64
5.3. Budidaya Padi Organik Metode SRI
Kegiatan usahatani padi organik SRI merupakan budidaya yang lebih mengutamakan potensi lokal yang ramah lingkungan yang sangat mendukung
pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna produknya. Pada prinsipnya pertanian ini sebagai konservasi air serta mendaur ulang hara melalui panen
dengan cara mengembalikan biomasa ke dalam tanah seperti tidak membakar jerami di areal persawahan akan tetapi jerami tersebut dapat dikembalikan ke
tanah yang melalui proses dekomposisi jerami dapat menjadi bahan organik. Oleh karena itu budidaya padi ini sama sekali tidak lagi menggunakan input anorganik
baik itu pupuk atau pestisida kimia. Produk padi yang dihasilkan di Desa Cipeuyeum ini sudah bebas dari
residu kimia, namun sertifikat organik belum dapat dirampungkan dikarenakan masih dalam proses yang menghadapi kendala pada biaya. Produk yang sehat
dihasilkan dari sistem budidaya organik yang ramah lingkungan. Adapun budidaya padi organik SRI di Desa Cipeuyeum ini meliputi pengolahan tanah,
pembibitan, penanaman, penyulaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit serta panen.
5.3.1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi tanah dari segi kandungan unsur hara dan untuk memperbaiki pengairan
drainase sehingga tanah atau lahan siap untuk ditanami dengan harapan memperoleh hasil yang maksimal. Pada dasarnya proses pengolahan tanah yang
dilakukan petani padi organik SRI hampir sama dengan pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani padi konvensional. Adapun beberapa kegiatan pengolahan
tanah yang dilakukan adalah pembajakan, pembuatan saluran air, perataan tanah dan memopok atau babad galeng pematang.
Proses pengolahan lahan untuk usahatani padi organik metode SRI di Desa Cipeuyeum dilakukan sebanyak dua kali, adapun proses pengolahan lahan yang
pertama ialah lahan di bajak dengan menggunakan traktor, setelah itu jerami dimasukan ke lahan, lalu petani biasanya membuat pematang sawah galengan.
Setelah lahan dibajak pada petakan lahan dibuat saluran air setelah itu pupuk kandang atau kompos dimasukkan ke lahan dan diratakan setelah itu diairi dengan
48
65
kondisi yang macak–macak atau tidak terlalu tergenang, hal ini dilakukan dengan tujuan agar pupuk tidak mudah terbawa air kemudian lahan diberakan selama satu
minggu sampai dua minggu. Pada waktu yang bersamaan biasanya petani merapikan pematang sawah dengan cara pematang dikikis dengan cangkul yang
kemudian dilempar ke lahan, setelah itu pematang kembali di tambal dengan tanah berlumpur hingga rata. Pengolahan tanah kedua yaitu tanah dicangkul dan
diratakan dalam kondisi air yang tetap macak–macak kemudian endapakan dalam waktu semalam.
Pembibitan penyemaian benih pada kedua usahatani memerlukan waktu yang berbeda. Bibit yang ditanam pada budidaya padi metode SRI berumur 7–14
hari setelai semai sedangkan untuk budidaya padi konvensional umur padi yang ditanam yaitu 20–28 hari setelah tanam. Hal ini yang menyebabkan waktu
pemberaan untuk kedua usahatani tersebut berbeda. Setelah bibit siap dipindah ke lahan untuk di tanam tanah kembali dibajak dengan traktor, pembajakan dilakukan
untuk mengembalikan kondisi tanah setelah beberapa waktu di berakan diistirahatkan. Setelah pembajakan selesai dilakukan, lahan diratakan dengan
alat perata tanah yang biasa disebut gegaruan papan perata hingga permukaan lahan relatif rata.
5.3.2. Pembibitan 5.3.2.1. Penyemaian