52 pangan wajib dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin,
mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan. Adanya pernyataan yang menyatakan seolah- olah makanan yang berlabel gizi mempunyai kelebihan dari makanan yang tidak berlabel gizi berarti
membandingkan produk dengan produk lain yang belum tentu wajib mencantumkan label gizi.
4.6.4 Kelompok pelanggaran D: Larangan Iklan Pangan yang Mengarah
Bahwa Pangan Seolah-Olah Sebagai Obat
Dari hasil evaluasi menggunakan decision tree diketahui bahwa 4 iklan 0,88 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi tidak memenuhi ketentuan untuk kelompok pelanggaran D.
Dilihat dari kategori pangan, produk yang melanggar kelompok pelanggaran D 75 berasal dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu, dan 25 dari kategori pangan produk-produk
susu dan analognya. Pada dasarnya tidak hanya pangan dari kategori tersebut yang memungkinkan adanya kandungan zat gizi atau zat non gizi yang berguna bagi tubuh, dalam hal ini memiliki fungsi
zat gizi, fungsi lain atau fungsi penurunan risiko penyakit. Akan tetapi, seperti yang tercantum dalam penjelasan Pasal 53 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan, pangan berbeda dengan
obat dan masing-masing mempunyai karakter yang spesifik, yaitu pangan tidak menyembuhkan sedangkan obat untuk penyembuhan. Pangan tidak dapat berfungsi sebagai obat sehingga
mengiklankan pangan sebagai obat merupakan perbuatan yang menipu konsumen. Larangan tersebut diatur dalam beberapa peraturan, yaitu Pasal 53 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan
Pangan dan Petunjuk Teknis Umum poin ke-10 dan Petunjuk Teknis Khusus poin ke-6 h Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional,
Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman, Bab IX Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Tentang Pedoman Periklanan
Pangan. Iklan yang telah memenuhi ketentuan pada kelompok pelanggaran D mengindikasikan telah
adanya pemahaman produsen pangan dan agen periklanan mengenai esensi peraturan tersebut, serta telah adanya sosialisasi yang baik dari pemerintah mengenai aturan yang ditetapkan dalam PP,
Permenkes, dan SK KBPOM tersebut. Solusi mengenai kasus pelanggaran yang masih terjadi yaitu pencantuman fungsi gizi atau fungsi kesehatan boleh dilakukan pada iklan dalam bentuk klaim sesuai
peraturan yang berlaku, akan tetapi tidak perlu mencantumkan keterangan bahwa pangan tersebut mempu menyembuhkan atau menyehatkan karena akan memberik kesan seolah-olah berfungsi
sebagai obat. Tabel 8 memperlihatkan contoh iklan iklan yang melanggar ketentuan pada kelompok pelanggaran tersebut.
Tabel 8. Contoh pelanggaran kelompok pelanggaran D: iklan pangan yang dievaluasi memuat
pernyataan atau keterangan dalam bentuk apapun bahwa pangan yang bersangkutan seolah- olah dapat berfungsi sebagai obat
No. Kode
Evaluasi Iklan
Kategori Pangan
Jenis Pangan
Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan
pelanggaran Poin pelanggaran
1 028 Minuman,
tidak termasuk produk susu
Minuman serbuk
“Produk X membuat hidup sehat secara alami terasa
mudah” Memuat pernyataan
mampu membuat hidup sehat
2 046 Produk-produk
susu dan analognya
Susu kolostrum
bubuk “Susu antibodi alami,
meningkatkan imunitas tubuh, mempercepat masa
penyembuhan” Memuat pernyataan
mampu mempercepat masa
penyembuhan
53 Contoh pertama pada Tabel 8 tersebut alih-alih menyebutkan fungsi kesehatan, justru
memberikan pernyataan membuat hidup sehat atau dengan kata lain produk menyehatkan. Pernyataan tersebut seolah-olah produk dapat berfungsi sebagai obat, maka iklan TMK untuk kelompok
pelanggaran D. Begitu pula dengan contoh kedua, iklan mengandung pernyataan mempercepat masa penyembuhan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa yang dapat berfungsi menyembuhkan
adalah obat, bukan pangan, sehingga adanya pernyataan tersebut menyebabkan iklan TMK untuk kelompok pelanggaran D.
4.6.5 Kelompok pelanggaran E: Larangan Iklan Pangan Berkaitan