90
telur di jual bersamaan dengan komoditas lainnya sehingga daya serap pasarnya relatif lebih kecil.
Jika ditinjau dari jumlah marjin, biaya dan keuntungan maka saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang lebih efisien, hal ini dikarenakan
marjin pemasarannya yang lebih kecil, biaya pemasaran yang cukup kecil serta keuntungan yang cukup besar jika dibandingkan dengan saluran pemasaran I dan
III. Walaupun pada saluran pemasaran III jumlah marjinnya paling kecil akan tetapi biaya dan total keuntungan yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan
dengan saluran pemasaran II. Dari sisi volume penjualan saluran pemasaran II sudah efisien karena bisa menjual sebanyak 2.500 butir telur per hari kepada
pedagang pengencer atau sekitar 20,8 persen dari total keseluruhan. Sedangkan pada saluran pemasaran III mampu menjual sebanyak 100 butir telur per harinya
atau sekitar 5 persen dari total keseluruhan. Dilihat dari volume penjualan maka yang paling efisien adalah saluran pemasaran I, karena mampu menjual sebanyak
8500 butir telur perharinya atau sekitar 70,83 persen dari total keseluruhan ke beberapa pedagang grosir di Kabupaten Bogor maupun di Jakarta dan sekitarnya.
6.7.2. Farmer’s Share
Farmer’s share merupakan perbandingan antara harga yang diterima oleh
peternak dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen, dan pada umumnya dinyatakan dalam persentase. Farmer’s share berhubungan terbalik dengan
marjin pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran maka akan semakin lebih rendah farmer’s share nya. Besarnya bagian yang diterima peternak telur
ayam kampung dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 23
. Analisis Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Tahun 2009
Saluran Pemasaran Harga di Tingkat
Peternak RpButir Harga di Tingkat
Konsumen RpButir
Farmer’s Share I 1100
1800 61,11
II 1150 1800
63,89 III 1400
2000 70,00
91
Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran tiga yaitu
sebesar 70 persen, artinya produsen peternak menerima harga 70 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Selain itu saluran pemasaran tiga memperoleh
total marjin pemasaran terkecil. Saluran pemasaran dua adalah saluran yang memberikan bagian harga untuk peternak sebesar 63,89 persen dari harga yang
dibayarkan konsumen. Sedangkan saluran pemasaran satu memberikan bagian harga untuk peternak dengan selisih harga yang tidak jauh berbeda. Pada
umumnya harga yang diterima peternak pada analisis pemasaran telur ayam kampung cukup tinggi. Jika dinilai dari total marjin pemasaran dan farmer’s
share maka saluran dua merupakan saluran yang paling efisien dengan total
keuntungan sama dengan saluran satu yaitu dengan jumlah 24,22 persen.
6.7.3. Rasio Keuntungan dan Biaya
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan telur ayam kampung dari peternak ke konsumen akhir yang
dinyatakan dalam rupiah per butir. Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran merupakan selisih antara marjin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan selama
proses pemasaran. Analisis keuangan per biaya dapat digunakan untuk mengetahui apakah kegiatan pemasaran yang dilakukan memberikan keuntungan
kepada pelaku pemasaran. Jika nilai πC lebih dari satu πC 1 maka kegiatan
pemasaran tersebut menguntungkan,sebaliknya jika nilai πC kurang dari satu
maka πC 1 maka kegiatan tersebut tidak memberikan keuntungan
Pada saluran I, total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 264 per butir. Biaya terbesar ditanggung oleh pedagang pengencer yaitu sebesar Rp. 150
per butir dan biaya pemasaran terendah ditanggung oleh peternak yaitu Rp. 30 per butir. Keuntungan terbesar diperoleh oleh pedagang pengumpul dan pedagang
pengencer sebesar Rp. 150 per butir dan keuntungan terkecil diperoleh pedagang grosir yaitu sebesar Rp. 136 per butir.
Pada saluran pemasaran II, total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 214 per butir. Biaya pemasaran terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer
yaitu Rp. 150 per butir dan biaya pemasaran terendah ditanggung oleh peternak yaitu Rp.30 per butir. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang grosir sebesar Rp.
92
236 per butir dan keuntungan terkecil diperoleh oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp.200 per butir.
Pada saluran pemasaran III, total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 259 per butir. Biaya pemasaran terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer
yaitu Rp. 250 per butir serta keuntungan terbesar pun juga di peroleh oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 350 per butir.
Untuk mengetahui lembaga manakah yang paling besar meraih keuntungan dapat dilihat melalui rasio keuntungan terhadap biaya. Rasio ini
menunjukkan besar keuntungan yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran.
Berdasarkan Tabel 23. total πC pada setiap saluran pemasaran telur ayam
kampung memiliki nilai lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pada masing-masing saluran
sudah memberikan keuntungan. Nilai πC tertinggi terdapat pada saluran
pemasaran dua yaitu sebesar 7,27, artinya jika lembaga pemasaran pada saluran pemasaran dua mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1 butir telur maka keuntungan
yang diperoleh sebesar Rp.7,27 butir. Rasio keuntungan biaya terbesar pada saluran dua diperoleh oleh pedagang grosir sebesar 3,69 yaitu dengan biaya Rp.
1butir maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.3,69 butir. Hal ini dikarenakan jumlah komoditas yang dipasarkan relatif banyak dengan harga beli
dari konsumen lebih rendah, tidak ada perlakukan khusus yang dilakukan pedagang grosir dalam rangka menambah nilai guna telur ayam kampung.
93
Tabel 24 . Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya pada Lembaga Pemasaran
Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor Tahun 2009 Lembaga Pemasaran
Keuntungan RpButir
Biaya RpButir πC
Saluran I
Peternak 1.070 -
- Ped. Pengumpul
150 50
3,0 Ped.Grosir 136
64 2,12
Ped. Pengecer 150
150 1,0
Total 1.506 264
5,70
Saluran II
Peternak 1.120 -
- Ped. Grosir
236 64
3,69 Ped. Pengecer
200 150
1,33 Total 1.556
214 7,27
Saluran III
Peternak 1.275 -
- Ped. Pengecer
350 250
1,4 Total 1.625
259 6,27
6.7. Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Kampung