Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Norma Kesusilaan dan

14 Tangga dan Makanan dan Minuman, serta Bab IX Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Tentang Pedoman Periklanan Pangan yang menyebutkan bahwa iklan makanan tidak boleh dimuat dengan ilustrasi peragaan maupun kata-kata yang berlebihan sehingga dapat menyesatkan konsumen. Tidak dirinci lebih lanjut dalam peraturan tersebut mengenai contoh kata- kata berlebihan yang dimaksud. Subkategori 4 untuk kategori pelanggaran tersebut bersumber dari Bab IX Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Tentang Pedoman Periklanan Pangan yang menyebutkan bahwa iklan-iklan produk pangan dilarang menyalahgunakan istilah-istilah ilmiah, statistik, dan grafik untuk menyesatkan khalayak atau menciptakan kesan yang berlebihan dan tak bermakna. Bab IX Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Tentang Pedoman Periklanan Pangan juga menyebutkan iklan produk pangan dilarang menggunakan pernyataan bahwa produk pangan tersebut dapat meningkatkan kecerdasan atau meningkatkan IQ. Peraturan tersebut menjadi dasar subkategori 5 kategori pelanggaran A. Iklan dapat melanggar satu atau lebih ketentuan untuk subkategori pelanggaran tersebut. Iklan yang MK untuk semua subkategori pada kategori pelanggaran A berarti memiliki compliance 100 terhadap peraturan mengenai penggunaan kata-kata atau ilustrasi yang berlebihan.

2.7.2 Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Norma Kesusilaan dan

Penggunaan Model Iklan Anak-Anak Berusia di Bawah Lima Tahun Kategori pelanggaran B yaitu sekelompok peraturan berkaitan dengan norma kesusilaan dan penggunaan model iklan anak-anak berusia di bawah lima tahun. Peraturan pertama yang menjadi dasar subkategori 1 kategori pelanggaran tersebut yaitu Pasal 44 ayat 2 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan yang menyebutkan bahwa setiap iklan tentang pangan tidak boleh bertentangan dengan norma-norma kesusilaan dan ketertiban umum. Selanjutnya, dalam Pasal 47 ayat 2 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan disebutkan bahwa iklan dilarang semata- mata menampilkan anak-anak berusia dibawah 5 lima tahun dalam bentuk apapun, kecuali apabila pangan tersebut diperuntukkan bagi anak-anak yang berusia dibawah 5 lima tahun. Pada penjelasan pasal tersebut dijelaskan bahwa ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari adanya pengeksploitasian anak dalam iklan pangan, khususnya yang semata-mata menampilkan anak-anak dibawah lima tahun namun bukan untuk pangan yang khusus anak-anak kelompok usia tersebut. Dalam konteks iklan pangan tersebut, dapat saja menampilkan anak-anak berusia dibawah lima tahun, namun ditampilkan dalam suatu konteks yang lebih luas, misalnya bersama keluarga. Iklan dapat melanggar satu atau lebih ketentuan untuk subkategori pelanggaran tersebut. Iklan yang MK untuk semua subkategori pada kategori pelanggaran B berarti memiliki compliance 100 terhadap peraturan mengenai dengan norma kesusilaan dan penggunaan model iklan anak-anak berusia di bawah lima tahun. 2.7.3 Larangan Iklan Pangan yang Mendiskreditkan atau Merendahkan Pangan Lain Baik Secara Langsung Maupun Tidak Langsung Kategori pelanggaran C yaitu sekelompok peraturan berkaitan dengan iklan pangan yang mendiskreditkan atau merendahkan pangan lain baik secara langsung maupun tidak langsung. 15 Peraturan pertama yang menjadi dasar subkategori 1 kategori pelanggaran tersebut yaitu Pasal 9 ayat 1 poin i UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang danatau jasa secara tidak benar, danatau seolah-olah secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang danatau jasa lain. Dalam Pasal 47 ayat 1 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan juga disebutkan bahwa iklan dilarang dibuat dalam bentuk apapun untuk diedarkan dan atau disebarluaskan dalam masyarakat dengan cara mendiskreditkan produk pangan lainnya. Larangan mendiskreditkan produk lain bertujuan agar konsumen mempunyai kebebasan memilih berdasarkan pengetahuannya sendiri terhadap suatu produk pangan tanpa dipengaruhi oleh iklan yang bersifat mendiskreditkan produk lain sejenis. Selanjutnya, subkategori 2 untuk kategori pelanggaran tersebut diatur dalam Petunjuk Teknis Umum poin ke-13 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman. Poin dalam peraturan tersebut menyebutkan bahwa iklan makanan tidak boleh dengan sengaja menyatakan seolah-olah makanan yang berlabel gizi mempunyai kelebihan dari makanan yang tidak berlabel gizi. Iklan dapat melanggar satu atau lebih ketentuan untuk subkategori pelanggaran tersebut. Iklan yang MK untuk semua subkategori pada kategori pelanggaran C berarti memiliki compliance 100 terhadap peraturan mengenai iklan pangan yang mendiskreditkan atau merendahkan pangan lain baik secara langsung maupun tidak langsung. 2.7.4 Larangan Iklan Pangan yang Mengarah Bahwa Pangan Seolah-Olah Sebagai Obat Kategori pelanggaran D yaitu sekelompok peraturan berkaitan dengan iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat. Kategori pelanggaran tersebut diatur dalam beberapa peraturan, yaitu Pasal 53 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan yang menyebutkan bahwa iklan dilarang memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai obat, Petunjuk Teknis Umum poin ke-10 dan Petunjuk Teknis Khusus poin ke-6 h Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman yang menyebutkan bahwa iklan makanan dilarang mencantumkan bahwa suatu makanan dapat menyehatkan dan dapat memulihkan kesehatan, dan Bab IX Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Tentang Pedoman Periklanan Pangan yang menyebutkan bahwa dilarang mengiklankan pangan yang mengarah ke pendapat bahwa pangan seolah-olah sebagai obat. Penjelasan Pasal 53 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan menjelaskan lebih lanjut bahwa pangan berbeda dengan obat dan masing-masing mempunyai karakter yang spesifik, yaitu pangan tidak menyembuhkan sedangkan obat untuk penyembuhan. Pangan tidak dapat berfungsi sebagai obat, sehingga mengiklankan pangan sebagai obat merupakan perbuatan yang menipu konsumen. Iklan yang MK untuk kategori pelanggaran D berarti memiliki compliance 100 terhadap peraturan mengenai iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat. 16

2.7.5 Larangan Iklan Pangan Berkaitan Pencantuman Logo, Tulisan, atau