68
sebanyak dua bibit per rumpun, alasan petani padi SRI tersebut ialah masih takut dan ragu jika hanya menanam satu bibit disaat cuaca buruk yaitu hujan atau
terkena serangan hama dan penyakit. Pada proses penanaman ini kegiatan pencabutan bibit dari tempat persemaian harus secara hati–hati dengan jarak
waktu dari cabut ke tanam tidak lebih dari 15 menit dan bulir padi tetap dijaga serta kondisi akar horizontal sehingga membentuk huruf L. Kemudian benih di
tanam dangkal antara 0,5–1 cm, hal ini dilakukan untuk menghindari kematian akibat busuk akar.
Kendala pada usahatani padi SRI ialah jika faktor cuaca yang tidak mendukung biasanya terjadi pada musim hujan, ketika musim tanam dan hujan
cukup besar maka bibit padi yang baru saja ditanam terlepas dari benamannya karena areal sawah terendam air, hal ini dapat terjadi karena pada metode SRI
padi yang ditanam berumur muda tidak terlalu dibenamkam atau ditanam dangkal, sehingga hal tersebut membuat bibit padi tidak kuat menahan genangan air yang
membanjiri sawah. Selain cuaca, faktor hama juga merupakan salah satu kendala pada pertanian organik SRI maupun usahatani padi konvensional, seperti hama
keong pada musim hujan yang dapat merusak bibit tanaman padi yang baru saja ditanam sehingga dapat menurunkan produktivitas. Hal ini berbeda dengan sistem
konvensional, petani konvensional hanya menanam bibit pada umur tua dan ditanam dalam sehingga jika ada hama atau musim hujan, mereka tidak akan
terlalu takut jika bibit yang baru ditanamnya mengalami kerusakan karena hama atau cuaca musim hujan.
5.3.4. Penyulaman
Penyulaman dalam usahatani padi metode SRI dan padi konvensional di Desa Cipeuyeum dilakukan dengan melihat terlebih dahulu kondisi tanaman,
apakah tumbuh dengan baik atau tidak. Jika tanaman ada yang roboh atau bila ada kerusakan akibat adanya gangguan hama seperti serangga atau keong. Sehingga
harus dilakukan penyulaman dengan cara menanaminya kembali, pada umumnya penyulaman dilakukan maksimal pada umur tujuh hari setelah tanam. Penyulaman
pada usahatani padi SRI lebih sering dilakukan oleh petaninya, terlebih jika bibit yang baru ditanam lepas dari lubang tanam karena air hujan yang terlalu
menggenang atau karena serangan hama dan penyakit.
52
69
5.3.5. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk mebersihkan atau mengurangi tanaman lain selain tanaman pokok yaitu padi atau sering disebut dengan tanaman
gulma. Penyiangan ini dilakukan untuk mengurangi populasi gulma yang dapat menjadi pesaing dalam penyerapan unsur hara sekaligus dapat memberi dukungan
terhadap kondisi pertukaran dan perputaran udara agar lancar aerasi, selain itu penyiangan juga dapat mencegah serangan hama.
Kegiatan penyiangan ini dapat dilakukan dengan cara manual atau menggunakan tangan sering disebut ngarambet. Ngarambet dilakukan disekitar
rumpun padi, kemudian dibenamkan kelumpur atau dibuang ke pematang sawah. Selain itu petani biasanya melakukan kegiatan ngagasrok dalam penyiangan,
kegiatan ini dilakukan dengan cara mengerok permukaan tanah menggunakan bantuan alat yang pada umumnya dibuat sendiri oleh petani. Adapun cara
pembuatan pestisida nabati ini terdapat pada Lampiran 3. Penyiangan yang dilakukan oleh petani pada usahatani padi metode SRI
sebenarnaya tidak jauh berbeda dengan padi konvensional, hanya saja yang membedakannya ialah frekuensi kegiatan penyiangan yang dilakukan. Kegiatan
penyiangan pertama pada metode SRI dilakukan pada umumnya ketika tanaman berumur 7–14 hari, penyiangan kedua dan seterusnya dilakukan setiap 10 hari
sekali. rata–rata penyiangan dilakukan salama 3–5 kali dalam satu kali musim tanam. Sedangkan kegiatan penyiangan padi konvensional dilakukan sebanyak
dua kali dalam satu musim tanam.
5.3.6. Pemupukan