53 Contoh pertama pada Tabel 8 tersebut alih-alih menyebutkan fungsi kesehatan, justru
memberikan pernyataan membuat hidup sehat atau dengan kata lain produk menyehatkan. Pernyataan tersebut seolah-olah produk dapat berfungsi sebagai obat, maka iklan TMK untuk kelompok
pelanggaran D. Begitu pula dengan contoh kedua, iklan mengandung pernyataan mempercepat masa penyembuhan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa yang dapat berfungsi menyembuhkan
adalah obat, bukan pangan, sehingga adanya pernyataan tersebut menyebabkan iklan TMK untuk kelompok pelanggaran D.
4.6.5 Kelompok pelanggaran E: Larangan Iklan Pangan Berkaitan
Pencantuman Logo, Tulisan, atau Referensi
Dari hasil evaluasi menggunakan decision tree diketahui bahwa kesesuaian iklan terhadap kelompok pelanggaran E bervariasi, yaitu 50 MK, 75 MK, dan 100 MK. Jumlah iklan yang
100 memenuhi peraturan pada kelompok pelanggaran E berjumlah 433 iklan 94,75 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi, yang artinya sebagian besar iklan yang dievaluasi telah memenuhi
peraturan yang berkaitan dengan pencantuman logo, tulisan, atau referensi. Selanjutnya, 2 iklan 0,44 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi 50 memenuhi peraturan pada kelompok pelanggaran
E dan 22 iklan 4,81 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi 75 memenuhi peraturan pada kelompok pelanggaran E. Kelompok pelanggaran E diuraikan lagi dalam subkelompok pelanggaran
yang sebarannya pada iklan yang dievaluasi dapat dilihat pada Tabel 9. Prosentase dalam tabel tersebut berdasarkan total iklan yang tidak 100 MK kelompok pelanggaran E, yaitu 24 iklan yang
memungkinkan TMK untuk satu atau lebih subkategori pada kelompok pelanggaran E.
Tabel 9. Sebaran pelanggaran iklan pangan terkait pencantuman logo, tulisan, atau referensi
Subkelompok pelanggaran Jumlah
1 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan kata “halal” atau logo halal 22
91,67 2 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan logo yang menyinggung
perasaan etnis atau kelompok sosial tertentu 0 0,00
3 Iklan pangan yang dievaluasi memuat pernyataan danatau menampilkan nama, logo, atau identitas lembaga yang melakukan analisis dan
mengeluarkan sertifikat terhadap pangan 3 12,50
4 Iklan pangan yang dievaluasi memuat referensi, nasehat, peringatan, atau pernyataan dari tenaga kesehatan antara lain dokter, ahli farmasi,
perawat, bidan, tenaga profesi lain antara lain psikolog, ahli gizi, tenaga analisis laboratorium, organisasi profesi, atau orang dengan profesi
keagamaan 0 0,00
Tabel 9 memperlihatkan bahwa pelanggaran tertinggi yang ditemukan dalam kelompok pelanggaran E adalah iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan kata “halal” atau logo halal
91,67, selanjutnya yaitu iklan pangan yang dievaluasi memuat pernyataan danatau menampilkan nama, logo, atau identitas lembaga yang melakukan analisis dan mengeluarkan sertifikat terhadap
pangan 12,50. Iklan yang melanggar kelompok pelanggaran E seluruhnya MK untuk subkategori 3 dan 4.
54 Bila dikelompokkan berdasarkan kategori pangan, prosentase tertinggi iklan yang tidak 100
MK pada kelompok pelanggaran E berasal dari kategori pangan serealia dan produk serealia 33,33. Hal tersebut salah satunya terkait dengan frekuensi perulangan iklan produk tersebut pada
beberapa edisi media yang dievaluasi. Pelanggaran untuk kategori ini juga ditemukan pada kategori pangan daging dan produk daging 29,17, produk-produk susu dan analognya 8,33, lemak,
minyak, dan emulsi minyak 8,33, produk bakeri 8,33, minuman, tidak termasuk produk susu 8,33, serta buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah
buaya, rumput laut, biji-bijian 4,17. Sedangkan iklan dari kategori lainnya seluruhnya telah memenuhi peraturan terkait pencantuman logo, tulisan, atau referensi.
