76
sewa. Pedagang pengecer II menanggung resiko tidak laku dijual, serta memperoleh informasi pasar pedagang grosir maupun pedagang pengecer I, akan
tetapi pada umumnya harga telur relatif stabil, jadi pedagang pengecer tidak terlalu berpatokan terhadap informasi harga.
6.4. Analisis Struktur Pasar
Analisis struktur pasar dalam penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan sifat produk yang dipasarkan, jumlah pembeli dan pembeli yang
terlibat, informasi pasar yang berkaitan dengan harga dan kondisi pasar serta hambatan keluar masuk pasar. Secara umum struktur pasar tersebut dapat terlihat
pada Tabel 22.
Tabel 22 . Analisis Struktur Pasar Komoditas Telur Ayam Kampung di
Kabupaten Bogor
Sifat Produk yang
diperjualbelikan Jumlah Lembaga
Pemasaran Informasi Pasar
oleh Peternak Hambatan keluar
masuk pasar -
Homogen tidak bisa
dipisahkan -
Peternak ayam kampung yang
menjadi responden berjumlah lima orang
- Pedagang pengumpul
sebanyak lima orang -
Pedagang grosir berjumlah 10 orang
- Pedagang grosir
berjumlah 10 orang Umumnya peternak
mengetahui informasi harga,
akan tetapi tergantung
bagaimana permintaan di pasar
dan tawar menawar dengan lembaga
pemasaran Peternak bebas
menjual telurnya ke pedagang
pengumpul ataupun pedagang
grosir. Akan tetapi memiliki
kendala di kapasitas
produksi dan modal
Berdasarkan Tabel 22, struktur pasar yang dihadapi oleh masing-masing lembaga pemasaran berbeda-beda antara lain:
77
Struktur pasar yang dihadapi oleh peternak ayam kampung di Kabupaten Bogor mengarah kepada struktur pasar oligopoli karena peternak berjumlah lima
orang, peternak tidak dapat mempengaruhi harga serta peternak bebas untuk keluar masuk pasar. Hal ini dicirikan dengan jumlah peternak sebagai produsen
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pedagang, yaitu petenak berjumlah lima orang sedangkan jumlah pedagang sebanyak 25 orang. Produk peternak bersifat
homogen, hal ini terlihat dari keseragaman produk serta kualitas hasil peternakan. Peternak melakukan kegiatan peternakan secara continue.
Informasi harga yang dimiliki peternak cukup baik, peternak tidak memerlukan biaya untuk mendapatkan informasi tentang harga. Peternak
mendapatkan informasi tentang harga dari pedagang pengumpul ataupun dari peternak lainnya. Sistem penentuan harga ditenttukan oleh pedagang berdasarkan
harga yang berlaku dipasar sehingga kedudukan peternak dalam system tataniaga sangat lemah. Peternak tidak memiliki posisi tawar menawar yang memadai dan
hanya bertindak sebagai penerima harga price taker. Struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengumpul di Kabupaten
Bogor adalah mengarah ke pasar oligopoli karena pedagang pengumpul berjumlah lima orang. Hal ini dicirikan dengan jumlah pedagang pengumpul sebagai
perantara lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pedagang lain, yaitu pedagang pengumpul berjumlah lima orang sedangkan jumlah pedagang lainnya
sebanyak 20 orang. Produk peternak bersifat homogen, hal ini terlihat dari keseragaman produk serta kualitas hasil peternakan.
Pada umumnya pedagang pengumpul memiliki hubungan yang erat dengan peternak. setiap pedagang pengumpul telah memiliki peternak langganan,
meskipun demikian peternak mungkin saja menjual produk yang dihasilkannya ke pedagang pengumpul yang bukan langganannya. Jumlah pedagang pengumpul di
Kabupaten Bogor sama dengan jumlah peternak ayam kampung yang ada di kabupaten Bogor. Pedagang pengumpul memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
harga yang terjadi di kabupaten Bogor terutama untuk peternakan kecil. Informasi harga diperoleh pedagang pengumpul melalui survei pasar dan dari pedagang
lainnya.
78
Pedagang grosir mengahadapi struktur pasar yang cenderung oligopoli murni ketika berhadapan dengan pedagang pengumpul selaku pembeli dan
oligopoli murni ketika berhadapan dengan ketika berhadapan dengan pedagang pengecer I dan pedagang pengecer II selaku penjual. Hal ini ditunjukkan dengan
jumlah pembeli yang lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penjual. Hambatan masuk bagi pedagang grosir cukup tinggi, karena cukup sulitnya
memperoleh izin dari pengelola pedagang grosir untuk berjualan disana. Disamping itu, sulitnya mendapatkan kios kosong yang dapat digunakan untuk
berjualan. Namun demikian, pendatang baru masih bias masuk ke pasar grosir, terutama apabila mempunyai modal yang cukup dan kemampuan mengakses
pasar. Pedagang grosir tidak hanya menjual telur ayam kampung, tetapi juga menjual jenis telur lainnya seperti telur ayam ras, bebek,maupun telur puyuh. Jadi
pedagang grosir dalam tataniaga telur ayam kampung dapat dikatakan sebagai pedagang grosir telur ayam kampung.
Struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengecer adalah pasar persaingan sempurna, karena jumlah pedagang pengecer cukup banyak , produk
yang diperjualbelikan bersifat homogen dan pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi pasar sehingga bertindak sebagai price taker.
Sistem pembayaran harga yang berlaku di pasar pengecer adalah tunai. Harga telur ayam kampung ditentukan berdasarkan harga yang berlaku dipasar,
tetapi pembeli dapat melakukan kegiatan tawar-menawar dengan pedagang pengecer. Informasi harga yang didapatkan pedagang pengecer melalui survei
pasar ataupun pedagang lainnya. Selain itu pedagang pengecer dapat dengan dapat dengan mudah keluar masuk pasar, karena tidak terdapat hambatan bagi pedagang
pengecer lain untuk memasuki pasar. Pedagang pengecer tidak hanya menjual telur ayam kampung, tetapi juga menjual telur lainnya seperti telur bebek, telur
puyuh, telur ayam ras dan lainnya.
6.5. Struktur Pasar