Kelompok pelanggaran F: Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan

56 Tabel 11. Lanjutan No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 2 282 Buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian Selai strawberry Memuat logo dan nama lembaga yang mengeluarkan sertifikat Food Safety, CODEX, dan HACCP pada produk, yaitu SAI Global. Menampilkan nama dan logo lembagayang mengeluarkan sertifikat terhadap pangan 3 317 Serealia dan produk serealia Sereal gandum rasa cokelat “1 mangkuk Produk X = Serat dalam 2 keping roti” “Berdasarkan perhitungan 2 dua lembar roti tawar kupas dengan berat 30 gram. Analisa dilakukan oleh Laboratorium Analisis dan Kalibrasi, Balai Besar Industri Agro” Menampilkan nama dan logo lembagayang melakukan analisis terhadap pangan Contoh pertama pada Tabel 11 yang merupakan produk dari kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak menampilkan nama dan logo lembaga yang mengeluarkan sertifikat penghargaan terhadap produk yang diiklankan, sedangkan contoh kedua memuat nama dan logo lembaga yang mengeluarkan sertifikat Food Safety, CODEX, dan HACCP pada produk. Iklan tersebut TMK untuk subkategori 3 kelompok pelanggaran E. Contoh ketiga juga TMK untuk subkategori tersebut karena menyebutkan nama lembaga yang melakukan analisa terhadap produk yang diiklankan.

4.6.6 Kelompok pelanggaran F: Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan

Klaim Gizi, Manfaat Kesehatan dan Keamanan Pangan Dari hasil evaluasi menggunakan decision tree diketahui bahwa kesesuaian iklan terhadap kelompok pelanggaran F bervariasi, yaitu 78 MK, 83 MK, 89 MK, 94 MK, dan 100 MK. Jumlah iklan yang 100 memenuhi peraturan pada kelompok pelanggaran F berjumlah 412 iklan 90,15 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi, yang artinya sebagian besar iklan yang dievaluasi telah memenuhi peraturan yang berkaitan dengan klaim gizi, manfaat kesehatan, dan keamanan pangan. Selanjutnya, 1 iklan 0,22 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi 78 MK untuk kelompok pelanggaran F, 1 iklan 0,22 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi 83 MK untuk kelompok pelanggaran F, 18 iklan 3,94 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi 89 MK untuk kelompok pelanggaran F, dan 25 iklan 5,47 dari keseluruhan iklan yang dievaluasi 94 MK untuk kelompok pelanggaran F. Kelompok pelanggaran F diuraikan lagi dalam subkelompok pelanggaran yang sebarannya pada iklan yang dievaluasi dapat dilihat pada Tabel 12. Prosentase dalam tabel tersebut berdasarkan total iklan yang tidak 100 MK kelompok pelanggaran F, yaitu 45 iklan yang memungkinkan TMK untuk satu atau lebih subkategori pada kelompok pelanggaran F. 57 Tabel 12. Sebaran pelanggaran iklan pangan terkait klaim gizi, manfaat kesehatan, dan keamanan pangan Subkelompok pelanggaran Jumlah 1 Iklan pangan yang dievaluasi memuat pernyataan memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan telah diperkaya dengan vitamin, mineral, atau zat penambah gizi lainnya 3 6,67 2 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan pernyataan makanan berkalori 0 0,00 3 Iklan pangan yang dievaluasi memuat pernyataan nilai khusus pada makanan misalkan nilai kalori 0 0,00 4 Iklan pangan yang dievaluasi menyatakan bahwa makanan seolah-olah merupakan sumber protein 0 0,00 5 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim kandungan zat gizi 9 20,00 6 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim “rendah ... nama komponen pangan” atau “bebas ... nama komponen pangan” 5 11,11 7 Iklan pangan yang dievaluasi memuat klaim perbandingan zat gizi 2 4,44 8 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim fungsi zat gizi 1 2,22 9 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim untuk pangan olahan yang diperuntukkan bagi bayi 0 0,00 10 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim fungsi lain atau klaim penurunan risiko penyakit 5 11,11 11 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim yang memuat pernyataan bahwa konsumsi pangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan semua zat gizi esensial 7 15,56 12 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim yang memanfaatkan ketakutan konsumen 0 0,00 13 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim yang menyebabkan konsumen mengkonsumsi suatu jenis pangan olahan secara tidak benar 10 22,22 14 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim yang menggambarkan bahwa suatu zat gizi atau komponen dapat mencegah, mengobati atau menyembuhkan penyakit 0 0,00 15 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan informasi bebas bahan tambahan pangan berupa pernyataan dan atau tulisan dengan menggunakan kata “bebas”, “tanpa”, “tidak mengandung” atau kata semakna lainnya 3 6,67 16 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan adanya vitamin dan mineral 3 6,67 17 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan mengandung lebih dari satu vitamin atau mineral 19 42,22 18 Iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan pernyataan “dapat membantu melangsingkan” 0 0,00 Tabel 12 memperlihatkan bahwa pelanggaran tertinggi yang ditemukan dalam kelompok pelanggaran F adalah iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan mengandung lebih dari satu vitamin atau mineral 42,22, selanjutnya iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim yang menyebabkan konsumen mengkonsumsi suatu jenis pangan olahan secara tidak benar 22,22, iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim kandungan zat gizi 20,00, iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim yang memuat pernyataan bahwa konsumsi pangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan semua zat gizi esensial 15,56, iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim “rendah ... nama komponen pangan” atau “bebas ... nama komponen pangan” 11,11, dan iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim fungsi lain atau klaim penurunan risiko penyakit 11,11. Prosentase yang sama terjadi untuk iklan yang melanggar subkategori iklan pangan yang 58 dievaluasi memuat pernyataan memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan telah diperkaya dengan vitamin, mineral, atau zat penambah gizi lainnya, iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan informasi bebas bahan tambahan pangan berupa pernyataan dan atau tulisan dengan menggunakan kata “bebas”, “tanpa”, “tidak mengandung” atau kata semakna lainnya, dan iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan adanya vitamin dan mineral yaitu masing-masing 6,67. Selanjutnya yaitu pelanggaran pada subkategori dan iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim yang menggambarkan bahwa suatu zat gizi atau komponen dapat mencegah, mengobati atau menyembuhkan penyakit 2,22 dan iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim fungsi zat gizi 2,11. Seluruh iklan yang dievaluasi telah memenuhi ketentuan untuk subkategori 2, 3, 4, 9, 14 dan 18. Bila dikelompokkan berdasarkan kategori pangan, prosentase tertinggi iklan yang tidak 100 MK pada kelompok pelanggaran F berasal dari kategori pangan produk-produk susu dan analognya 44,44. Hal tersebut salah satunya terkait dengan tingginya frekuensi munculnya iklan produk kategori tersebut pada media yang dievaluasi. Selain itu, tingginya pelanggaran dari kategori pangan tersebut disebabkan oleh kecenderungan iklan kategori produk susu dan analognya dalam pencantuman klaim gizi sebagai keunggulan produk meskipun pada prakteknya beberapa masih melanggar ketentuan. Pelanggaran untuk kategori ini juga ditemukan pada kategori pangan produk pangan untuk keperluan gizi khusus 17,78, lemak, minyak, dan emulsi minyak 15,56, minuman, tidak termasuk produk susu 15,56, buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian 2,22, produk bakeri 2,22, dan kategori pangan garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein 2,22. Iklan dari kategori pangan yang lain seperti es untuk dimakan edible ice, termasuk sherbet dan sorbet, serealia dan produk serealia, daging dan produk daging, ikan dan produk perikanan, makanan ringan siap santap beberapa mengandung klaim terkait gizi atau kesehatan dan sebagian besar tidak menyertakan klaim tersebut dalam iklan karena produsen menganggap keunggulan produk kategori tersebut bukan dari segi tersebut untuk menarik konsumen. Oleh karena itu, seluruh iklan pangan dari kategori pangan tersebut yang dievaluasi telah memenuhi ketentuan untuk kelompok pelanggaran terkait klaim gizi, manfaat kesehatan, dan keamanan pangan. Hanya ditemukan 3 iklan yang melanggar peraturan untuk subkategori 1 mengenai pernyataan memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan telah diperkaya dengan vitamin, mineral, atau zat penambah gizi lainnya dan terjadi pada iklan kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak 66,67 dan produk-produk susu dan analognya 33,33. Pada Pasal 56 PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan dan Petunjuk Teknis Umum poin ke-6 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman disebutkan bahwa iklan pangan boleh memuat pernyataan memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan telah diperkaya dengan vitamin, mineral, atau zat penambah gizi lainnya apabila dalam pengelolaan pangan tersebut benar dilakukan pengayaan zat yang dimaksud dan memenuhi persyaratan yaitu pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat paling sedikit ½ dari jumlah yang dianjurkan RDAAKG. Nilai AKG yang digunakan untuk evaluasi tercantum di tabel AKG pada Lampiran 4 skripsi ini. Beberapa dari iklan yang dievaluasi mengandung pernyataan tersebut dan memenuhi persyaratan sehingga MK untuk kategori tersebut, namun ada 3 iklan yang TMK, dan sisanya tidak mengandung pernyataan tersebut. Masih adanya pelanggaran pada subkategori ini disebabkan oleh produsen yang tidak paham dengan persyaratan tersebut, bahwa terdapat batas minimal konsumsi untuk dapat mencantumkan pengayaan zat gizi tertentu pada produk. Contoh pelanggaran terhadap subkategori ini dapat dilihat pada Tabel 13. 59 Tabel 13. Contoh pelanggaran subkategori 1 kelompok pelanggaran F: iklan pangan yang dievaluasi memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan telah diperkaya dengan vitamin, mineral, atau zat penambah gizi lainnya No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 1 046 Produk-produk susu dan analognya Susu kolostrum bubuk “Produk X juga diperkaya dengan Kalsium, Omega 3, Asam Folat, Low Fat, dan Multivitamin agar makin lengkap menjaga kesehatan Anda” Memuat pernyataan diperkaya vitamin dan mineral tetapi kandungan pada produk di bawah syarat minimal yang ditetapkan 2 291 Lemak, minyak, dan emulsi minyak Margarin “Margarin sehat ini diperkaya dengan vitamin A yang baik untuk mata” Memuat pernyataan diperkaya vitamin A tetapi kandungan pada produk di bawah syarat minimal yang ditetapkan Contoh pertama mencantumkan pernyataan bahwa produk diperkaya dengan kalsium, omega 3, asam folat, low fat, dan multivitamin. Dari nutrition fact produk diketahui dalam pengelolaan pangan tersebut benar dilakukan pengayaan zat yang dimaksud. Syarat klaim diperkaya adalah pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat paling sedikit ½ dari jumlah yang dianjurkan RDAAKG, dan berikut adalah penjelasannya: • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan kalsium = 35 AKG per sajian. Konsumsi wajar per hari adalah 2 sajian, maka kandungan kalsium produk = 75. Oleh karena lebih dari 50 AKG, maka klaim MK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan asam folat = 15 AKG per sajian. Konsumsi wajar per hari adalah 2 sajian, maka kandungan asam folat produk = 30. Oleh karena kurang dari 50 AKG, maka klaim TMK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin B1 = 25 AKG per sajian. Konsumsi wajar per hari adalah 2 sajian, maka kandungan vitamin B1 produk = 50. Oleh karena tidak kurang dari 50 AKG, maka klaim MK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin B2 = 25 AKG per sajian. Konsumsi wajar per hari adalah 2 sajian, maka kandungan vitamin B2 produk = 50. Oleh karena tidak kurang dari 50 AKG, maka klaim MK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin B3 = 20 AKG per sajian. Konsumsi wajar per hari adalah 2 sajian, maka kandungan vitamin B3 produk =40. Oleh karena kurang dari 50 AKG, maka klaim TMK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin B6= 25 AKG per sajian. Konsumsi wajar per hari adalah 2 sajian, maka kandungan vitamin B6 produk = 50. Oleh karena tidak kurang dari 50 AKG, maka klaim MK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin B12= 40 AKG per sajian. Konsumsi wajar per hari adalah 2 sajian, maka kandungan vitamin B6 produk = 80. Oleh karena tidak kurang dari 50 AKG, maka klaim MK. 60 Untuk syarat kandungan omega 3 tidak diatur dalam tabel AKG, maka dianggap memenuhi ketentuan. Akan tetapi, dari penjelasan tersebut diketahui ada beberapa zat gizi yang tidak memenuhi ketentuan, yaitu kandungan asam folat dan vitamin B3 pada produk. Oleh karena itu, iklan produk pada contoh pertama TMK untuk subkategori 1 kelompok pelanggaran F. Contoh kedua pada Tabel 13 mengandung pernyataan bahwa produk diperkaya dengan vitamin A. Dari nutrition fact produk diketahui dalam pengelolaan pangan benar dilakukan pengayaan vitamin A. Berdasarkan nutrition fact kandungan vitamin A dalam produk 38 AKG per 100 g bahan, sementara diketahui konsumsi wajar margarin per hari 25-30 g, sehingga kandungan vitamin A yang dikonsumsi dari produk per hari 12,67 AKG. Syarat pernyataan diperkaya adalah pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat paling sedikit ½ dari jumlah yang dianjurkan RDAAKG. Oleh karena itu, iklan TMK untuk subkategori ini karena kandungan vitamin A produk kurang dari 50 AKG. Tidak ditemukan pelanggaran untuk subkategori 2 kelompok pelanggaran F yaitu mengenai iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan pernyataan makanan berkalori. Pada Petunjuk Teknis Umum poin ke-7 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman disebutkan bahwa adanya pernyataan makanan berkalori pada iklan pangan diperbolehkan dengan syarat makanan tersebut dapat memberikan minimum 300 Kcal per hari. Terdapat satu iklan dari kategori pangan produk-produk susu dan analognya yang mengandung pernyataan tersebut, yaitu terdapat kalimat “Energi, Zat Besi, Prebiotik Inulin: Nutrisi untuk menunjang aktivitas dan bantu lindungi pencernaannya” yang maknanya sama dengan mengandung energi atau berkalori. Syarat agar memenuhi ketentuan adalah makanan tersebut dapat memberikan minimum 300 Kcal per hari. Dari nutrition fact produk diketahui energi total per sajian = 160 Kcal. Konsumsi wajar produk per hari = 2 sajian, maka energi total per hari yang dapat diberikan produk = 320 kkal. Oleh karena produk mampu memberikan kalori lebih dari 300 Kcal per hari, maka iklan tersebut MK untuk subkategori ini., sedangkan iklan lain tidak mengandung pernyataan tersebut sehingga dianggap MK untuk subkategori 2 kelompok pelanggaran F. Petunjuk Teknis Umum poin ke-14 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman menyebutkan bahwa iklan pangan boleh memuat pernyataan nilai khusus pada makanan misalkan nilai kalori apabila nilai tersebut seluruhnya berasal dari makanan tersebut bukan sebagian diberikan oleh makanan lain yang dapat dikonsumsi bersama-sama, seperti yang terdapat pada subkategori 3 kelompok pelanggaran F. Tidak ditemukan iklan pangan yang memuat pernyataan tersebut sehingga dianggap seluruh iklan yang dievaluasi telah MK untuk subkategori tersebut. Subkategori 4 kelompok pelanggaran F bersumber pada Petunjuk Teknis Umum poin ke-15 Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman yang menyebutkan bahwa iklan pangan dapat menyatakan bahwa makanan seolah-olah merupakan sumber protein apabila memenuhi persyaratan yaitu 20 kandungan kalorinya berasal dari protein dan atau jumlah yang wajar dikonsumsi per hari mengandung tidak kurang 10 gram protein. Beberapa iklan yang dievaluasi mengandung pernyataan tersebut akan tetapi dari perhitungan diketahui memenuhi persyaratan, yang contohnya dapat dilihat pada Tabel 14. Pemenuhan ketentuan pada subkategori ini menunjukkan telah adanya pemahaman produsen dan sosialisasi yang baik mengenai syarat yang harus dipenuhi jika akan mencantumkan pernyataan produk sebagai sumber protein. 