Jika dilihat dari kategori pangan, pelanggaran untuk subkategori 1 mengenai pencantuman kata “halal” atau logo halal 31,82 berasal dari kategori daging dan produk daging, 31,82 dari
kategori serealia dan produk serealia, 9,09 dari kategori produk-produk susu dan analognya, 9,09 dari kategori lemak, minyak, dan emulsi minyak, 9,09 dari kategori produk bakeri, dan 9,09 dari
kategori minuman, tidak termasuk produk susu. Prosentase terbanyak dari kategori daging dan produk daging karena produk dari kategori tersebut yang rentan dengan kasus ketidakhalalan terkait
asal bahan dari hewan. Berdasarkan Pasal 25 Rancangan Undang Undang RI Tentang Jaminan Produk Halal, bahan yang berasal dari hewan dihalalkan kecuali yang diharamkan berdasarkan syariat,
yaitu bangkai, darah, babi, dan hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat. Pemasang iklan yang ingin meyakinkan konsumen bahwa produk tersebut halal padahal pencantuman keterangan halal
tersebut cukup dilakukan pada label pangan. Larangan pencantuman kata “halal” pada iklan diatur dalam Petunjuk Teknis Khusus poin ke-7 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang
Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman, dan larangan pencantuman logo halal diatur
dalam Bab VI Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Tentang Pedoman Periklanan Pangan. Contoh iklan yang melanggar subkategori 1 kelompok pelanggaran E dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Contoh pelanggaran subkategori 1 kelompok pelanggaran E: iklan pangan yang dievaluasi
mencantumkan kata “halal” atau logo halal
No. Kode
Evaluasi Iklan
Kategori Pangan
Jenis Pangan
Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan
pelanggaran Poin Pelanggaran
1 065 Daging
dan produk daging
Sosis daging sapi dan
ayam Pencantuman logo halal
dari MUI Mencantumkan
logo halal 2 083
Lemak, minyak, dan
emulsi minyak Margarin Pencantuman
logo halal
dari MUI Mencantumkan
logo halal 3 132
Serealia dan
produk serealia
Mie instan Pencantuman logo halal
dari MUI Mencantumkan
logo halal 4 379
Minuman, tidak termasuk
produk susu Minuman
isotonik Memuat tulisan halal
Mencantumkan tulisan halal
5 447 Produk-
produk susu dan analognya
Susu bubuk pertumbuhan
“Produk X telah mendapatkan sertifikat
halal dari MUI” Mencantumkan
keterangan halal
55 Contoh pertama, kedua, dan ketiga pada Tabel 10 berupa iklan yang mencantumkan logo halal
MUI, sedangkan contoh keempat dan kelima memuat kata-kata “halal”. Kedua kasus menyebabkan iklan TMK untuk subkategori 1 kelompok pelanggaran E. Solusi terhadap kasus tersebut, untuk
meyakinkan konsumen akan kehalalan produk, hendaknya produk yang telah memperoleh sertifikat halal dari MUI hanya mencantumkan logo halal pada label produk, bukan pada iklan. Hal tersebut
untuk mencegah persepsi negatif konsumen akan iklan produk tanpa tulisan atau logo halal. Selain itu, memungkinkan terjadinya penyalahgunaan pelaku pangan karena bisa saja produk yang
diiklankan belum mendapat sertifikasi halal dari MUI dan pengecekan atas kebenarannya sulit dilakukan mengingat pada iklan tidak tercantum komposisi produk atau keterangan lengkap mengenai
kehalalan produk. Seluruh iklan yang dievaluasi telah memenuhi ketentuan pada subkategori 2 kelompok
pelanggaran E mengenai pencantuman logo yang menyinggung perasaan etnis atau kelompok sosial tertentu. Larangan tersebut diatur dalam Bab II Ketentuan Umum Surat Keputusan Kepala Badan
POM No. HK.00.05.52.1831 Tentang Pedoman Periklanan Pangan. Hal tersebut menunjukkan telah adanya pemahaman mengenai peraturan tersebut bahwa dalam iklan dilarang menyinggung suku,
agama, ras, antar golongan SARA. Pelanggaran pada iklan untuk subkategori 3 mengenai adanya pernyataan danatau
menampilkan nama, logo, atau identitas lembaga yang melakukan analisis dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan hanya terjadi pada 4 iklan dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi. Hal tersebut
menunjukkan telah adanya pemahaman dari pemasang iklan dan sosialisasi dari pemerintah mengenai larangan tersebut. Dilihat dari kategori pangan, iklan yang TMK untuk subkategori tersebut 50
berasal dari kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak, 25 dari kategori pangan buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-
bijian, dan 25 dari kategori pangan serealia dan produk serealia. Adanya pernyataan danatau menampilkan nama, logo, atau identitas lembaga yang melakukan analisis dan mengeluarkan sertifikat
terhadap pangan pada iklan pangan dilarang berdasarkan Bab IX Ketentuan Umum Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Pedoman Periklanan Pangan. Contoh pelanggaran iklan
yang dievaluasi terhadap peraturan dalam subkategori 3 kelompok pelanggaran E dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Contoh pelanggaran subkategori 3 kelompok pelanggaran E: iklan pangan
yang dievaluasi memuat pernyataan danatau menampilkan nama, logo, atau identitas lembaga
yang melakukan analisis dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan
No. Kode
Evaluasi Iklan
Kategori Pangan
Jenis Pangan
Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan
pelanggaran Poin Pelanggaran
1 083 Lemak,
minyak, dan emulsi minyak
Margarin Menampilkan nama
dan logo Pergizi Pangan dan
GAPMMI yang mengeluarkan sertifikat
Penghargaan INOVASI Produk Pangan Peduli Gizi
untuk produk yang diiklankan.
Menampilkan nama dan logo
lembagayang mengeluarkan
sertifikat terhadap pangan
56
Tabel 11. Lanjutan
No. Kode
Evaluasi Iklan
Kategori Pangan
Jenis Pangan
Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan
pelanggaran Poin Pelanggaran
2 282 Buah dan
sayur termasuk
jamur, umbi, kacang
termasuk kacang
kedelai, dan lidah buaya,
rumput laut, biji-bijian
Selai strawberry
Memuat logo dan nama lembaga yang
mengeluarkan sertifikat Food Safety, CODEX, dan
HACCP pada produk, yaitu SAI Global.
Menampilkan nama dan logo
lembagayang mengeluarkan
sertifikat terhadap pangan
3 317 Serealia
dan produk
serealia Sereal
gandum rasa cokelat
“1 mangkuk Produk X = Serat dalam 2 keping roti”
“Berdasarkan perhitungan 2 dua lembar roti tawar
kupas dengan berat 30 gram. Analisa dilakukan
oleh Laboratorium Analisis dan Kalibrasi, Balai Besar
Industri Agro” Menampilkan nama
dan logo lembagayang
melakukan analisis terhadap pangan
Contoh pertama pada Tabel 11 yang merupakan produk dari kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak menampilkan nama dan logo lembaga yang mengeluarkan sertifikat penghargaan
terhadap produk yang diiklankan, sedangkan contoh kedua memuat nama dan logo lembaga yang mengeluarkan sertifikat Food Safety, CODEX, dan HACCP pada produk. Iklan tersebut TMK untuk
subkategori 3 kelompok pelanggaran E. Contoh ketiga juga TMK untuk subkategori tersebut karena menyebutkan nama lembaga yang melakukan analisa terhadap produk yang diiklankan.
4.6.6 Kelompok pelanggaran F: Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan