memuat kata-kata “dibuat dari”. Akan tetapi,
sebagian pemasang iklan tidak memahami aturan pencantuman kata-kata tersebut sehingga iklan tidak memenuhi ketentuan. Contoh iklan yang TMK untuk subkategori ini dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26.
Contoh pelanggaran subkategori 8 kelompok pelanggaran G: iklan pangan yang dievaluasi memuat kata-kata “dibuat dari”
No. Kode
Evaluasi Iklan
Kategori Pangan
Jenis Pangan
Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan
pelanggaran Poin Pelanggaran
1 059 Serealia
dan produk
serealia Corn flakes
“Terbuat dari jagung asli...” Penggunaan kata “terbuat dari” yang
tidak tepat 2 060
Garam, rempah, sup,
saus, salad, produk protein
Bumbu kaldu
penyedap “Produk X yang dibuat dari
ekstrak daging sapi pilihan” Penggunaan kata
“dibuat dari” yang tidak tepat
3 298 Minuman,
tidak termasuk produk susu
Minuman cokelat
bubuk “... terbuat dari biji kakao
murni...” Penggunaan kata
“dibuat dari” yang tidak tepat
4 307 Daging
dan produk daging
Chicken nugget
“Chicken Nugget Y dibuat dari daging ayam pilihan
...” Penggunaan kata
“dibuat dari” yang tidak tepat
5 340 Produk
bakeri Oatmeal
cookies “Dibuat dari butiran oat ...”
Penggunaan kata
“dibuat dari” yang tidak tepat
84 Contoh pertama pada Tabel 26 merupakan iklan dari kategori pangan serealia dan produk
serealia jenis corn flakes yang memuat kata “terbuat dari jagung asli”. Syarat penggunaan kata “dibuat dari” atau dalam hal ini sama dengan “terbuat dari” adalah pangan produk yang bersangkutan
seluruhnya terdiri dari satu bahan yang disebutkan. Akan tetapi, diketahui dari komposisinya pada label, produk ini tidak hanya terbuat dari satu bahan yaitu jagung asli, melainkan juga gula, ekstrak
malt, garam, iodium, vitamin A, B1, Thiamin, B2 Riboflavin, Niasin, Asid folik, B6, B12, C, E, Tokoferol, mineral zat besi, mengandung gluten dan kedelai, almond biji pohon dan susu.
Penggunaan kata “terbuat dari” dalam iklan ini tidak tepat, maka iklan TMK untuk subkategori 8 kelompok pelanggaran G.
Contoh kedua merupakan iklan dari kategori garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein jenis bumbu kaldu penyedap yang memuat kata “dibuat dari ekstrak daging sapi”. Syarat penggunaan
kata “dibuat dari” adalah pangan produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan yang disebutkan. Akan tetapi, diketahui dari komposisinya, produk ini tidak hanya terbuat dari satu bahan
yaitu ekstrak daging sapi, melainkan juga garam, gula, penguat rasa Mononatrium glutamat, asam inosinat, asam guanilat, perisa daging sapi, bawang putih, bawang merah, pengatur keasaman, ekstrak
protein kedelai, merica. Penggunaan kata “dibuat dari” dalam iklan ini tidak tepat, maka iklan TMK untuk subkategori tersebut.
Contoh selanjutnya pada tabel tersebut yaitu iklan dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu jenis minuman cokelat bubuk yang mencantumkan kata-kata “terbuat dari biji
kakao murni”. Syarat penggunaan kata “terbuat dari” yang dalam hal ini sama maknanya dengan “dibuat dari” yaitu produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan, sedangkan dari label
diketahui komposisi produk: Gula, Bubuk Kakao, Krimer, Pengental, Perisa Vanili, Garam, yaitu lebih dari satu bahan. Oleh karena itu, iklan TMK. untuk subkategori 8 kelompok pelanggaran G.
Contoh keempat merupakan iklan dari kategori pangan daging dan produk daging jenis chicken nugget yang memuat kata-kata “dibuat dari daging ayam”. Syarat penggunaan kata-kata “dibuat dari”
yaitu produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan. Sedangkan dalam pembuatan chicken nugget, bahan pembuatnya tidak hanya daging ayam, tetapi juga bahan lain seperti air, tepung,
dan bumbu-bumbu lain. Penggunaan kata “dibuat dari” tersebut tidak tepat, maka iklan TMK untuk subkategori tersebut.