61 Tabel 14. Contoh iklan yang mengandung pernyataan bahwa makanan seolah-olah merupakan sumber protein No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 1 025 Buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian Fruit Soy “Sumber yang baik untuk protein” Memuat pernyataan makanan sebagai sumber protein 2 159 Produk pangan untuk keperluan gizi khusus Minuman bubuk dari isolat protein kedelai “Profil asam amino yang dapat membantu memenuhi kebutuhan protein” Memuat pernyataan makanan seolah- olah sebagai sumber protein 3 357 Produk- produk susu dan analognya Susu bubuk pertumbuhan “Membantu memenuhi nutrisi anak: protein” Memuat pernyataan makanan sebagai sumber protein Contoh pertama pada Tabel 14 yaitu iklan dari kategori pangan buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian yang mencantumkan pernyataan bahwa produk pangan yang diiklankan merupakan sumber yang baik untuk protein. Dari nutrition fact produk diketahui kandungan kalori yang berasal dari protein hanya 12 yaitu kurang dari 20. Akan tetapi, 1 bar produk mengandung 4 gram protein. Konsumsi wajar per hari 3-4 bar mengingat produk merupakan camilan yang dapat dikonsumsi kapan saja, terutama diantara jam makan, maka dalam jumlah yang wajar dikonsumsi per hari mengandung tidak kurang 10 gram protein, yaitu 12 – 16 gram protein, maka iklan MK untuk subkategori 4 kelompok pelanggaran F. Begitu pula dengan contoh kedua, iklan dari kategori produk pangan untuk keperluan gizi khusus tersebut mengandung pernyataan bahwa makanan seolah-olah merupakan sumber protein. Dari nutrition fact produk diketahui kandungan protein per sajian = 6 g. Konsumsi wajar produk per hari 3 sajian 3x6 g = 18 g. Karena jumlah yang wajar dikonsumsi per hari mengandung lebih dari 10 gram protein, maka pernyatan tersebut MK untuk subkategori ini. Contoh ketiga pada tabel tersebut adalah iklan dari kategori pangan produk-produk susu dan analognya yang juga mencantumkan kalimat yang maknanya sama dengan keterangan bahwa makanan tersebut seolah-olah merupakan sumber protein. Dari nutrition fact produk diketahui kandungan protein per sajian = 5,9 g. Konsumsi wajar produk per hari adalah 3 sajian 3x5,9 g = 17,7 g. Karena jumlah yang wajar dikonsumsi per hari mengandung lebih dari 10 gram protein, maka pernyatan tersebut MK untuk subkategori ini. Terdapat 9 iklan 1,97 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi yang TMK untuk subkategori 5 kelompok pelanggaran F, yaitu mengenai pencantuman klaim kandungan zat gizi. Berdasarkan kategori pangan, iklan yang TMK untuk subkategori ini 33,33 berasal dari kategori pangan produk pangan untuk keperluan gizi khusus, 33,33 dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu, 22,22 dari kategori pangan produk-produk susu dan analognya, dan 11,11 62 dari kategori pangan garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein. Iklan yang MK untuk subkategori ini sebagian mengandung klaim kandungan zat gizi tetapi memenuhi persyaratan, dan sebagian sisanya tidak mengandung klaim kandungan zat gizi sehingga dianggap MK. Peraturan yang mengatur subkategori 5 yaitu Pasal 9 ayat 1 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan yang menyebutkan bahwa iklan pangan dapat mencantumkan klaim kandungan zat gizi jika sesuai dengan persyaratan pada Lampiran 1 peraturan tersebut persyaratan “sumber” atau “tinggi”. Tabel 15 menunjukkan contoh iklan yang TMK untuk subkategori ini. Tabel 15. Contoh pelanggaran subkategori 5 kelompok pelanggaran F: iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim kandungan zat gizi No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 1 035 Garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein Saus tomat “... bervitamin A dan C...” Mencantumkan klaim kandungan vitamin tetapi kandungan zat pada produk di bawah syarat minimal yang ditetapkan 2 081 Minuman, tidak termasuk produk susu Jus buah dan sayuran “Tinggi serat” “Kaya vitamin esensial A, C, E, B1, dan B2” Mencantumkan klaim kandungan serat dan vitamin tetapi kandungan zat pada produk di bawah syarat minimal yang ditetapkan 3 298 Minuman, tidak termasuk produk susu Minuman cokelat bubuk “... mengandung asam amino, protein, zat besi, kalsium, magnesium, potasium dan sufur” Mencantumkan klaim kandungan protein dan mineral tetapi kandungan zat pada produk di bawah syarat minimal yang ditetapkan 4 356 Produk pangan untuk keperluan gizi khusus Makanan pendamping ASI bubuk instan “Dilengkapi vitamin dan mineral untuk mendukung pertumbuhan optimal” Mencantumkan klaim kandungan vitamin dan mineral tetapi kandungan zat pada produk di bawah syarat minimal yang ditetapkan 5 362 Produk-produk susu dan analognya Susu ibu hamil • Protein 24mg 100g • Tinggi kalsium 1067mg 100g • Zat besi 25mg 100g • Kolin 224mg 100g • Asam folat 896mg 100g Mencantumkan klaim kandungan protein, vitamin, dan mineral tetapi kandungan zat pada produk di bawah syarat minimal yang ditetapkan 63 Contoh pertama pada Tabel 15 yaitu iklan dari kategori pangan garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein yang mencantumkan klaim kandungan zat gizi yaitu bervitamin A dan C. Sementara itu, label produk tidak mencantumkan nutrition fact dan pada iklan tidak disebutkan jumlah kandungan vitamin pada produk sehingga tidak dapat diketahui kebenaran mengenai klaim tersebut dan iklan dianggap TMK untuk subkategori 5 kelompok pelanggaran F. Contoh kedua merupakan iklan dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu yang mencantumkan klaim kandungan zat gizi yaitu tinggi serat dan kaya vitamin esensial A, C, E, B1, dan B2 yang pembahasannya diuraikan sebagai berikut: • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan serat pangan produk 5 g per 200 ml atau 2,5 g per 100 g. Persyaratan tinggi serat pangan menurut Lampiran 1 adalah 6 g per 100 g. Maka klaim tinggi serat pangan pada iklan tersebut TMK. • Syarat kaya atau “tinggi”vitamin menurut Lampiran 1 yaitu kandungan vitamin tidak kurang dari 15 Acuan Label Gizi ALG per 100 ml dalam bentuk cair. Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin A = 100 AKG per 200 ml = 300 RE per 100 ml. ALG vitamin A secara umum = 600 RE. Kandungan vitamin A dalam produk = 50 ALG lebih dari 15 ALG per 100 ml, maka klaim kandungan vitamin A pada iklan tersebut MK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin C = 90 AKG per 200 ml = 40,5 mg per 100 ml. ALG vitamin A secara umum = 90 mg. Kandungan vitamin A dalam produk = 45 ALG lebih dari 15 ALG per 100 ml, maka klaim kandungan vitamin C pada iklan tersebut MK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin E = 100 AKG per 200 ml = 7,5 mg per 100 ml. ALG vitamin A secara umum = 15 mg. Kandungan vitamin A dalam produk = 50 ALG lebih dari 15 ALG per 100 ml, maka klaim kandungan vitamin E pada iklan tersebut MK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin B1 = 50 AKG per 200 ml = 25 ALG lebih dari 15 ALG per 100 ml, maka klaim kandungan vitamin B1 pada iklan tersebut MK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin B2 = 45 AKG per 200 ml = 22,5 ALG lebih dari 15 ALG per 100 ml, maka klaim kandungan vitamin A pada iklan tersebut MK. Salah satu klaim kandungan zat gizi pada iklan tersebut tidak memenuhi ketentuan maka iklan dinyatakan TMK untuk subkategori 5 kelompok pelanggaran F. Nilai ALG yang digunakan untuk evaluasi tercantum pada Lampiran 5 skripsi ini. Contoh ketiga merupakan iklan dari kategori pangan yang sama yaitu minuman, tidak termasuk produk susu yang mencantumkan klaim kandungan zat gizi berupa asam amino, protein, zat besi, kalsium, magnesium, potasium dan sufur. Dari nutrition fact produk diketahui kandungan protein = 1 g per 25 g = 4 g per 100 g. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber protein yaitu mengandung tidak kurang dari 20 ALG per 100 g. ALG protein secara umum = 60 g. Maka kandungan protein pada produk = 6,66 ALG. Karena kurang dari 20 ALG, maka klaim untuk kandungan protein pada produk tersebut TMK. Nutrition fact produk tidak menyebutkan kandungan , zat besi, kalsium, magnesium, potasium dan sufur. Begitu pula dengan iklan, tidak terdapat keterangan mengenai kandungan zat-zat tersebut, maka klaim untuk kandungan zat gizi tersebut TMK dan dapat disimpulkan iklan tersebut melanggar untuk subkategori 5 kelompok pelanggaran F. Selanjutnya, contoh keempat merupakan iklan dari kategori pangan produk pangan untuk keperluan gizi khusus yang mencantumkan klaim kandungan zat gizi vitamin dan mineral, yang pembahasannya diuraikan sebagai berikut: • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin B1 = 0,05 mg per 100 g. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber vitamin yaitu mengandung tidak kurang dari 15 ALG per 100 g. ALG vitamin B1 untuk anak usia 7-23 bulan = 0,5 mg. Maka kandungan vitamin B1 pada produk = 10 ALG. Karena kurang dari 15 ALG, maka klaim kandungan vitamin B1 pada iklan tersebut TMK. 64 • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin B6 = 0,04 mg per 100 g. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber vitamin yaitu mengandung tidak kurang dari 15 ALG per 100 g. ALG vitamin B6 untuk anak usia 7-23 bulan = 0,4 mg. Maka kandungan vitamin B6 pada produk = 10 ALG. Karena kurang dari 15 ALG, maka klaim kandungan vitamin B6 pada iklan tersebut TMK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin C = 2,9 mg per 100 g. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber vitamin yaitu mengandung tidak kurang dari 15 ALG per 100 g. ALG vitamin C untuk anak usia 7-23 bulan = 40 mg. Maka kandungan vitamin C pada produk = 7,25 ALG. Karena kurang dari 15 ALG, maka klaim kandungan vitamin C pada iklan tersebut TMK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan niasin = 0,43 mg per 100 g. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber vitamin yaitu mengandung tidak kurang dari 15 ALG per 100 g. ALG niasin untuk anak usia 7-23 bulan = 5 mg. Maka kandungan niasin pada produk = 8,6 ALG. Karena kurang dari 15 ALG, maka klaim kandungan vitamin B3 pada iklan tersebut TMK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan zat besi = 4,3 mg per 100 g. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber vitamin yaitu mengandung tidak kurang dari 15 ALG per 100 g. ALG zat besi untuk anak usia 7-23 bulan = 8 mg. Maka kandungan zat besi pada produk = 53,75 ALG. Karena lebih dari 15 ALG, maka klaim kandungan zat besi pada iklan tersebut MK. Oleh karena iklan tidak menyebut secara spesifik jenis vitamin yang dimaksud, perhitungan dilakukan untuk semua vitamin yang tercantum pada nutrition fact produk. Beberapa klaim kandungan vitamin pada iklan tersebut TMK, yaitu untuk vitamin B1, B6, B3, dan vitamin C maka iklan tersebut TMK untuk subkategori 5 kelompok pelanggaran F. Contoh kelima pada tabel tersebut merupakan iklan dari kategori pangan produk-produk susu dan analognya yang mencantumkan klaim kandungan zat gizi protein, zat besi, kolin, asam folat, dan tinggi kalsium. Pembahasan untuk klaim tersebut adalah sebagai berikut: • Syarat pencantuman kandungan kolin tidak diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.06.1.52.6635 Tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan Tambahan Pangan Pada Label dan Iklan Pangan. Pembahasan hanya dibatasi pada kandungan zat gizi yang diatur dalam peraturan tersebut. • Dari nilai gizi yang tercantum pada iklan produk diketahui kandungan protein per 100 g = 24 mg. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber protein yaitu mengandung tidak kurang dari 20 ALG per 100 g. ALG protein untuk wanita hamil = 81 g. Maka kandungan protein pada produk = 0,03 ALG. Karena kurang dari 15 ALG, maka klaim kandungan protein pada iklan tersebut TMK. • Dari nilai gizi yang tercantum pada iklan produk diketahui kandungan kalsium per 100 g = 1067 mg. Pada Lampiran I disebutkan syarat tinggi mineral yaitu mengandung tidak kurang dari 30 ALG per 100 g. ALG kalsium untuk wanita hamil = 950 mg. Maka kandungan kalsium pada produk = 112,31 ALG. Karena lebih dari 30 ALG, maka klaim tinggi kalsium pada iklan tersebut MK. • Dari nilai gizi yang tercantum pada iklan produk diketahui kandungan zat besi per 100 g = 25 mg. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber mineral yaitu mengandung tidak kurang dari 15 ALG per 100 g. ALG zat besi untuk wanita hamil = 33 mg. Maka kandungan zat besi pada produk = 75,76 ALG. Karena lebih dari 15 ALG, maka klaim kandungan zat besi pada iklan tersebut MK. • Dari nilai gizi yang tercantum pada iklan produk diketahui kandungan asam folat per 100 g = 896 mg. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber vitamin yaitu mengandung tidak kurang dari 15 ALG per 100 g. ALG asam folat untuk wanita hamil = 600 mg. Maka kandungan asam folat pada produk = 149,33 ALG. Karena lebih dari 15 ALG, maka klaim kandungan asam folat pada iklan tersebut MK. 65 Salah satu klaim kandungan zat gizi pada iklan tersebut TMK, yaitu kandungan protein, maka iklan TMK untuk subkategori 5 kelompok pelanggaran F. Solusi untuk iklan yang masih melanggar subkategori tersebut yaitu perlu dilihat kembali kesesuaian antara kandungan zat gizi pada produk dengan batas minimal yang ditetapkan pada peraturan perundang-undangan yang mengatur pencantuman klaim tersebut pada iklan. Hendaknya produsen tidak mencantumkan klaim kandungan zat gizi pada iklan produk apabila tidak terdapat keterangan yang memadahi mengenai kandungan zat gizi tersebut pada iklan atau pada nutrition fact di label produk. Terdapat 5 iklan 1,09 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi yang TMK untuk subkategori 6 kelompok pelanggaran F, yaitu mengenai pencantuman klaim “rendah ... nama komponen pangan” atau “bebas ... nama komponen pangan”. Berdasarkan kategori pangan, iklan yang TMK untuk subkategori ini 40,00 berasal dari kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak, 20,00 dari kategori pangan produk-produk susu dan analognya, 20,00 dari kategori pangan produk bakeri, dan 20,00 dari kategori produk pangan untuk keperluan gizi khusus. Iklan yang MK untuk subkategori ini sebagian mengandung klaim “rendah ... nama komponen pangan” atau “bebas ... nama komponen pangan” tetapi memenuhi persyaratan, dan sebagian sisanya tidak mengandung klaim tersebut sehingga dianggap MK. Peraturan yang mengatur subkategori 6 yaitu Pasal 9 ayat 2 dan 3 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan yang menyebutkan bahwa iklan pangan dapat mencantumkan klaim klaim “rendah ... nama komponen pangan” atau “bebas ... nama komponen pangan” jika produk yang diiklankan berupa pangan olahan yang telah mengalami proses tertentu sehingga kandungan zat gizi atau komponen pangan tersebut menjadi rendah atau bebas dan harus sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan, yaitu pada Lampiran 1 peraturan tersebut. Tabel 16 menunjukkan contoh iklan yang TMK untuk subkategori ini. Tabel 16. Contoh pelanggaran subkategori 6 kelompok pelanggaran F: iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim “rendah ... nama komponen pangan” atau “bebas ... nama komponen pangan” No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 1 083 Lemak, minyak, dan emulsi minyak Margarin “Produk margarine bebas lemak trans ...” “Lezat tanpa lemak jahat” Mencantumkan klaim bebas lemak trans tetapi kandungan zat pada produk di atas batas maksimal yang ditetapkan 2 273 Produk pangan untuk keperluan gizi khusus Mie instant rendah kalori “Mie instant rendah lemak rendah garam” Mencantumkan klaim rendah lemak dan rendah garam tetapi kandungan zat pada produk di atas batas maksimal yang ditetapkan 66 Tabel 16. Lanjutan No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 3 340 Produk bakeri Oatmeal cookies “... serta rendah lemak ...” Mencantumkan klaim rendah lemak tetapi kandungan zat pada produk di atas batas maksimal yang ditetapkan 4 352 Produk- produk susu dan analognya Susu bubuk pertumbuhan “rendah gula” Mencantumkan klaim rendah gula tetapi kandungan zat pada produk di atas batas maksimal yang ditetapkan Contoh pertama pada Tabel 16 yaitu iklan dari kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak yang mencantumkan klaim bebas lemak trans. Produk telah telah mengalami proses tertentu sehingga bebas lemak trans. Syarat bebas lemak trans menurut Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan adalah mengandung lemak trans tidak lebih dari 0,1 g per 100 g dalam bentuk padat, dan kandungan lemak trans pada produk diketahui 0 g sehingga memenuhi. Akan tetapi, terdapat persyaratan lain yaitu harus memenuhi persyaratan rendah lemak jenuh. Kandungan lemak jenuh pada produk harus tidak lebih dari 1,5 g per 100 g dalam bentuk padat, sedangkan diketahui kandungan lemak jenuh pada produk berdasarkan nutrition fact adalah 7,4 g per 100 g maka klaim rendah lemak trans pada iklan produk tersebut TMK terhadap subkategori 6 kelompok pelanggaran F. Selanjutnya, contoh kedua pada tabel tersebut merupakan iklan dari kategori produk pangan untuk keperluan gizi khusus yang mencantumkan klaim rendah lemak dan rendah garam. Syarat rendah lemak berdasarkan Lampiran I yaitu kandungan lemak tidak lebih dari 3 g per 100 g dalam bentuk padat. Dari nutrition fact diketahui kandungan lemak pada produk 2,5 g per 100 g, maka klaim rendah lemak pada iklan tersebut MK. Diketahui syarat rendah garam natrium berdasarkan Lampiran I yaitu kandungan lemak tidak lebih dari 0,12 g per 100 g dalam bentuk padat, sedangkan berdasarkan nutrition fact kandungan lemak pada produk 0,15 g per 100 g, maka klaim rendah garam pada iklan tersebut TMK. Oleh karena itu, iklan pada contoh kedua TMK untuk subkategori ini. Contoh ketiga pada tabel yaitu iklan dari kategori pangan produk bakeri yang mencantumkan klaim rendah lemak. Syarat klaim rendah lemak menurut Lampiran I yaitu mengandung lemak tidak lebih dari 3 g per 100 g dalam bentuk padat. Diketahui dari nutrition fact produk varian raisins, kandungan lemak = 4,1 g per 30 g produk = 13,67 g per 100 g. Kandungan lemak pada produk melebihi 3 g per 100 g, maka klaim rendah lemak pada produk tersebut TMK. Contoh terakhir yaitu iklan kategori produk-produk susu dan analognya yang mencantumkan klaim rendah gula. Syarat pencantuman “rendah gula” menurut Lampiran I yaitu kandungan gula pada produk tidak lebih dari 5 g per 100 g. Dari nutrition fact produk diketahui kandungan gula per sajian 35 kg = 4 g = 11,43 g per 100 g. Oleh karena kandungan gula lebih dari 5 g per 100 g, maka klaim tersebut TMK. Solusi untuk iklan yang masih melanggar untuk subkategori 6 mengenai pencantuman klaim “rendah ... 67 nama komponen pangan” atau “bebas ... nama komponen pangan” yaitu hendaknya diperhatikan kembali kesesuaian kandungan komponen pangan pada produk dengan batas maksimal kandungan pada produk berdasarkan peraturan yang berlaku. Subkategori berikutnya untuk kelompok pelanggaran F yaitu mengenai iklan pangan yang dievaluasi memuat klaim perbandingan zat gizi. Dari keseluruhan iklan yang dievaluasi, hanya 2 iklan 0,44 yang memuat sekaligus melanggar klaim tersebut yaitu dari kategori pangan produk bakeri dan lemak, minyak, dan emulsi minyak. Ketentuan mengenai klaim tersebut diatur dalam Pasal 10 Ayat 2 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan yang menyebutkan bahwa iklan pangan boleh memuat klaim perbandingan zat gizi apabila pangan olahan yang dibandingkan adalah pangan sejenis, tetapi dengan varian yang berbeda dari produsen yang sama, perbedaan kandungan dinyatakan dalam persentase, pecahan atau dalam angka mutlak terhadap pangan sejenis, dan memenuhi persyaratan perbedaan relatif atau perbedaan mutlak. Adanya pelanggaran terhadap subkategori ini menunjukkan perlunya pemahaman kembali para pemasang iklan terhadap peraturan yang mengatur pencantuman klaim perbandingan zat gizi. Contoh iklan yang melanggar subkategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 17. Masih ditemukannya pelanggaran pada subkategori ini menunjukkan perlunya Tabel 17. Contoh pelanggaran subkategori 7 kelompok pelanggaran F: iklan pangan yang dievaluasi memuat klaim perbandingan zat gizi No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran 1 340 Produk bakeri Oatmeal cookies “Produk X juga mengandung serat larut lebih banyak dari beras dan gandum. Selain itu cookie ini juga mengandung protein dua kali lebih banyak daripada beras dan 20 persen lebih banyak dari gandum.” Memuat klaim perbandingan protein tetapi bukan untuk pangan sejenis 2 462 Lemak, minyak, dan emulsi minyak Margarin krim “Satu sendok makan produk Y mengandung lemak esensial Omega 3 dan Omega 6 yang setara dengan kandungan lemak esensial pada 1 kg ikan salmon” Memuat klaim perbandingan lemak esensial tetapi bukan untuk pangan sejenis Contoh pertama pada Tabel 17 merupakan iklan dari kategori pangan produk bakeri yang mencantumkan klaim perbandingan zat gizi yaitu serat larut. Syarat klaim perbandingan zat gizi yaitu pangan olahan yang dibandingkan adalah pangan sejenis, tetapi dengan varian yang berbeda dari produsen yang sama. Dalam iklan disebutkan perbandingan produk dengan bahan pangan, maka klaim tersebut TMK untuk subkategori 7 kelompok pelanggaran F. Contoh kedua merupakan iklan dari kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak yang mencantumkan klaim perbandingan zat gizi yaitu lemak esensial. Seperti contoh sebelumnya, dalam iklan disebutkan perbandingan produk dengan bahan pangan, sementara diketahui syarat klaim perbandingan zat gizi yaitu pangan olahan 68 yang dibandingkan adalah pangan sejenis, tetapi dengan varian yang berbeda dari produsen yang sama. Oleh karena itu, iklan tersebut tidak memenuhi ketentuan pada subkategori tersebut. Hanya ditemukan 1 iklan 0,22 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi yang TMK untuk subkategori 8 kelompok pelanggaran F kode evaluasi 371, yaitu mengenai pencantuman klaim fungsi zat gizi. Berdasarkan kategori pangan, iklan yang TMK untuk subkategori ini berasal dari kategori pangan produk-produk susu dan analognya. Iklan yang MK untuk subkategori ini sebagian mengandung klaim fungsi zat gizi tetapi memenuhi persyaratan, dan sebagian sisanya tidak mengandung klaim tersebut sehingga dianggap MK. Peraturan yang mengatur subkategori 8 yaitu Pasal 11 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan yang menyebutkan bahwa iklan pangan dapat mencantumkan klaim fungsi zat gizi jika pangan olahan tersebut sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan “sumber” yang diatur dalam Lampiran 1 peraturan tersebut. Sebagian besar iklan yang dievaluasi telah memenuhi persyaratan dalam subkategori ini yang menunjukkan telah adanya pemahaman dan sosialisasi yang cukup mengenai peraturan klaim fungsi zat gizi. Iklan yang melanggar ketentuan pada subkategori 8 ini mencantumkan klaim fungsi kolin dalam pertumbuhan sel otak janin, fungsi asam folat dalam mengurangi risiko terjadinya cacat otak dan kerusakan sumsum tulang belakang, fungsi kalsium dalam pembentukan tulang dan gigi, fungsi zat besi dalam mencegah dan mengatasi anemia selama masa kehamilan, dan fungsi protein dalam membantu membentuk jaringan dan memperbaiki sel yang rusak. Kalimat yang tertulis dalam iklan tersebut yaitu: “Untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan, konsumsilah produk X yang mengandung: Kolin: penting untuk pertumbuhan sel otak janin, asam folat: mengurangi risiko terjadinya cacat otak dan kerusakan sumsum tulang belakang, tinggi kalsium: untuk pembentukan tulang dan gigi, zat besi: mencegah dan mengatasi anemia selama masa kehamilan, protein: dapat membantu membentuk jaringan dan memperbaiki sel yang rusak”. Pembahasan untuk klaim pada iklan tersebut adalah sebagai berikut: • Syarat pencantuman klaim fungsi zat gizi adalah pangan tersebut sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan “sumber”, sedangkan syarat pencantuman fugsi kolin dan sumber kolin tidak diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.06.1.52.6635 Tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan Tambahan Pangan Pada Label dan Iklan Pangan. Oleh karena pembahasan hanya dibatasi untuk zat yang diatur dalam peraturan tersebut maka klaim untuk kolin dianggap MK. • Dari nilai gizi yang tercantum pada iklan produk diketahui kandungan protein per 100 g = 24 mg. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber protein yaitu mengandung tidak kurang dari 20 ALG per 100 g. ALG protein untuk wanita hamil = 81 g. Maka kandungan protein pada produk = 0,03 ALG. Karena kurang dari 15 ALG, maka klaim fungsi protein pada iklan TMK. • Dari nilai gizi yang tercantum pada iklan produk diketahui kandungan kalsium per 100 g = 1067 mg. Pada Lampiran I disebutkan syarat tinggi mineral yaitu mengandung tidak kurang dari 30 ALG per 100 g. ALG kalsium untuk wanita hamil = 950 mg. Maka kandungan kalsium pada produk = 112,31 ALG. Karena lebih dari 30 ALG, maka klaim fungsi kalsium pada iklan MK. • Dari nilai gizi yang tercantum pada iklan produk diketahui kandungan zat besi per 100 g = 25 mg. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber mineral yaitu mengandung tidak kurang dari 15 ALG per 100 g. ALG zat besi untuk wanita hamil = 33 mg. Maka kandungan zat besi pada produk = 75,76 ALG. Karena lebih dari 15 ALG, maka klaim fungsi zat besi pada iklan MK. • Dari nilai gizi yang tercantum pada iklan produk diketahui kandungan asam folat per 100 g = 896 mg. Pada Lampiran I disebutkan syarat sumber vitamin yaitu mengandung tidak kurang dari 15 69 ALG per 100 g. ALG asam folat untuk wanita hamil = 600 mg. Maka kandungan asam folat pada produk = 149,33 ALG. Karena lebih dari 15 ALG, maka klaim fungsi asam folat pada iklan MK. Salah satu klaim fungsi zat gizi pada iklan tersebut tidak memenuhi ketentuan, yaitu pada klaim fungsi protein, maka iklan tersebut TMK untuk subkategori 8 kelompok pelanggaran F. Solusi dari masih ditemukannya pelanggaran pada kategori ini adalah perlunya produsen pangan memperhatikan kembali pencantuman klaim fungsi gizi pada iklan, apakah kandungan zat gizi yang dimaksud telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk kasus zat yang belum diatur dalam lampiran peraturan tersebut, perlu adanya perbaharuan atau aturan tambahan agar disalahgunakan para pemasang iklan dalam mencantumkan fungsi zat tersebut dalam iklan. Tidak ditemukan pelanggaran untuk subkategori 9 kelompok pelanggaran F mengenai pencantuman klaim untuk pangan olahan yang diperuntukkan bagi bayi. Pasal 29 Ayat 1 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan menyebutkan bahwa iklan pangan dapat mencantumkan klaim untuk pangan olahan yang diperuntukkan bagi bayi apabila diatur dalam peraturan lain. Beberapa iklan pangan yang berasal dari kategori produk pangan untuk keperluan gizi khusus jenis makanan pengganti air susu ibu MPASI mengandung klaim tersebut, akan tetapi diatur dalam peraturan lain yaitu pada klaim kandungan zat gizi atau klaim fungsi gizi, maka iklan tersebut MK untuk subkategori ini. Subkategori selanjutnya untuk kelompok pelanggaran F yaitu mengenai pencantuman klaim fungsi lain atau klaim penurunan risiko penyakit yang diatur berdasarkan Pasal 12, 13 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa iklan pangan yang mencantumkan klaim fungsi lain atau klaim penurunan risiko penyakit apabila pangan diperuntukkan bagi anak berusia 1-3 tahun, harus diatur dalam peraturan lain, dan jika bukan untuk kategori usia tersebut, maka klaim harus memenuhi persyaratan yang tercantum pada Lampiran IV peraturan tersebut. Terdapat 5 iklan 1,09 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi yang TMK untuk subkategori 10 tersebut. Berdasarkan kategori pangan, iklan yang TMK untuk subkategori ini 60 berasal dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu, 20 dari kategori pangan buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian, dan 20 dari kategori pangan produk bakeri. Iklan yang MK untuk subkategori ini sebagian mengandung klaim fungsi lain atau klaim penurunan risiko penyakit tetapi memenuhi persyaratan, dan sebagian sisanya tidak mengandung klaim tersebut sehingga dianggap MK. Pada dasarnya, produk dari semua kategori pangan memungkinkan terjadinya pelanggaran pada subkategori ini terutama bagi produk yang menekankan fungsi dari zat non gizi yang terkandung atau adanya fungsi penurunan risiko penyakit, akan tetapi belum memahami syarat untuk pencantuman klaim tersebut. Tabel 18 menunjukkan contoh iklan yang TMK untuk subkategori ini. 70 Tabel 18. Contoh pelanggaran subkategori 10 kelompok pelanggaran F: iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim fungsi lain atau klaim penurunan risiko penyakit No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 1 279 Buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian Tepung agar-agar instan “... kaya serat ...” “Selain melancarkan pencernaan, Produk X membantu kita menyeimbangkan konsumsi serat makanan dalam tubuh, terutama bagi kita yang cenderung menyantap makanan berlemak, kurang minum air putih, ” Mencantumkan klaim fungsi serat tetapi tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan 2 305 Minuman, tidak termasuk produk susu Minuman Nata De Coco “...kaya akan kebaikan serat alami.” Mencantumkan klaim fungsi serat tetapi tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan 3 340 Produk bakeri Oatmeal cookies “Produk Y juga mengandung serat larut lebih banyak dari beras dan gandum. Serat larut diketahui dapat membantu menurunkan kadar kolesterol serta mengurangi resiko penyakit jantung” Mencantumkan klaim fungsi serat dalam penurunan risiko penyakit tetapi tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan Contoh pertama pada Tabel 18 merupakan iklan dari kategori pangan buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian yang mencantumkan klaim fungsi serat pangan dalam melancarkan pencernaan. Syarat pencantuman klaim fungsi serat pangan dalam memperlancar pencernaan dan membantu memudahkan buang air besar menurut Lampiran IV yaitu pangan mengandung serat sekurang-kurangnya 3 g per sajian. Diketahui berat produk per sajian 2 g dan pada nutrition fact tertulis kandungan serat pangan 2 g. Oleh karena kandungan serat per sajian kurang dari 3 g maka klaim fungsi serat pada iklan tersebut TMK. Begitu pula dengan klaim fungsi serat pada contoh kedua. Iklan yang berasal dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu tersebut mengandung serat pangan 2 g per sajian berdasarkan nutrition fact produk. Kandungan serat per sajian kurang dari batas minimal yang ditentukan, maka klaim tersebut TMK dan iklan TMK untuk subkategori 10 kelompok pelanggaran F. Selanjutnya, terdapat 7 iklan 1,53 dari dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi yang TMK untuk subkategori 11 kelompok pelanggaran F mengenai mencantumkan klaim yang memuat pernyataan bahwa konsumsi pangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan semua zat gizi esensial. Berdasarkan kategori pangan, iklan yang TMK untuk subkategori ini 71,43 berasal dari kategori pangan produk-produk susu dan analognya dan 28,57 dari kategori produk pangan untuk keperluan gizi khusus. Pangan yang mengandung atau dilengkapi dengan zat gizi yang bervariasi memiliki kecenderungan untuk mencantumkan klaim tersebut, akan tetapi iklan yang memuat pernyataan tersebut dilarang dalam Pasal 29 Ayat 3 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam 71 Label dan Iklan Pangan Olahan. Hal tersebut disebabkan pernyataan tersebut memberi kesan bahwa hanya dengan mengonsumsi produk tersebut semua kebutuhan zat gizi esensial akan terpenuhi sehingga tidak perlu mengonsumsi pangan lain. Padahal, diperlukan konsumsi pangan dari sumber yang bervariasi untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi tiap hari. Pernyataan tersebut juga tidak didukung dengan keterangan lengkap nilai kandungan gizi produk pada iklan apakah seluruhnya telah memenuhi 100 AKG. Contoh iklan yang melanggar ketentuan pada subkategori 11 dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Contoh pelanggaran subkategori 11 kelompok pelanggaran F: iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim yang memuat pernyataan bahwa konsumsi pangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan semua zat gizi esensial No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 1 001 Produk- produk susu dan analognya Susu bubuk pertumbuhan “Produk X dengan kandungan minyak ikan, ekstrak buah sayur, vit.B kompleks, prebiotik kompleks akan melengkapi nutrisinya secara lengkap dan seimbang.” Memuat pernyataan mampu melengkapi nutrisi secara lengkap dan seimbang 2 348 Produk- produk susu dan analognya Susu ibu hamil “Produk Y yang mengandung nutrisi lengkap untuk kebaikan janin dan mama.” Memuat pernyataan mampu melengkapi nutrisi secara lengkap 3 367 Produk pangan untuk keperluan gizi khusus Biskuit bayi makanan pendamping ASI “Produk Z dengan nutrisi lengkap dan seimbang ...” Memuat pernyataan mampu melengkapi nutrisi secara lengkap dan seimbang Kalimat pada ketiga contoh di Tabel 19 tersebut memberi kesan bahwa dengan konsumsi pangan tersebut mampu memenuhi kebutuhan semua zat gizi secara lengkap dan seimbang, atau dengan kata lain menyatakan bahwa konsumsi pangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan semua zat gizi esensial. Oleh karena itu, ketiga contoh iklan tersebut TMK untuk subkategori 11 kelompok pelanggaran F. Solusi untuk pelanggaran tersebut adalah mencantumkan keunggulan produk tidak perlu dilakukan dengan menyebutkan bahwa produk mengandung nutrisi lengkap atau konsumsi produk mampu memenuhi kebutuhan semua zat gizi esensial, akan tetapi cukup dengan mencantumkan klaim kandungan zat gizi atau klaim fungsi zat gizi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Semua iklan yang dievaluasi pada ketiga media telah memenuhi ketentuan pada subkategori 12 kelompok pelanggaran F yaitu mengenai pencantuman klaim yang memanfaatkan ketakutan konsumen. Larangan pencantuman klaim tersebut diatur dalam Pasal 29 Ayat 3 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan. Tidak adanya pelanggaran dalam subkategori ini menunjukkan telah adanya pemahaman yang baik dari para pelaku iklan bahwa mamanfaatkan ketakutan konsumen untuk membujuk konsumen mengonsumsi produk bukan sesuatu yang diperbolehkan. Hal tersebut terkait dengan hak konsumen atas kenyamanan, keamanan, keselamatan dalam mengonsumsi barang dan jasa serta hak untuk memilih barang dan jasa Pasal 4 72 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Konsumen bebas untuk memilih barang dan jasa tanpa adanya pengaruh iklan yang memanfaatkan ketakutan konsumen. Pelanggaran untuk subkategori 13 kelompok pelanggaran F mengenai pencantuman klaim yang menyebabkan konsumen mengkonsumsi suatu jenis pangan olahan secara tidak benar terjadi pada 10 iklan 2,19 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi. Klaim tersebut dilarang menurut Pasal 29 Ayat 3 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan. Berdasarkan kategori pangan, iklan yang TMK untuk subkategori ini seluruhnya berasal dari kategori pangan produk-produk susu dan analognya. Hal tersebut disebabkan adanya kecenderungan konsumsi produk dari kategori tersebut khususnya pada anak berusia di bawah 5 tahun sebagai satu- satunya sumber makanan dan mengesampingkan sumber makanan lain. Kecenderungan tersebut yang dimanfaatkan produsen untuk menampilkan iklan yang mempengaruhi konsumen untuk mengonsumsi produk dengan tidak benar. Contoh iklan yang melanggar ketentuan untuk subkategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Contoh pelanggaran subkategori 13 kelompok pelanggaran F: iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan klaim yang menyebabkan konsumen mengkonsumsi suatu jenis pangan olahan secara tidak benar No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin pelanggaran 1 001 Produk- produk susu dan analognya Susu bubuk pertumbuhan “Jika ia tetap menghindari beberapa makanan, Ibu jangan khawatir, Produk X akan melengkapi nutrisinya secara lengkap dan seimbang.” Memuat pernyataan yang dapat menyebabkan konsumen mengonsumsi produk susu secara tidak benar berlebihan 2 357 Produk- produk susu dan analognya Susu bubuk pertumbuhan “Hanya lahap dengan makanan favoritnya saja? Nutrisinya tetap bisa tercukupi” Memuat pernyataan yang dapat menyebabkan konsumen mengonsumsi produk susu secara tidak benar berlebihan Kalimat pada kedua contoh di Tabel 20 tersebut memberi kesan bahwa hanya konsumsi produk tersebut dapat menggantikan fungsi makanan yang lain karena telah cukup memberikan nutrisi. Hal ini terkait dengan subkategori 11 kelompok pelanggaran F mengenai pernyataan bahwa konsumsi pangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan