Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Proses, Asal, dan Sifat Bahan

19 Subkategori selanjutnya diatur dalam Petunjuk Teknis Khusus poin ke-4 e Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman yang menyebutkan bahwa iklan makanan boleh mencantumkan adanya vitamin dan mineral apabila pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat vitamin atau mineral tidak kurang dari 16 dari jumlah yang dianjurkan AKG. Pada poin selanjutnya dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa iklan makanan boleh mencantumkan mengandung lebih dari satu vitamin atau mineral apabila setiap vitamin atau mineral tersebut terdapat dalam proporsi yang sesuai AKG. Subkategori terakhir untuk kategori pelanggaran F yaitu bersumber pada Petunjuk Teknis Khusus poin ke-6 i Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman yang menyebutkan bahwa iklan pangan boleh mencantumkan pernyataan “dapat membantu melangsingkan” jika nilai kalorinya 25 lebih rendah dibandingkan dengan makanan sejenisnya. Iklan dapat melanggar satu atau lebih ketentuan untuk subkategori pelanggaran tersebut. Iklan yang MK untuk semua subkategori pada kategori pelanggaran F berarti memiliki compliance 100 terhadap peraturan mengenai klaim gizi, manfaat kesehatan, dan keamanan pangan.

2.7.7 Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Proses, Asal, dan Sifat Bahan

Pangan Kategori pelanggaran G yaitu sekelompok peraturan berkaitan proses, asal, dan sifat bahan pangan. Peraturan pertama yang menjadi dasar subkategori 1 kategori pelanggaran tersebut yaitu Pasal 54 PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan menyebutkan bahwa iklan tentang pangan yang dibuat tanpa menggunakan atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah dilarang memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan yang bersangkutan seluruhnya dibuat dari bahan alamiah. Hal tersebut disebutkan pula dalam Bagian Petunjuk Teknis Umum Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 386Men.KesSKIV1994 bahwa makanan yang dibuat sebagian atau tanpa bahan pokok alami tidak boleh diiklankan seolah-olah makanan yang bersangkutan seluruhnya dibuat dari bahan alami. Pasal 55 PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan menyebutkan bahwa iklan tentang pangan yang dibuat dari bahan setengah jadi atau bahan jadi, dilarang memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan tersebut dibuat dari bahan yang segar. Hal tersebut disebutkan pula dalam Bagian Petunjuk Teknis Umum Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 386Men.KesSKIV1994 bahwa makanan yang dibuat dari bahan yang telah mengalami pengolahan, tidak boleh diiklankan dengan cara yang dapat memberi kesan seolah-olah makanan itu dibuat dari bahan segar. Peraturan tersebut menjadi dasar subkategori 2. Selanjutnya, subkategori 3 diatur dalam Pasal 57 PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang menyebutkan bahwa pangan yang dibuat atau berasal dari bahan alamiah tertentu hanya dapat diiklankan sebagai berasal dari bahan baku alamiah tersebut, apabila pangan tersebut mengandung bahan alamiah yang bersangkutan tidak kurang dari pernyataan minimal yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia. Disebutkan pula dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 386Men.KesSKIV1994 Bagian Petunjuk Teknis Umum bahwa iklan makanan yang dibuat dengan bahan alami tertentu hanya boleh diiklankan sebagai berasal dari bahan alami tersebut, apabila makanan itu mengandung bahan alami yang bersangkutan tidak kurang dari kadar makanan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Contohnya pada produk 20 sari apel apple juice, yaitu produk cair yang keruh atau jernih yang diperoleh dari buah apel dan jumlah padatan tidak kurang dari 10. Subkategori selanjutnya diatur dalam Petunjuk Teknis Umum poin ke-5 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman yang menyebutkan bahwa iklan makanan yang menyerupai atau dimaksudkan sebagai pengganti jenis makanan tertentu harus menyebutkan nama bahan yang digunakan. Contoh produknya adalah susu kedelai. Subkategori 5 kategori pelanggaran G yang diatur dalam Petunjuk Teknis Umum poin ke-9 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman menyebutkan bahwa kata “segar” hanya boleh digunakan untuk makanan yang diproses, berasal dari satu ingredien, dan belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. Kata “segar” juga boleh digunakan dalam kalimat atau ilustrasi yang tidak terkait secara langsung dengan pangan, misalnya: susu segar, daging segar, sayur segar. Pemakaian kata “segar” dapat dimaksudkan untuk meminum minuman yang dingin. Selanjutnya, subkategori 6 kategori G diatur dalam Petunjuk Teknis Umum poin ke-9 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman yang menyebutkan bahwa penggunaan kata “alami” pada iklan hanya untuk bahan mentah, produk yang tidak dicampur, dan tidak diproses. Poin peraturan tersebut juga mengatur mengenai penggunaan kata “murni” pada iklan, yaitu hanya diperbolehkan jika produk tersebut tidak ditambah apa-apa. Sedangkan, kata-kata “dibuat dari” dapat digunakan pada iklan jika produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan. Subkategori terakhir untuk kategori pelanggaran G diatur dalam Bab V Ketentuan Umum Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Tentang Pedoman Periklanan Pangan yang menyebutkan bahwa iklan pangan dilarang memuat kalimat, kata-kata, pernyataan yang menyesatkan, dan atau menimbulkan penafsiran yang salah berkaitan dengan asal dan sifat bahan pangan. Contoh pernyataan tersebut pada iklan yaitu: minyak sawit non kolesterol, kacang garing non kolesterol. Minyak sawit dan kacang garing berasal dari bahan nabati, sedangkan kolesterol hanya terdapat pada produk pangan hewani. Contoh lainnya yaitu penggunaan gambar yang tidak sesuai dengan asal bahan. Gambar buah, sayuran, daging, dan bahan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredien tersebut, atau apabila berasal dari satu sumber. Iklan dapat melanggar satu atau lebih ketentuan untuk subkategori pelanggaran tersebut. Iklan yang MK untuk semua subkategori pada kategori pelanggaran G berarti memiliki compliance 100 terhadap peraturan mengenai proses, asal, dan sifat bahan pangan.

2.7.8 Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penyertaan Undian,