Metode Analisis Data Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja

53 dimana peneliti menentukannya dengan sengaja responden yang akan diteliti yang bertujuan untuk menggambarkan beberapa sifat di dalam populasi. Jumlah petani yang melakukan usahatani padi SRI di Desa Cipeuyeum seluruhnya berjumlah 23 orang yang terdiri dari enam orang petani yang memproduksi benih padi organik dan 17 orang petani yang memproduksi gabah padi yang nantinya akan diproses menjadi beras konsumsi. Oleh karena ruang lingkup penelitian ini tidak menganalisis pendapatan dan efisiensi pendapatan usahatani produsen benih padi organik, maka responden yang diteliti sebanyak 17 orang petani padi organik SRI yang bukan produsen benih. Responden petani padi metode SRI merupakan seluruh anggota Kelompok Tani Mandiri yang menerapkan dan mengembangkan usahatani padi metode SRI sensus sementara responden petani padi konvensional ditetapkan secara sengaja sebanyak 17 orang sebagai data pembanding dalam analisis usahatani.

4.4. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik petani responden padi metode SRI dan konvensional. Selain itu, digunakan untuk melihat perbandingan gambaran umum proses produksi padi metode SRI dengan padi konvensional yang dilakukan oleh petani di tempat penelitian serta menggambarkan kondisi umum daerah penelitian tersebut. Analisis data secara kuantitatif dilakukan pada analisis penggunaan input beserta biayanya serta risiko tenaga kerja dan pendapatan usahatani. Analisis kuantitatif juga dilakukan pada analisis efisiensi pendapatan usahatani return to labour, return to land dan efisiensi RC rasio. Hasil pengolahan data primer disajikan dalam bentuk tabel yang diinterpretasikan, kemudian dilakukan pembahasan. Proses pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer kalkulator dan program excel.

4.5. Analisis Usahatani

Pengolahan dalam menganalisis usahatani dibedakan menjadi dua yaitu mengolah data kualitatif dan data kuantitatif. Data usahatani yang diolah secara 37 54 kualitatif yaitu membandingkan usahatani padi metode SRI dengan usahatani padi konvensional, dalam hal ini perbandingan usahatani dilakukan pada proses budidaya. Pengolahan data tersebut dilakukan secara deskriptif. Pengolahan data secara kuantitatif juga dilakukan dalam analisis usahatani ini. Data yang diperlukan dalam analisis ini ialah data tentang penerimaan, penggunaan dan biaya input serta risiko penggunaan tenaga kerja dan pendapatan usahatani. Selain itu analisis yang digunakan untuk melihat efisiensi dari pendapatan usahatani dilakukan analisis return to labour, return to land serta perbandingan antara penerimaan dan biaya RC Rasio, dari analisis RC Rasio ini bisa mengukur apakah kegiatan usahatani yang dijalankan dapat dikatakan berhasil atau tidak, menguntungkan atau tidak menguntungkan jika dijalankan.

4.5.1. Analisis Penerimaan

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya penerimaan yang didapat dalam usahatani padi organik metode SRI dan usahatani padi konvensional. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut Soekartawi, 1995: TR i = Y i x P yi Dimana: TR = Penerimaan total usahatani Rp Y i = Hasil produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani i Kg P yi = Harga jual produk per unit RpKg

4.5.2. Analisis Biaya

Analisis ini digunakan untuk mengetahui biaya–biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi organik SRI dan usahatani padi konvensional. Dalam analisis ini biaya dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai diperhitungkan. Biaya tunai pada usahatani padi SRI meliputi biaya benih padi, Tenaga Kerja Luar Kelarga TKLK, sewa lahan, pembelian karung, kompos dan sewa traktor sama halnya pada usahatani padi konvensional, hanya yang berbeda biaya 38 55 tunai usahatani padi konvensioanal meliputi biaya pengadaan pupuk kimia, pestisida dan biaya pengairan. Biaya tidak tunai pada usahatani padi konvensional meliputi biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK, dan penyusutan alat sama halnya dengan usahatani padi SRI namun biaya tidak tunai ini juga meliputi biaya pengadaan kompos dan MOL atau pestisida nabati. Biaya tunai maupun tidak tunai tersebut dalam perhitungan dibedakan juga kedalam dua bagian yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya tetap umumnya tidak tergantung kepada besar kecilnya produksi yang diperoleh seperti pada biaya penyusutan alat sedangkan biaya variabel sangat tergantung kepada besar kecilnya produksi seperti pada biaya tenaga kerja, pupuk, kompos, pestisida, MOL, pembelian karung, biaya pembelian karung dan sewa traktor. Dalam perhitungannya nilai biaya tetap dapat ditetapkan saja, lebih lanjut nilai tersebut langsung dihitung berapa rupiah yang dibayarkan untuk biaya yang merupakan biaya tetap tersebut sedangkan biaya variabel dapat diperoleh dari pengurangan antara total cost dan fixed cost. Adapun rumus matematisnya sebagai berikut Soekartawi, 1995: TC = FC + VC Keterangan : TC = Total Cost FC = Fixed Cost VC = Variable Cost Biaya penyusutan pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan cost sampai dengan modal tersebut dapat memberikan manfaat Suratiyah, 2009 atau biaya penyusutan alat dapat diperoleh dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dibagi umur ekonomi dari alat tersebut. Berdasarkan Suratiyah 2009 perhitungan penyusutan berdasarkan metode garis lurus straight line method adalah sebagai berikut: Biaya penyusutan = cost – nilai sisa Umur ekonomis tahun Keterangan: Cost = nilai pembelian 39 56

4.5.3. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan pada usahatani padi organik metode SRI dan usahatani padi konvensional di Desa Cipeuyeum. Pendapatan usahatani dapat diperoleh dari pengurangan antara biaya–biaya cost dari semua penerimaan revenue, biaya– biaya tersebut yang telah dikeluarkan selama periode usahatani. Biaya total usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. Adapun perhitungannya dapat ditulis sebagai berikut Soekartawi, 1995: Pd = TR – TC Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani Rp TR = Total penerimaan usahatani Nilai Produksi Rp TC = Biaya Tunai Rp

4.5.4. Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani

Pendapatan yang dihasilkan pada kegiatan usahatani belum mencerminkan tingkat efisiensi. Dengan demikian sangat diperlukan untuk mengetahui perhitungan efisiensi usahatani berdasarkan pendapatannya. Adapun beberapa perhitungannya dapat ditulis sebagai berikut Hernanto, 1991: d. Penghasilan Kerja Usahatani per Setara Pria Return to family labour = E – F – G Tenaga kerja keluarga HOK Dimana: E = Penerimaan usahatani Rp F = Pengeluaran total Rp G = Pengeluaran yang diperhitungkan biaya tenaga kerja keluarga e. Pendapatan per Unit Areal Usahatani Return to land = E – F – G Luas areal hektar Dimana: E = Penerimaan usahatani Rp F = Pengeluaran total Rp G = Pengeluaran yang diperhitungkan biaya sewa lahan 40 57 f. Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya RC Rasio Analisis imbangan penerimaan dan biaya analisis RC digunakan untuk dapat melihat berapa penerimaan yang diperoleh petani dari setiap rupiah yang telah dikeluarkan untuk usahataninya sebagai manfaat. Adapun rumus RC rasio sebagai berikut Hernanto, 1991: RC rasio = penerimaan Rp biaya Rp Kriteria keputusan yang digunakan untuk melihat hasil analisis RC rasio tersebut adalah sebagai berikut : RC rasio 1 = usahatani menguntungkan RC rasio = 1 = usahatani impas RC rasio 1 = usahatani rugi RC rasio 1 dikatakan efisien dikarenakan setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biayanya. Namun, sebaliknya jika RC rasio 1 dapat dikatakan tidak efisien karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil dan jika RC rasio =1 maka dikatakan kegiatan usahatani berada pada kondisi impas keuntungan normal. Pendapatan usahatani dan nilai RC rasio dapat diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu nilai penerimaan revenue dan biaya cost. Untuk memudahkan dalam menentukan nilai tersebut maka dapat dilihat pada perhitungan yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Perhitungan Usahatani dan Nilai RC Rasio A. P. Tunai Harga x Hasil panen yang dijual Kg B. P. yang diperhitungkan Harga x Hasil panen yang dikonsumsi Kg C. Total penerimaan A + B D. Biaya Tunai Benih, Pupuk organik, Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK, Sewa lahan E. Biaya diperhitungkan Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK, Penyusutan alat F. Total Biaya D + E G. Pend. Atas biaya tunai C - D H. Pend. Atas biaya total C - F I. Pend. Tunai A - D 41 58 Perhitungan pada tabel diatas juga dapat digunakan untuk menentukan nilai penerimaan dan biaya serta tingkat pendapatan pada usahatani padi konvensional yang pada penelitian ini dijadikan pembanding. Namun, dalam perhitungannya terdapat beberapa komponen yang dihilangkan atau ditambahkan seperti pada biaya tunai, pupuk organik dirubah menjadi pupuk kimia dan ditambahkan oleh komponen pestisida. Perhitungan pendapatan pada Tabel 4 dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari total penerimaan yang dikurangi dengan biaya yang diperhitungkan, untuk pendapatan atas biaya total dihasilkan dari pengurangan antara biaya tunai dengan total biaya. Total biaya yang dimaksud ialah penjumlahan dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Perhitungan total biaya diperlukan guna menggambarkan keadaan petani yang sebenarnya karena tidak hanya menilai biaya secara tunai. Sedangkan perhitungan atas pendapatan tunai ialah penerimaan total setelah dikurangi oleh biaya tunai.

4.6. Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja

Risiko terhadap penggunaan tenaga kerja pada usahatani yaitu menganalisis rata-rata jumlah penggunaan tenaga kerja setiap responden pada seluruh kegiatan budidaya dari pengolahan tanah hingga panen pada usahatani padi organik metode SRI maupun padi konvensional. Menurut Elton dan Gruber dalam Ginting 2009, terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian variance dan standar deviasi standard deviation. Nilai varian dapat dilihat dari adanya perbedaan jumlah penggunaan tenaga kerja yang beragam pada kedua usahatani. Nilai varian dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai varian maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha. Sama halnya dengan nilai standar deviasi yang menunjukkan bahwa semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin rendah risiko yang di hadapi. Nilai standar deviasi ini diperoleh dari pengolahan data menggunakan Microsoft Office Excel, yaitu dengan memasukan fungsi =STDEVnumber1; [number2];…... 42 59

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 5.1. Wilayah dan Topografi

Luas wilayah Kabupaten Cianjur meliputi areal seluas 350.148 hektar. Kabupaten Cianjur terdiri dari 31 kecamatan, enam kelurahan dan 348 desa. Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak di tengah-tengah propinsi Jawa Barat, memanjang dari utara ke selatan yakni berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Purwakarta di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Garut disebelah timur, disebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Cianjur dikenal sebagai salah satu daerah yang menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk Jawa Barat khususnya beras, hal ini didukung oleh potensi dari pemanfaatan lahannya yang lebih besar digunakan untuk menanam padi dibandingkan dari komoditi pangan lainnya. Adapun luas tanam ditanami oleh komoditi padi baik ditanam di lahan sawah atau di lahan kering yaitu 142.348 hektar 78 persen di susul kemudian dengan komoditi kacang tanah seluas 12.704 hektar atau tujuh persen Dinas Pertanian Cianjur, 2008. Perkembangannya pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan produksi padi guna menanggulangi permasalahan ketahanan pangan yang aman dan sehat serta ramah lingkungan. Maka sejak tahun 2007 pemerintahan Kabupaten Cianjur di tingkat kecamatan pun turut mengembangkan berbagai sistem teknologi pertanian. Salah satu kecamatan tersebut ialah Kecamatan Haurwangi yang juga menerapkan dan mengembangkan pertanian organik metode SRI. Kecamatan Haurwangi memiliki luas lahan sawah 1.362 hektar dan luas lahan darat adalah 2.864,76 hektar dengan ketinggian wilayah antara 265–275 meter di atas permukaan laut dengan jumlah penduduk mencapai 51.742 jiwa yang terdiri dari laki-laki 26.268 jiwa serta perempuan 25.474 jiwa. Kecamatan Haurwangi merupakan kecamatan baru yang terbentuk pada tahun 2008 yang berbatasan langsung di sebelah utara dengan Kecamatan Ciranjang, di sebelah selatan dengan Kecamatan Bojongpicung, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan disebelah barat dengan Kecamatan Bojongpicung dan Ciranjang.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Motivasi petani dalam menerapkan metode SRI (System of Rice Intensification): studi kasus di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

0 10 118

DAMPAK BUDIDAYA PADI ORGANIK DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) TERHADAP SUSTAINABILITAS KANDUNGAN C ORGANIK TANAH DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 16 191

Analisis pendapatan dan margin pemasaran padi ramah lingkungan metode SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: desa Ponggang kecamatan Sagalaherang kabupaten Subang, Jawa-Barat)

0 19 177

Analisis Usahatani Padi Konvensional dan Padi System Of Rice Intensification (SRI) Organik (Studi Kasus di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah)

1 13 168

Analisis Dampak System Rice Of Intensification (SRI) Terhadap Penggunaan Input, Produksi dan pendapatan Usahatani Padi Sawah di Desa Jambenenggang, Sukabumi, Jawa Barat

0 7 233

Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kedelai di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur

3 9 62

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI.

0 4 142

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI

0 0 20