semua zat gizi esensial. Kalimat yang dimuat pada contoh tersebut dapat mempengaruhi konsumen untuk hanya memberikan produk susu formula tersebut pada anak-anak dan mengesampingkan konsumsi produk pangan lain. Oleh karena itu, iklan tersebut TMK untuk subkategori 13 kelompok pelanggaran F. Solusi dari pelanggaran terhadap subkategori tersebut yaitu hendaknya klaim yang tercantum pada iklan tidak bersifat mempengaruhi konsumen untuk mengonsumsi produk secara tidak benar. Pada kasus produk susu pertumbuhan 73 tersebut, konsumen yang merupakan anak berusia di bawah 5 tahun hendaknya mendapat asupan zat gizi dari makanan lain untuk menunjang pertumbuhannya. Subkategori berikutnya untuk kelompok pelanggaran F mengatur mengenai pencantuman klaim yang menggambarkan bahwa suatu zat gizi atau komponen dapat mencegah, mengobati atau menyembuhkan penyakit. Berdasarkan Pasal 29 Ayat 3 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan klaim tersebut dilarang dimuat dalam iklan pangan. Hal tersebut terkait kelompok pelanggaran D mengenai larangan iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat. Dari Ketentuan Umum Pasal 1 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.11.11.09909 tahun 2011 Tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan diketahui bahwa zat gizi adalah substansi pangan yang memberikan energi, diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan, dan atau pemeliharaan kesehatan, yang apabila kekurangan atau kelebihan dapat menyebabkan perubahan karakteristik biokimia dan fisiologis tubuh, sedangkan komponen pangan adalah bahan atau substansi pangan yang digunakan dalam pengolahan pangan dan terdapat dalam produk akhir meskipun sudah mengalami perubahan. Pengertian tersebut berbeda dengan obat yang mengandung komponen yang dapat mencegah, mengobati, atau menyembuhkan penyakit. Semua iklan yang dievaluasi dari ketiga media telah memenuhi ketentuan dalam subkategori 14 kelompok pelanggaran F. Hal itu menunjukkan bahwa pemasang iklan pada umumnya telah memahami peraturan mengenai larangan pencantuman klaim yang menggambarkan bahwa suatu zat gizi atau komponen dapat mencegah, mengobati atau menyembuhkan penyakit. Ditemukan 3 iklan 0,66 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi yang melanggar ketentuan dalam subkategori 15 kelompok pelanggaran F mengenai pencantuman informasi bebas bahan tambahan pangan berupa pernyataan dan atau tulisan dengan menggunakan kata “bebas”, “tanpa”, “tidak mengandung” atau kata semakna lainnya. Bahan tambahan pangan yang dimaksud meliputi: antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih, pengemulsi, pemantap dan pengental, pengawet, pengeras, pewarna, penyedap rasa dan perisa, penguat rasa, dan sekuestran. Larangan tersebut diatur dalam Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.06.1.52.6635 tahun 2007 tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan Tambahan Pangan pada Label dan Iklan dan Bab IX Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Tentang Pedoman Periklanan Pangan. Pencantuman informasi tersebut tidak diperbolehkan karena memberi kesan bahwa suatu bahan tambahan pangan dilarang atau berbahaya untuk digunakan. Menurut UU No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan pada Penjelasan Pasal 10 disebutkan bahwa penggunaan bahan tambahan pangan dalam produk pangan yang tidak mempunyai risiko terhadap kesehatan manusia dapat dibenarkan karena hal tersebut memang lazim dilakukan. Namun, penggunaan bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan pangan atau penggunaan bahan tambahan pangan secara berlebihan sehingga melampaui ambang batas maksimal tidak dibenarkan karena dapat merugikan atau membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi pangan tersebut. Contoh iklan yang TMK untuk subkategori 15 dapat dilihat pada Tabel 21. 74 Tabel 21. Contoh pelanggaran subkategori 15 kelompok pelanggaran F: iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan informasi bebas bahan tambahan pangan berupa pernyataan dan atau tulisan dengan menggunakan kata “bebas”, “tanpa”, “tidak mengandung” atau kata semakna lainnya No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 1 279 Buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian Tepung agar- agar instan “... tanpa bahan pengawet ...” Mencantumkan pernyataan bebas bahan pengawet 2 353 Produk pangan untuk keperluan gizi khusus Makanan pendamping ASI bubuk instan “Produk X diproses tanpa penambahan MSG, pemanis dan pewarna buatan serta pengawet” Mencantumkan pernyataan tanpa MSG, buatan serta pengawet Contoh pertama pada Tabel 21 merupakan iklan dari kategori pangan buah dan sayur termasuk jamur, umbi, kacang termasuk kacang kedelai, dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian yang memuat peryataan bebas salah satu bahan tambahan pangan, yaitu bahan pengawet. Contoh kedua merupakan iklan dari kategori produk pangan untuk keperluan gizi khusus yang menyatakan produk diproses tanpa penambahan bahan tambahan pangan, yaitu MSG, pemanis, pewarna buatan, dan pengawet. Kedua contoh tersebut TMK untuk subkategori 15 kelompok pelanggaran F. Diperlukan pemahaman dari pemasang iklan tersebut bahwa pada dasarnya penggunaan bahan tambahan pangan diperbolehkan selama masih di bawah ambang batas yang ditentukan dalam peraturan yang berlaku, oleh karena itu tidak perlu dicantumkan pernyataan bebas tambahan pangan pada iklan. Konsumen akan mengetahui bahwa produk tidak mengandung bahan tambahan pangan saat hendak membeli produk dan melihat komposisi pangan pada label produk. Subkategori 16 kelompok pelanggaran F mengatur mengenai pencantuman adanya vitamin dan mineral berdasarkan Petunjuk Teknis Khusus poin ke-4 e Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa iklan pangan dapat mencantumkan adanya vitamin dan mineral dengan syarat sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat vitamin atau mineral tidak kurang dari 16 dari jumlah yang dianjurkan AKG. Hasil evaluasi menunjukkan 3 iklan 0,66 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi TMK untuk subkategori tersebut. Iklan yang MK untuk subkategori ini sebagian mencantumkan adanya vitamin dan mineral tetapi memenuhi persyaratan, dan sebagian sisanya tidak mengandung pernyataan tersebut sehingga dianggap MK. Jika dilihat dari kategori pangan, iklan yang TMK untuk subkategori tersebut 66,67 berasal dari kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak, dan 33,33 dari kategori pangan produk bakeri. Pada dasarnya, iklan dari semua kategori pangan yang mengandung vitamin dan mineral memiliki kemungkinan pelanggaran terhadap subkategori ini. Hanya saja, produsen atau pemasang iklan yang telah mengerti peraturan yang berlaku dan telah memperhitungkan kesesuaian kandungan vitamin dan mineral 75 dengan batas minimal yang ditetapkan mampu memenuhi ketentuan pada subkategori ini. contoh iklan yang TMK untuk subkategori 16 dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Contoh pelanggaran subkategori 16 kelompok pelanggaran F: iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan adanya vitamin dan mineral No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 1 291 Lemak, minyak, dan emulsi minyak Margarin “Margarin yang difortifikasi dengan vitamin A dapat membantu mengoptimalkan fungsi mata Anda.” Mencantumkan adanya vitamin tetapi kandungan pada produk di bawah syarat yang ditetapkan 2 340 Produk bakeri Oatmeal cookies “... dengan kandungan vitamin dan mineral ...” Mencantumkan adanya vitamin dan mineral tetapi kandungan pada produk di bawah syarat yang ditetapkan Contoh pertama pada Tabel 22 merupakan iklan dari kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak jenis margarin yang menyatakan adanya vitamin A. Syarat pencantuman adanya vitamin dan mineral yaitu pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat vitamin atau mineral tidak kurang dari 16 dari jumlah yang dianjurkan AKG. Berdasarkan nutrition fact kandungan vitamin A dalam produk 38 AKG per 100 g bahan. Konsumsi wajar margarin dalam satu hari yaitu 30 g, maka kandungan vitamin A dalam 30 g produk = 11,4 AKG. Karena kurang dari 16,67 AKG, maka iklan TMK untuk subkategori 16 kelompok pelanggaran F. Contoh kedua merupakan iklan dari kategori pangan produk bakeri jenis oatmeal cookies. Pada nutrition fact produk tersebut tidak diketahui adanya kandungan vitamin pada produk, sedangkan kandungan mineral, yaitu sodium 7 AKG. Sedangkan syarat pencantuman adanya vitamin atau mineral yaitu pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat vitamin atau mineral tidak kurang dari 16 dari jumlah yang dianjurkan AKG. Dalam sehari konsumsi produk secara normal 2 sajian, maka total sodium yang mampu dipenuhi hanya 14 kurang dari 16,67, maka iklan tersebut TMK untuk subkategori ini. perlu diperhatikan kembali kesesuaian antara kandungan vitamin dan mineral pada produk yang tercantum pada nutrition fact dengan batas minimal yang ditentukan dalam peraturan. Subkategori 17 kelompok pelanggaran F merupakan kelanjutan dari subkategori 16, yaitu mengatur mengenai iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan mengandung lebih dari satu vitamin atau mineral. Petunjuk Teknis Khusus poin ke-4 f Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman menyebutkan bahwa iklan pangan dapat mencantumkan mencantumkan mengandung lebih dari satu vitamin atau mineral apabila vitamin atau mineral tersebut terdapat dalam proporsi yang sesuai AKG. Hal tersebut berarti keseluruhan kandungan vitamin dan mineral yang disebutkan harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam subkategori 16, yaitu pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat vitamin atau mineral tidak kurang dari 16 dari jumlah yang dianjurkan AKG. 76 Hasil evaluasi pada ketiga media menunjukkan pelanggaran untuk subkategori 17 kelompok pelanggaran F terjadi pada 19 iklan 4,16 dari total keseluruhan iklan yang dievaluasi. Dilihat dari kategori pangan, iklan yang TMK untuk subkategori tersebut didominasi oleh kategori produk-produk susu dan analognya 52,63. Hal tersebut terkait frekuensi perulangan iklan kategori tersebut pada media yang dievaluasi, dan pada umumnya iklan dari kategori pangan tersebut mengangkat keunggulan produk dari kandungan zat gizi di dalamnya, termasuk vitamin dan mineral. Selanjutnya, 21,05 berasal dari kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak, 10,53 dari kategori produk pangan untuk keperluan gizi khusus, 10,53 dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu, dan 5,26 berasal dari kategori pangan garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein. Solusi dari masih adanya pelanggaran untuk subkategori ini adalah perlu diperhatikan kembali apabila ingin mencantumkan beberapa jenis vitamin dan mineral pada iklan, hendaknya diperhitungkan kesesuaian seluruh vitamin dan mineral tersebut dengan batas minimal yang ditentukan. Apabila ada salah satu zat yang TMK, iklan dianggap TMK untuk subkategori ini. Contoh iklan yang melanggar untuk subkategori 17 dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Contoh pelanggaran subkategori 17 kelompok pelanggaran F: iklan pangan yang dievaluasi mencantumkan mengandung lebih dari satu vitamin atau mineral No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 1 035 Garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein Saus tomat “... bervitamin A dan C...” Mencantumkan adanya lebih dari satu vitamin tetapi satu atau lebih vitamin tidak terdapat dalam proporsi yang sesuai AKG 2 055 Lemak, minyak, dan emulsi minyak Margarin “Dengan 8 vitamin ...” Mencantumkan adanya lebih dari satu vitamin tetapi satu atau lebih vitamin tidak terdapat dalam proporsi yang sesuai AKG 3 245 Minuman, tidak termasuk produk susu Minuman sari buah anggur “Produk X mengandung vitamin A, B1, B2, B3, dan B6 yang merupakan zat gizi esensial serta sumber vitamin C. Kandungan mineral potassium juga terdapat di dalamnya.” Mencantumkan adanya lebih dari satu vitamin tetapi satu atau lebih vitamin tidak terdapat dalam proporsi yang sesuai AKG 4 357 Produk- produk susu dan analognya Susu bubuk pertumbuhan “Membantu memenuhi nutrisi anak: 12 vitamin dan 10 mineral” Mencantumkan adanya lebih dari satu vitamin dan mineral tetapi satu atau lebih vitaminmineral tidak terdapat dalam proporsi yang sesuai AKG 77 Tabel 23. Lanjutan No. Kode Evaluasi Iklan Kategori Pangan Jenis Pangan Kata-kata atau ilustrasi yang menunjukkan pelanggaran Poin Pelanggaran 5 367 Produk pangan untuk keperluan gizi khusus Biskuit bayi makanan pendamping ASI “Kalsium, vit C, dan zat besi” Mencantumkan adanya lebih dari satu vitamin dan mineral tetapi satu atau lebih vitaminmineral tidak terdapat dalam proporsi yang sesuai AKG Contoh pertama pada Tabel 23 merupakan iklan dari kategori pangan garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein jenis saus tomat yang menyatakan adanya vitamin A dan vitamin C. Pada label produk tidak mencantumkan nutrition fact, dan pada iklan tidak disebutkan jumlah kandungan vitamin pada produk, maka kebenaran pernyataan tersebut tidak dapat dibuktikan dan iklan dianggap TMK untuk subkategori 17 kelompok pelanggaran F. Contoh kedua berasal dari kategori pangan lemak, minyak, dan emulsi minyak jenis margarin yang menyebutkan adanya kandungan 8 vitamin. Syarat pencantuman adanya vitamin dan mineral yaitu pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat vitamin atau mineral tidak kurang dari 16 dari jumlah yang dianjurkan AKG. Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin A = 35 AKG, vitamin B1 = 30 AKG, vitamin B2 = 25 AKG, vitamin D = 15 AKG, vitamin E = 25 AKG, niasin = 30 AKG, vitamin B12 = 15 AKG, dan asam folat = 20 AKG. Kandungan tersebut per sajian produk 25 g, sementara diketahui konsumsi wajar margarin per hari 25-30 g 1 sajian. Vitamin D dan vitamin B12 tidak memenuhi persyaratan karena kurang dari 16,67 AKG. Oleh karena ada 2 vitamin yang tidak terdapat dalam proporsi yang sesuai AKG, maka iklan tersebut TMK untuk subkategori 17 kelompok pelanggaran F. Selanjutnya, contoh ketiga merupakan iklan dari kategori pangan minuman, tidak termasuk produk susu jenis minuman sari buah anggur yang mencantumkan vitamin A, B1, B2, B3, B6, C, dan mineral jenis potasium. Syarat klaim adanya vitamin dan mineral adalah mengandung tidak kurang dari 16 dari jumlah yang dianjurkan AKG. Dari nutrition fact diketahui kandungan vitamin A 35 AKG, vitamin B1 30 AKG, B2 20 AKG, vitamin B3 15 AKG, vitamin B6 55 AKG, vitamin C 50 AKG, mineral potassium 2 AKG. Kandungan vitamin B3 dan mineral potassium kurang dari 16,67 AKG maka tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena ada vitamin dan mineral yang tidak terdapat dalam proporsi yang sesuai AKG, maka iklan TMK untuk subkategori tersebut. Contoh keempat yaitu iklan dari kategori pangan produk-produk susu dan analognya jenis susu bubuk pertumbuhan yang mencantumkan adanya kandungan 12 vitamin dan 10 mineral. Diketahui dari nutrition fact produk, kandungan vitamin yang dimaksud adalah vitamin A, D, E, K, C, folic acid, panthotenic acid, biotin, thiamine, riboflavin, vitamin B6, niacin, dan vitamin B12. Sedangkan kandungan mineral yang tertulis pada nutrition fact produk hanya 7, yaitu calcium, iodine, iron, magnesium, zinc, selenium, dan kolin. Karena yang tercantum dalam nutrition fact produk hanya 7 mineral dan yang tertulis pada iklan 10 mineral, maka iklan TMK. Pada kasus tersebut produsen perlu memperhatikan kembali kesesuaian pencantuman adanya vitamin dan mineral pada iklan dengan kondisi faktual kandungan zat tersebut pada produk, dan apakah keterangan mengenai itu telah tertulis pada nutrition fact di label produk. 78 Contoh terakhir iklan yang melanggar subkategori 17 berasal dari kategori produk pangan untuk keperluan gizi khusus jenis biskuit bayi makanan pendamping ASI yang mencantumkan adanya kalsium, vitamin C, dan zat besi. Pembahasan untuk contoh tersebut adalah sebagai berikut: • Syarat pencantuman adanya mineral tersebut yaitu pada sejumlah makanan yang biasa dikonsumsi satu hari terdapat mineral tidak kurang dari 16 dari jumlah yang dianjurkan AKG. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan kalsium = 65 mg per 21,4 g 2 keping biskuit. AKG kalsium untuk anak usia 7-12 bulan = 400 mg. Maka kandungan kalsium pada produk = 16,25 AKG. Karena kurang dari 16,67 AKG, maka klaim adanya kalsium TMK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan vitamin C = 7,5 mg per 21,4 g 2 keping biskuit. Nilai AKG vitamin C untuk anak usia 7-12 bulan = 40 mg. Maka kandungan vitamin C pada produk = 18,75 AKG. Karena lebih dari 16,67 ALG, maka klaim adanya vitamin C MK. • Dari nutrition fact produk diketahui kandungan zat besi = 1,7 mg per 21,4 g 2 keping biskuit. Nilai AKG zat besi untuk anak usia 7-12 bulan = 7 mg. Maka kandungan zat besi pada produk = 24,29 AKG. Karena lebih dari 16,67 AKG, maka klaim adanya zat besi MK. Oleh karena ada mineral yang tidak terdapat dalam proporsi yang sesuai AKG, maka iklan TMK untuk subkategori 17 kelompok pelanggaran F. Subkategori terakhir pada kelompok pelanggaran F yaitu mengenai pencantuman pernyataan “dapat membantu melangsingkan”. Diketahui dari Petunjuk Teknis Khusus poin ke-6 i Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman bahwa iklan pangan dapat mencantumkan pernyataan “dapat membantu melangsingkan” apabila nilai kalorinya 25 lebih rendah dibandingkan dengan makanan sejenisnya. Dari keseluruhan iklan yang dievaluasi tidak ada satu pun yang mengandung pernyataan tersebut, maka dianggap MK untuk subkategori tersebut.

4.6.7 Kelompok pelanggaran G: Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan