5
Tabel 3
. Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan untuk Jenis Makanan di Kabupaten Bogor Tahun 2007
Jenis Barang Jumlah Pengeluaran 000 rupiah
Rata- rata per
kapita 60
60 s.d 79
80 s.d 99
100 s.d
149 150 s.d
199 200
s.d 299
300 s.d
499 500
Padi-padian 36 39 41 36 39 41 41 40 40
Umbi-umbian 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Ikan
5 7 9 5 7 9 13
19 11 Daging 0,81
8 1 3
0,818 1 3 7 18 6
Telur dan
susu 2 4 7 2 4 7
12 28 11
Sayur-sayuran 4 6 8 4 6 8 11
16 9 Kacang-
kacangan 3 5 6 3 5 6 8
10 7 Buah-buahan 1 2 3 1 2 3 6
15 5 Minyak dan
lemak 4 5 6 4 5 6 8
10 7 Bahan
minuman 2 3 5 2 3 5 7
10 6 Bumbu-
bumbuan 2 3 4 2 3 4 5 6 4
Konsumsi lainnya
2 4 5 2 4 5 8 12 7
Makanan dan minuman siap
saji 9 16 27 9 16 27 44
100 41
Minuman alkohol
9 13 46 9 13 46 101
348 107 Tembakau
8 14 21 8 14 21 30 44 25
Jumlah 87 115 152 87 115 152 209 335 189
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
Hal ini bertolak belakang dengan kondisi kebutuhan yang meningkat tetapi upaya peningkatan dari pemenuhan kebutuhan itu sendiri diabaikan. Disini
dibutuhkan peranan pemasaran sebagai jembatan yang menghubungkan perbedaan kepentingan antara produsen dan konsumen, yaitu penyedia kebutuhan konsumen
dan memperlancar upaya untuk pemenuhan kebutuhan. Salah satu upaya pengembangan komoditas peternakan secara umum
adalah upaya pengembangan yang terkait dengan pemasarannya. Usaha dalam menciptakan kondisi pasar yang ideal dilakukan baik dari harga yang baik,
6
kemudahan dalam pendistribusian, kuatnya posisi petani dalam tawar-menawar, mengembangkan dan memperluas pasar, mendorong akses yang lebih luas
terhadap informasi pasar, mengembangkan lembaga saluran distribusi, menciptakan tertib usaha, meningkatkan perlindungan konsumen, meningkatkan
kemampuan pengusaha kecil dan golongan ekonomi menengah, meningkatkan sarana dan prasarana pemasaran, mengurangi penyimpangan pasar agar
terciptanya suatu kondisi pemasaran yang efisien dimulai dari peternak hingga konsumen akhir. Perlunya identifikasi masalah dalam pemasaran suatu komoditas
adalah untuk mengetahui kondisi mana yang sudah tercipta dan kondisi mana yang masih perlu diupayakan.
Sistem pemasaran peternakan merupakan suatu kesatuan urutan lembaga- lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk
memperlancar aliran produk peternakan dari produsen awal ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, menambah nilai produk yang
tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem pemasaran
komoditas. Sistem pemasaran peternakan tersebut mencakup kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada dalam sistem pemasaran tersebut,
baik secara vertikal atau urutan penambahan kegunaan dan menciptakan nilai tambah maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan produktif yang sama.
Tingkat produktivitas sistem pemasaran ditentukan oleh tingkat efisiensi dan efektivitas seluruh kegiatan fungsional sistem pemasaran tersebut selanjutnya
menetukan kinerja operasi dan proses sistem. Gonarsyah 1998 dalam Eryani, menuliskan bahwa kunci keberhasilan
pengembangan pasar domestik adalah inovasi dan peningkatan efisiensi pemasaran. Dalam jangka pendek, peningkatan efisiensi pemasaran domestik
lebih difokuskan pada penekanan biaya pemasaran dan pemantapan organisasi pemasaran yang ada. Dalam jangka panjang, peningkatan efisiensi difokuskan
pada upaya mencari inovasi dan alternatif baru dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran yang dapat menekan biaya-biaya pemasaran serta mempertimbangkan
berbagai alternatif organisasi pemasaran dari yang sepenuhnya tergantung pada mekanisme pasar invisible hand sehingga sepenuhnya terbentuk integrasi
7
vertikal. Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi vertikal dan integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio
nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing pelaku. Sistem pemasaran tersebut sering juga disebut
sebagai saluran pemasaran atau distribusi. Peranan pemasaran sendiri dalam peternakanagribisnis adalah sangat
besar, karena lebih kurang 80 persen pemasaran merupakan segmen dari sistem agribisnis dan 70 persen dari setiap pengeluaran konsumen untuk makan dan
menutupi biaya pemasaran. Permasalah yang selalu dihadapi adalah bagaimana menciptakan sistem penanganan komoditi peternakan yang sejalan dengan
perbaikan kesejahteraan pelaku didalamnya, terutama yang berkaitan dengan aspek-aspek perdagangan hasil peternakan
1.2. Perumusan masalah