BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman Peraturan
Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Pangan merupakan hak asasi manusia yang harus tersedia, aman, bermutu, bergizi, beragam, dan terjangkau. Oleh karena itu,
diperlukan suatu sistem pangan berupa aturan normatif untuk memberikan perlindungan terhadap kesehatan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Landasan hukum bagi
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kegiatan produksi, peredaran, dan perdagangan pangan disebut peraturan pangan.
Landasan hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan juga berlaku untuk iklan pangan. Iklan merupakan bentuk promosi produk yang ditujukan untuk merangsang perhatian,
persepsi, sikap, dan perilaku konsumen sedemikian rupa sehingga konsumen tertarik untuk membeli dan mengonsumsi produk yang diiklankan. Iklan adalah salah satu bentuk strategi pemasaran setiap
perusahaan agar produk dapat cepat dikenal dan diterima oleh masyarakat. Iklan seringkali menentukan keberhasilan suatu produk pangan di pasaran, baik itu produk baru atau produk yang
sudah lama eksis. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa iklan cukup efektif dalam mempengaruhi perilaku konsumen Supriadi 2006, Emalia et.al. 2009, Hidayat et.al. 2009. Semakin ketatnya
persaingan produk di industri pangan memicu para produsen pangan untuk berkompetisi meningkatkan brand awareness produknya melalui iklan.
Pengawasan terhadap iklan pangan perlu dilakukan mengingat seringkali dalam penyampaian informasi produk dilakukan secara tidak utuh ataupun berlebihan, melanggar etika periklanan,
menyesatkan konsumen, bias, atau bahkan mengelabui konsumen dengan klaim yang tidak terbukti secara ilmiah. Hal tersebut didukung dengan adanya UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, yang di dalamnya tertulis salah satu hak konsumen adalah memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa. Pengawasan terhadap
iklan pangan perlu dilakukan baik secara legal oleh instansi pemerintah yang berwenang dalam penegakan hukum, kredibel, dan profesional dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan
BPOM serta instansi terkait, maupun secara swadaya oleh kelompok masyarakat seperti Lembaga Swadaya Masyarakat LSM atau individu sebagai salah satu bentuk pencerdasan konsumen.
Peraturan pangan terkait dengan iklan pangan yang berlaku di Indonesia diantaranya: 1 Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 tentang Pangan, 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, 3 Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, 4 Keputusan Menteri Kesehatan No. 386MenkesSKIV1994 tentang Pedoman
Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman, 5 Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No. HK. 00.05.52.1831 tahun 2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan, 6 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK. 03.1.23.11.11.09909 tahun
2 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan, 7 Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.06.1.52.6635 Tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan Tambahan Pangan Pada Label dan Iklan Pangan, dan 8
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09657 tahun 2011 Tentang Persyaratan Penambahan Zat Gizi dan Zat Non Gizi
dalam Pangan Olahan. Kesesuaian iklan produk pangan yang beredar di media massa, khususnya di media cetak,
terhadap peraturan pangan diantaranya telah dikaji dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan 2008 dan Gardenia 2009. Dari Kurniawan 2008 diketahui bahwa 83,6 dari 373 iklan yang
dikaji di beberapa jenis surat kabar ternyata melanggar peraturan perundang-undangan dan hanya 16,4 yang benar-benar sesuai dengan peraturan pangan. Berdasarkan hasil analisis Gardenia 2009
54,30 dari 505 iklan yang dikaji dari beberapa jenis majalah dan tabloid telah memenuhi peraturan pangan, dan 45,70 belum memenuhi peraturan pangan. Kedua kajian tersebut telah
mengelompokkan jenis-jenis pelanggaran yang terjadi. Gardenia 2009 juga telah mengelompokkan iklan yang dievaluasi pada 16 jenis kategori pangan dan jenis pangannya. Akan tetapi, belum ada
suatu alat evaluasi yang dibangun pada penelitian tersebut yang dikelompokkan berdasarkan kategori pelanggaran.
Menurut Tetty Helfery Sihombing selaku Direktur standarisasi produk pangan BPOM dalam Lestari 2012, klaim dalam iklan, baik di TV, web, media cetak seringkali berlebihan dan membuat
konsumen dirugikan. Disebutkan pula bahwa BPOM telah melakukan pengawasan dan mencabut iklan-iklan yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, hanya saja beberapa iklan masih sulit
dicabut karena tersangkut masalah kontrak. Oleh karena itu, seiring perkembangan waktu dan tren iklan pangan, perlu dilakukan evaluasi kembali kesesuaian iklan pangan di media cetak terhadap
peraturan pangan yang berlaku, menganalisis penyebab pelanggaran yang terjadi, dan solusi terhadap hal tersebut.
1.2 Tujuan