Kelompok pelanggaran C: Larangan Iklan Pangan yang

50

4.6.3 Kelompok pelanggaran C: Larangan Iklan Pangan yang

Mendiskreditkan atau Merendahkan Baik Secara Langsung Maupun Tidak Langsung Pangan Lain Dari hasil evaluasi menggunakan decision tree diketahui bahwa kesesuaian iklan terhadap kelompok pelanggaran C yaitu 50 dan 100 MK. Jumlah iklan yang 100 memenuhi peraturan pada kelompok pelanggaran C berjumlah 449 iklan 98,25 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi, yang artinya sejumlah iklan tersebut tidak mendiskreditkan atau merendahkan pangan lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya, 8 iklan 1,75 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi 50 memenuhi peraturan pada kelompok pelanggaran C. Dilihat dari kategori pangan, produk yang melanggar kelompok pelanggaran C tersebut 75,00 6 iklan berasal dari kategori pangan garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein, 12,50 1 iklan berasal dari kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak, dan 12,50 1 iklan berasal dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu. Prosentase terbanyak berasal dari kategori garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein karena iklan tersebut memiliki frekuensi kemunculan yang lebih banyak pada edisi media yang dievaluasi. Pada dasarnya, semua iklan dari semua kategori pangan memiliki kemungkinan yang sama dalam melakukan pelanggaran terhadap kategori ini. Akan tetapi, pada evaluasi yang dilakukan, iklan dari kategori pangan lainnya telah 100 MK untuk kelompok pelanggaran C. Kelompok pelanggaran C diuraikan lagi dalam dua subkelompok pelanggaran, yaitu subkategori 1: iklan pangan yang dievaluasi secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang danatau jasa lain atau dengan kata lain mendiskreditkan produk pangan lainnya, dan subkategori 2: iklan pangan yang dievaluasi dengan sengaja menyatakan seolah-olah makanan yang berlabel gizi mempunyai kelebihan dari makanan yang tidak berlabel gizi. Dari total 8 iklan yang melanggar kelompok pelanggaran C, semuanya TMK untuk subkategori 1, dan MK untuk subkategori 2. Tabel 7 menunjukkan contoh iklan yang melanggar ketentuan pada subkategori 1. Tabel 7. Contoh pelanggaran subkategori 1 kelompok pelanggaran C: iklan pangan yang dievaluasi secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang danatau jasa lain atau dengan kata lain mendiskreditkan produk pangan lainnya No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 1 006 Garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein Bumbu kaldu penyedap Memuat dua gambar mangkok, mangkok pertama berisi air kaldu dengan warna kuning lebih keruh bertuliskan Merk X sedangkan mangkok kedua berisi air kaldu dengan warna kuning lebih jernih, bertuliskan “yang lainnya” Memuat ilustrasi yang seolah-olah merendahkan produk kaldu lain 2 100 Garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein Kaldu blok “Produk Y padat akan daging pilihan, rempah- rempah dan bumbu alami yang memberikan rasa kaldu mantap dan tidak bisa didapat dari bumbu penyedap biasa.” Memuat pernyataan yang seolah-olah merendahkan produk kaldu lain 51 Tabel 7. Lanjutan No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 3 174 Lemak, minyak, dan emulsi minyak Minyak goreng “Itu yang saya rasakan. Kalau menggunakan minyak goreng lain, kita harus terus menerus membolak-balikkan makanan yang kita goreng supaya tidak gosong, tapi dengan Produk Z tidak demikian.” Memuat pernyataan yang seolah-olah merendahkan produk minyak goreng lain 4 338 Minuman, tidak termasuk produk susu Minuman sari buah delima merah dan anggur “Sari buah asli, yang lain basa basi” Larangan mengenai iklan pangan yang dievaluasi secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang danatau jasa lain atau dengan kata lain mendiskreditkan produk pangan lainnya diatur dalam Pasal 9 ayat 1 poin i UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Pasal 47 ayat 1 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan. Dalam bagian penjelasan Pasal 9 ayat 1 poin i UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Pasal 47 ayat 1 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan disebutkan bahwa larangan mendiskreditkan produk lain bertujuan agar konsumen mempunyai kebebasan memilih berdasarkan pengetahuannya sendiri terhadap suatu produk pangan tanpa dipengaruhi oleh iklan yang bersifat mendiskreditkan produk lain sejenis. Iklan yang telah MK pada subkategori ini menunjukkan pemahaman terhadap peraturan tersebut karena pada dasarnya tujuan iklan bukan untuk menjatuhkan produk lain tetapi untuk memperkenalkan atau memberi informasi mengenai produk yang diiklankan. Solusi terhadap kasus tersebut, pencantuman keunggulan produk dapat dilakukan tanpa perlu disertai pernyataan baik secara langsung atau tidak langsung yang terkesan merendahkan produk lain. Contoh pertama pada Tabel 7 merupakan iklan dari kategori pangan garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein Di dalam iklan tersebut terdapat ilustrasi yang secara tidak langsung merendahkan produk kaldu merek lainnya yaitu menghasilkan air kaldu yang tidak kental, maka iklan tersebut TMK untuk subkategori 1 kelompok pelanggaran C. Hal serupa terjadi pada contoh kedua, yang memberikan pernyataan seakan-akan bumbu penyedap merek lain tidak mampu memberikan rasa kaldu yang mantap. Testimoni yang tercantum pada contoh ketiga menunjukkan pendapat subjektif yang seakan-akan merendahkan merek minyak goreng yang lain. Begitu pula dengan kata- kata yang terdapat pada contoh keempat, memberi kesan merendahkan produk minuman sari buah merek lainnya. Segala bentuk ilustrasi, pernyataan, atau testimoni pada iklan yang secara langsung atau tidak langsung merendahkan atau mendiskreditkan produk pangan lainnya menyebabkan iklan tersebut TMK untuk subkategori 1 kelompok pelanggaran C. Seluruh iklan yang dievaluasi telah memenuhi ketentuan pada subkategori 2 kelompok pelanggaran C yang melarang adanya iklan pangan yang dengan sengaja menyatakan seolah-olah makanan yang berlabel gizi mempunyai kelebihan dari makanan yang tidak berlabel gizi. Larangan tersebut diatur dalam Petunjuk Teknis Umum poin ke-13 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman. Hal tersebut menunjukkan produsen pangan telah memahami bahwa pencantuman label gizi atau kandungan gizi pada label 52 pangan wajib dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan. Adanya pernyataan yang menyatakan seolah- olah makanan yang berlabel gizi mempunyai kelebihan dari makanan yang tidak berlabel gizi berarti membandingkan produk dengan produk lain yang belum tentu wajib mencantumkan label gizi.

4.6.4 Kelompok pelanggaran D: Larangan Iklan Pangan yang Mengarah