79
5.4.5. Status Usahatani
Berdasarkan status usahatani yang dilakukan, sebagian besar petani padi SRI dan petani padi konvensional menyatakan bahwa usahataninya yang mereka
lakukan merupakan usaha pokok atau pekerjaan utama. Petani padi konvensional semuanya menyatakan usahataninya merupakan usaha pokok 100 persen,
sedangkan petani padi SRI sebanyak 16 orang atau 94,12 persen yang menyatakan usahataninya merupakan usaha pokok dan sisanya sebanyak satu orang 5,88
persen yang menyatakan usahataninya merupakan kegiatan sampingan. Petani yang menyatakan usahataninya adalah kegiatan sampingan ialah petani yang
memiliki pekerjaaan utama sebagai aparat desa di Desa Cipeuyeum. Adapun penggolongan responden petani padi SRI dan petani padi konvensional
berdasarkan status usahatani secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penggolongan Responden Petani Padi Organik Metode SRI dan Petani
Padi Konvensional Anorganik Berdasarkan Status Usahatani Tahun 2009
5.4.6. Sumber Modal
Sumber modal pada usahatani padi SRI berbeda dengan usahatani padi konvensional. Modal yang digunakan oleh petani padi SRI berasal dari pinjaman
kemitraan dengan perusahaan MEDCO berupa uang tunai sejumlah Rp 4.000.000 perhektar kemudian dibayarkan oleh petani dalam bentuk beras. Modal tersebut
diberikan tanpa adanya bunga. Sedangkan modal pada usahatani padi konvensional seluruhnya berasal dari modal pribadi petani, modal tersebut
digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan input produksi hingga tenaga kerja. Status
Kepemilikan Lahan
Padi SRI Padi Konvensional
Jumlah orang
Persentase Jumlah
orang Persentase
Pokok 16
94,12 17
100,00 Sampingan
1 5,88
0,00 Total
17 100,00
17 100,00
63
80
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis usahatani dilakukan dengan cara membandingkan keragaan usahatani yang dilakukan oleh petani padi di Desa Cipeyeum baik petani padi SRI
maupun konvensional. Usahatani ini dianalisis dengan cara mengidentifikasi penggunaan sumberdaya input beserta biayanya hingga output atau besar
penerimaan yang dihasilkan dan analisis risiko penggunaan tenaga kerja. Kemudian analisis dilanjutkan dengan menghitung tingkat pendapatan masing–
masing usahatani baik padi SRI maupun konvensional serta menghitung efisiensi pendapatan usahatani yang diperoleh dari hasil analisis return to family labour,
return to land dan perbandingan penerimaan dan biaya RC Rasio.
6.1. Analisis Usahatani Padi Organik Metode SRI dan Padi Konvensional 6.1.1. Analisis Penggunaan Input dan Biaya
6.1.1.1. Benih
Benih yang digunakan petani di Desa Cipeuyeum padi pada petani padi SRI maupun petani padi konvensional pada umunya telah menggunakan benih
yang berlabel. Dalam hal ini petani telah menyadari akan pentingnya kualitas benih bermutu dan dampaknya pada pencapaian hasil yang optimal.
Berdasarkan data yang diperoleh, kebutuhan benih yang digunakan petani padi SRI pada musim tanam ke II April-Juli 2009 rata–rata sebesar 7,34 kg per
hektar. Jumlah tersebut berada pada jumlah benih yang dianjurkan yaitu berkisar antara 5–7 kg per hektar. Faktor cuaca yang tidak mendukung yaitu musin hujan
yang sering tidak dapat diprediksi mengakibatkan lahan sawah terendam air pada awal penanaman yang mengakibatkan bibit yang baru ditanam terbawa oleh arus
aliran air dan juga faktor hama dan penyakit yang rentan menyerang lahan sawah pada musim hujan. Hal ini merupakan hal yang membuat terdapat petani
menggunakan benih dalam jumlah yang melebihi anjuran sebagai tindakan antisipasi. Bila dibandingkan dengan penggunaan benih pada petani padi
konvensional, jumlah tersebut jauh berbeda yaitu petani padi konvensional rata–
rata menggunakan benih sebesar 37,60 kgha dari jumlah yang dianjurkan
pemerintah sebesar 25 kgha. Padi konvensional biasanya ditanam 3–5 bibit per rumpun bahkan di Desa Cipeuyeum terdapat petani yang menanam 10 bibit per