Contoh terakhir yaitu iklan dari kategori pangan produk bakeri jenis oatmeal cookies yang memuat kata-kata “dibuat dari butiran oat”. Syarat penggunaan kata “dibuat dari” yaitu produk yang
bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan. Akan tetapi, dari label diketahui komposisi produk varian honey nuts: whole oats whole oat flour, whole oat flakes, wheat flour, cane sugar, palm oil,
egg, soluble fiber inulin, wheat bran, coconut, leaveners, skim milk, peanut, soy lecithin, whey powder, almond, honey, iodized salt, natural flavors and silicon dioxide. Karena tidak hanya terdiri
dari satu bahan, maka penggunaan kata-kata “dibuat dari” tidak tepat dan iklan TMK terhadap subkategori 8 kelompok pelanggaran G.
Subkategori terakhir dalam kelompok pelanggaran G yaitu mengenai iklan pangan yang memuat kalimat, kata-kata, pernyataan, atau ilustrasi yang menyesatkan, dan atau menimbulkan
penafsiran yang salah berkaitan dengan asal dan sifat bahan pangan. Subkategori tersebut diatur dalam Bab V Ketentuan Umum Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Tentang
Pedoman Periklanan Pangan. Hasil evaluasi dari ketiga media menunjukkan bahwa terdapat 17 iklan 3,72 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi TMK untuk subkategori tersebut. Dilihat dari
kategori pangan, pelanggaran tersebut didominasi oleh iklan dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu 52,94. Hal tersebut di samping terkait frekuensi perulangan iklan jenis
85 tersebut di media yang dievaluasi, juga adanya kecenderungan penggunaan gambar buah-buahan pada
iklan produk minuman yang dalam komposisinya tidak benar-benar menggunakan buah tersebut melainkan hanya perisa buah. Pencantuman gambar tersebut dianggap menyesatkan atau
menimbulkan penafsiran yang salah berkaitan dengan asal dan sifat bahan pangan maka tidak memenuhi ketentuan. Selanjutnya, 17,65 berasal dari kategori pangan produk bakeri, 17,65
produk pangan untuk keperluan gizi khusus, dan 11,76 dari kategori pangan es untuk dimakan edible ice, termasuk sherbet dan sorbet. Iklan dari kategori pangan selain itu telah memenuhi
ketentuan untuk subkategori 9. Contoh iklan yang TMK untuk subkategori ini dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Contoh pelanggaran subkategori 9 kelompok pelanggaran G: iklan pangan yang
dievaluasi memuat kalimat, kata-kata, pernyataan, atau ilustrasi yang menyesatkan, dan atau menimbulkan penafsiran yang salah berkaitan dengan asal dan sifat bahan pangan
No. Kode
Evaluasi Iklan
Kategori Pangan
Jenis Pangan
Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan
pelanggaran Poin Pelanggaran
1 017 Minuman,
tidak termasuk produk susu
Minuman serbuk instan
Penggunaan gambar buah- buahan, diantaranya
mangga, strawberry, sirsak, melon, jeruk, dan jambu.
Memuat ilustrasi yang menyesatkan
berkaitan dengan asal bahan pangan
2 027 Es untuk
dimakan edible ice,
termasuk sherbet dan
sorbet Es krim
Penggunaan gambar biji kopi
Memuat ilustrasi yang menyesatkan
berkaitan dengan asal bahan pangan
3 048 Produk
bakeri Wafer stick
Penggunaan gambar strawberry dan biji kopi
Memuat ilustrasi yang menyesatkan
berkaitan dengan asal bahan pangan
4 051 Minuman,
tidak termasuk produk susu
Sirup Penggunaan gambar
daun pandan dan buah-buahan,
diantaranya: kelapa, strawberry, buah naga, dan
mangga. Memuat ilustrasi
yang menyesatkan berkaitan dengan
asal bahan pangan
5 356 Produk
pangan untuk
keperluan gizi khusus
Makanan pendamping
ASI bubuk instan
Memuat gambar jeruk, strawberry, apel, jagung,
ayam, pisang, dan padi. Memuat ilustrasi
yang menyesatkan berkaitan dengan
asal bahan pangan
Contoh pertama pada Tabel 27 merupakan iklan dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu jenis minuman serbuk instan yang menampilkan gambar buah-buahan, diantaranya
mangga, strawberry, sirsak, melon, jeruk, dan jambu. Gambar buah, sayuran, daging, dan bahan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredien
tersebut, atau apabila berasal dari satu sumber. Rasa buah dalam produk ini hanya berasal dari perisa, bukan dari buah asli. Hal tersebut dapat diketahui dari komposisi yang tercantum pada label produk,
yaitu: gula, asam sitrat, natrium sitrat, natrium karboksimetil selulosa, perisa orange, konsentrat orange, pewarna sunset yellow Cl No. 15985, pewarna tartazine Cl No. 19140, vitamin C, mineral
kalsium, pemanis buatan siklamat 0.17 gsachet ADI: 11 mgkg berat badan, dan pemanis buatan
86 aspartam 0.03 gsachet ADI: 50 mgkg berat badan. Pencantuman gambar buah menimbulkan
penafsiran yang salah, maka iklan TMK untuk subkategori 9 kelompok pelanggaran G. Contoh kedua pada tabel tersbeut merupakan iklan dari kategori pangan es untuk dimakan
edible ice, termasuk sherbet dan sorbet jenis es krim yang menampilkan gambar biji kopi. Gambar buah, sayuran, daging, dan bahan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan
bahan utama dalam ingredien tersebut, atau apabila berasal dari satu sumber. Rasa kopi dalam produk ini hanya berasal dari perisa, bukan dari bahan asli. Pencantuman gambar biji kopi dalam iklan ini
menimbulkan penafsiran yang salah, maka iklan TMK untuk subkategori 9 kelompok pelanggaran G. Begitu pula dengan contoh selanjutnya yang merupakan iklan dari kategori pangan produk bakeri.
Iklan produk tersebut menampilkan gambar strawberry dan biji kopi. Gambar buah, sayuran, daging, dan bahan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam
ingredien tersebut, atau apabila berasal dari satu sumber. Rasa strawberry dan kopi dalam produk ini hanya berasal dari perisa, bukan dari bahan asli. Pencantuman gambar strawberry dan biji kopi dalam
iklan ini menimbulkan penafsiran yang salah, maka iklan TMK untuk subkategori ini. Subkategori keempat pada tabel tersebut merupakan iklan dari kategori pangan minuman, tidak
termasuk produk susu, jenis sirup yang menampilkan gambar daun pandan dan buah-buahan, diantaranya: kelapa, strawberry, buah naga, dan mangga. Gambar buah, sayuran, daging, dan bahan
lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredien tersebut, atau apabila berasal dari satu sumber. Rasa coco pandan dalam produk ini hanya berasal dari
ekstrak kelapa dan ekstrak pandan, bukan dari buah kelapa dan daun pandan asli. Selain itu produk tidak menggunakan bahan buah lain seperti yang tercantum dalam gambar. Hal tersebut dapat
diketahui dari label bahwa komposisi produk yaitu: Gula pasir, air, ekstrak kelapa, ekstrak pandan, perisa cocopandan, pengatur keasaman, asam sitrat, pewarna Ponceau 4RCl 16255TartrazinCl
19140. Pencantuman gambar daun pandan dan buah-buahan dalam iklan ini menimbulkan penafsiran yang salah, maka iklan TMK untuk subkategori 9 kelompok pelanggaran G.
Contoh terakhir pada tabel merupakan iklan dari kategori produk pangan untuk keperluan gizi khusus jenis makanan pendamping ASI bubuk instan yang memuat gambar jeruk, strawberry, apel, jagung,
ayam, pisang, dan padi. Gambar buah, sayuran, daging, dan bahan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredien tersebut, atau apabila berasal dari satu
sumber. Sedangkan dari label diketahui komposisi produk Nestle Cerelac Susu Tim Ayam dan Sayur: Tepung beras, tepung kedelai, gula, daging ayam, maltodekstrin, campuran minyak nabati
mengandung antioksidan askorbil palmitat, susu bubuk skim, bawang, mineral, pengemulsi lesitin kedelai, bayam, wortel, premiks vitamin, minyak ikan mengandung anti oksidan natrium askorbat
dan tokoferol, probiotik Bifidobacterium lactis, perisa vanila. Produk tidak menggunakan bahan buah-buahan seperti yang tercantum pada gambar, maka iklan TMK untuk subkelompok pelanggaran
tersebut.
4.6.8 Kelompok pelanggaran H: Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan