Penelitian Pemasaran Produk Agribisnis

14 pengangkutan. Secara tradisional, telur dikemas dalam kotak kayu yang diberi jerami, hal ini sangat mudah dan kurang aman. Cara terbaik adalah mendesain kantung khusus yang biasanya terbuat dari plastik untuk meletakkan telur, dengan cara ini, telur dikemas rapi dan aman. Untuk pasar premium pasar swalayan dan supermarket, pengemasan ini telah menjadi standar.

2.2. Penelitian Pemasaran Produk Agribisnis

Pemasaran merupakan suatu kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Penelitian mengenai pemasaran produk agribisnis telah banyak dilakukan antara lain tentang pemasaran telur ayam ras. Hasil yang diperoleh tentu saja berbeda dengan karakteristik tempat dan komoditi yang diteliti. Ramdhiani dan Dame 2008 meneliti tentang permintaan telur ayam ras dan buras. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pasar secara umum antara lain: 1 Rata-rata pendapatan konsumen, apabila pendapatan naik maka konsumen cenderung membeli lebih banyak, 2 Ukuran pasar, kota yang populasinya lebih besar akan membeli lebih banyak dari pada kota yang populasinya kecil, 3 Harga dan ketersediaan produk-produk yang berkaitan atau produk substitusi, 4 Selera konsumen dan 5 Pengaruh lainnya seperti perayaan hari besar agama, tahun baru. Ramdhiani 2008 dalam penelitiannya tentang permintaan telur ayam ras dan ayam buras menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ayam ras dan ayam buras di DKI Jakarta yaitu harga telur ayam ras, harga telur ayam buras dan jumlah anggota rumah tangga. Begitu juga dengan Dame 2008 dalam penelitiannya mengenai permintaan rumah tangga konsumen terhadap telur ayam ras menyimpulkan bahwa, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan telur ayam buras di Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak Riau adalah jumlah anggota keluarga dan selera. Kedua penelitian diatas tentang permintaan telur ayam dapat disimpulkan bahwa, yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras maupun ayam buras adalah harga, pendapatan dan jumlah anggota keluarga serta selera. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam tidak jauh berbeda dengan komoditas agribisnis lainnya. 15 Fungsi-fungsi pemasaran produk agribisnis secara umum telah banyak dilakukan penelitian oleh Surya, Eryani, dan Sigalingging dalam penelitian mereka tentang analisis pendapatan dan pemasaran produk agribisnis yang tidak terlepas dari peranan pedagang grosir. Surya 2004 dalam penelitiannya tentang Analisis Pendapatan dan Pemasaran Telur Ayam Ras Kotamadya Depok Provinsi Jawa Barat mempunyai tujuan mempelajari, menganalisa serta menghitung pendapatan usaha , mempelajari saluran pemasaran telur ayam ras berdasarkan daerah tujuan pemasaran yang paling efisien ditinjau dari segi teknis, ekonomi, marjin pemasaran serta farmer’s share. Selain itu juga mempunyai tujuan mempelajari dan menganalisa fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar pada setiap lembaga pemasaran telur serta menghitung sebaran marjin pemasaran telur pada setiap jalur pemasaran yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode snowball sampling dengan jumlah responden 30 persen dari jumlah pengencer yang melakukan pembelian ke pedagang grosir. Saluran pemasaran telur ayam ras di Kelurahan Serua terdiri dari 13 pola saluran pemasaran. Didalam pola saluran pemasaran tersebut didalamnya tidak lepas dari peranan pedagang grosir. Sistem pembayaran grosir kepada peternak yaitu sistem tunai dan sistem cek. Sistem pembayaran pengencer kepada grosir yaitu sistem tunai dan sistem pembayaran kemudian hutang. Eryani 2009 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pemasaran Mangga Gedong Ginju Mangifera indica L, di Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mempelajari saluran pemasaran dan fungsi pemasaran, menganalisis struktur, perilaku dan keragaan pasar, mengidentifikasi efisiensi pemasaran. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara langsung yang dilkakukan secara sengaja purposive berdasarkan jumlah respoden baik itu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang grosir dan pedagang pengencer. Penelitian ini menyimpulkan bahwa saluran pemasaran mangga gedong ginju hingga ke konsumen melibatkan beberapa pelaku pemasaran diantaranya pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang grosir, supplier, dan pengencer. Saluran yang terbentuk sebanyak sembilan saluran pemasaran juga didalamnya tidak lepas dari peranan padagang grosir. 16 Sigalingging 2007 menyatakan dalam penelitiannya tentang Analisis Efisiensi Pemasaran Ayam ras Pedaging Broiler di Kecamatan Pemijahan Kabupaten Bogor mempunyai tujuan menganalisis saluran pemasaran ayam broiler , menganalisis marjin pemasaran dan nilai perolehan peternak serta menganalisis tingkat keterpaduan harga ditingkat pengencer dan harga ditingkat peternak. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dan purposive . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam saluran pemasaran yang didasarkan kepada jumlah pembeli dan penjual yang terlibat didalam pemasaran ayam ras pedaging. Saluran yang terbentuk ditingkat peternak hanya satu saluran yaitu peternak menjual semua produknya ke inti. Dalam pemasaran ayam pedaging ke inti lebih banyak menjual ayam kepada pedagang pengumpul, karena pedagang pengumpul tidak memperlakukan ukuran standar ayam sehingga peternak akan diuntungkan karena peternak tidak melakukan penyortiran. Volume penjualan kepada pedagang pengencer lebih besar, sementara efisiensi harga tercapai apabila perubahan harga yang terjadi ditingkat konsumen harus langsung ditransmisikan kepada produsen oleh pelaku pasar. Dari beberapa saluran pemasaran pada penelitian diatas, peranan pedagang grosir masih berperan besar. Peran pedagang grosir atau pengencer sangatlah penting, mengingat hubungan mereka sangat dekat dan langsung berkaitan dengan peternak seperti penelitian Surya, Eryani dan Sigalingging menyatakan bahwa hampir semua lembaga dan saluran pemasaran tidak terlepas dari pedagang grosir atau pengencer. Pemasaran disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Pengukuran efisiensi pemasaran telah dilakukan penelitian terdahulu oleh Surya, Kurniawati, dan Sigalingging. Surya 2004 dalam penelitiannya tentang analisis pendapatan dan pemasaran telur ayam ras menyimpulkan bahwa struktur pasar yang hadapi peternak cenderung cenderung mendekati struktur pasar oligopoli. Struktur pasar yang dihadapi pedagang grosir di Pasar Parung, Pasar Buncit dan Pasar Ciputat cenderung oligopoli. Struktur pasar yang dihadapi pedagang grosir di Pasar 17 Gaplok cenderung monopoli. Pada tingkat pedagang pengencer cenderung mendekati struktur pasar persaingan sempurna. Berdasarkan nilai indeks efisiensi teknis terendah dan nilai indeks efisiensi ekonomi serta farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran yang dimulai dari produsen-pedagang grosir –konsumen. Farmer’s share pada setiap saluran pemasaran berkisar antara 82,43 persen sampai 96,88 persen. Secara keseluruhan saluran pemasaran yang terbentuk cukup baik, karena harga yang diterima produsen dari harga jual ditingkat konsumen cukup besar. Farmer’s share selalu bertolak belakang dengan marjin pemasaran, semakin tinggi marjin maka semakin kecil farmer’s share yang didapat. Sigalingging 2007 dalam penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan pendekatan analisis marjin, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya dan IMC saluran pemasaran yang paling efisien terdapat pada saluran pemasaran dari peternak langsung menjual semua produknya ke inti pengumpul. Pemasaran langsung ke pengumpul tidak memerlukan ukuran standar sehingga peternak lebih diuntungkan. Kurniawati 2007 dalam penelitiannya Analisis Pemasaran Buah stroberi mempunyai tujuan menganalisis terjadinya perbedaan yang besar diantara harga jual ditingkat pedagang pengencer,menganalisis sistem pemasaran pada lokasi penelitian dengan menganalisis saluran pemasaran, lembaga pemasaran, struktur pasar dan fungsi lembaga pemasaran serta menganalisis tingkat efisiensi. Perilaku pasar pada pemasaran buah stroberi ini terjadi dengan melihat sistem penentuan harga dan pembayaran harga stroberi yang terjadi serta kerjasama diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat. Sistem penentuan harga yang terjadi pada proses pemasaran buah stoberi di Desa Alamendah berdasarkan dua cara yaitu berdasarkan penetapan berdasarkan kondisi pasar yang sedang berlaku dan melihat kondisi kualitas dan permintaan produk. Hasil perhitungan marjin pemasaran terbesar pada saluran satu yaitu 57,14 persen, total marjin pemasaran berikutnya adalah pola pemasaran tiga dengan marjin sebesar 55,71 persen. Marjin pemasaran terkecil adalaha sebesar 42,86 persen. Farmer’s share terbesar yaitu pada saluran pemasaran ke lima sebesar 60 persen, selanjutnya diikuti 53,33 persen pada saluran empat, 50 persen pada 18 saluran pemasaran dua, 45,71 persen pada saluran tiga serta farmer’s share terkecil pada pola pemasaran satu sebesar 42,86 persen. Berdasarkan perhitungan marjin pemasaran, dan farmer’s share maka saluran pemasaran buah stroberi yang paling efisien di Desa Alamendah adalah pada saluran dimana petani langsung menjual hasil panennya kepada pedagang pengencer. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin pendek saluran pemasaran suatu produk, maka semakin efisien dan semakin banyak keuntungan yang diterima petani. Analisis pemasaran Sayuran Organik di PT Agro Lestari, Ciawi Bogor Jawa Barat merupakan skripsi yang diangkat oleh Batubara 2009. Tujuan penelitian tersebut adalah mengidentifikasi sistem pemasaran dan saluran pemasaran sayuran organik di PT Agro Lestari, menganalisis perbedaan harga jual ditingkat petani dan ditingkat pemasok serta menganalisis farmer’s share dan rasio keutungan biaya untuk mendapatkan saluran pemasaran yang efisien. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani sayuran organik bersifat pasar persaingan sempurna, hal ini didasarkan pada jumlah petani penjual yang banyak, dimana sebagian besar penduduk didaerah perusahaan bermata pencarian pokok sebagai petani, sehingga petani yang menjual sayuran organik bersaing dengan petani sayuran non organik. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul dan petani besar yaitu perusahaan sebagai penjual dan pemasok sebagai pembeli menghadapi struktur pasar monopsoni karena jumlah pedagang pengumpul hanya ada satu sementara pemasok cukup banyak. Struktur pasar yang terjadi dipemasok merupakan struktur pasar oligopoli dimana penjual sayuran organik lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembeli konsumen akhir. Penelitian ini menghasilkan tiga pola saluran pemasaran, yang menunjukkan bahwa total marjin pemasaran terbesar terdapat pada pola pemasaran komoditi wortel organik dan petai organik yaitu sebesar 68 persen dan 70,86 persen. Marjin pemasaran terkecil yaitu pada pemasaran komoditi kangkung 60,02 persen. Dari kepentingan petani saluran pemasaran yang mendapatkan keuntungan terbesar adalah pada komoditas kangkung organik dengan farmer’s share terbesar 40 persen. 19 Berdasarkan penelitian-peneliatian diatas, baik penelitian pemasaran tentang ayam maupun penelitian pemasaran produk agribisnis lainnya, belum terdapat penelitian mengenai analisis pemasaran telur ayam terutama telur ayam kampung. Telur ayam kampung merupakan suatu produk yang digemari konsumen teruatama karena masih alami,mempunyai rasa yang lebih gurih, kandungan protein tinggi serta kandungan gizinya bagus. Agar suatu produk mampu bersaing, diperlukan suatu pengetahuan pemasaran yang menyeluruh, dan salah satu bentuk pengetahuan yang diperlukan pada pemasar adalah pengetahuan terhadap saluran pemasaran, fungsi-fungsi yang ada disetiap lembaga pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar. Penelitian ini menganalisis perubahan nilai yang terjadi ketika terjadi perpindahan komoditas dari setiap lembaga pemasaran baik dari segi perubahan fungsi, bentuk dan waktu. Kesenjangan perubahan harga antara peternak dan konsumen akhir menjadikan penyebab mengapa penelitian dengan judul Analisis Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kabupaten Bogor ini jelas berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, terutama mengangkat telur ayam kampung sebagai topik utama. BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis