48
usahatani dapat diukur dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya RC Rasio yang didasari pada perhitungan secara finansial.
Rasio imbangan penerimaan dan biaya merupakan perbandingan antara penerimaan revenue dan biaya cost. Analisis ini menunjukkan berapa rupiah
penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani tersebut. Semakin besar nilai RC Rasio
maka semakin besar pula penerimaan usahatani yang akan diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal ini dapat dikatakan bahwa usahatani
menguntungkan untuk dilaksanakan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Permasalahan yang dihadapi saat ini ialah kerusakan lingkungan terutama yang menyebabkan tanah pertanian menjadi sakit atau miskin akan unsur hara,
sehingga residu kimia yang berbahaya akan terkandung pada produk akhir pertanian dan ketergantungan petani terhadap input kimia yang tinggi adalah
kendala jika harga input kimia memiliki harga relatif tinggi. Oleh karenanya diperlukan konsep pertanian yang dapat meningkatkan hasil produksi padi dengan
tidak menimbulkan kerusakan lingkungan sehingga dapat memberikan keuntungan usahatani bagi petani maupun keuntungan bagi masyarakat karena
mengkonsumsi produk pertanian yang aman dan sehat. Konsep pertanian ramah lingkungan yang ada saat ini dapat mengatasi dari permasalahan tersebut. Salah
satu sistem usahatani atau teknologi yang dilakukan secara organik yaitu System Rice Intensification
SRI. Konsep pertanian SRI telah dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan
Haurwangi, Kabupaten Cianjur. Akan tetapi, konsep usahatani ini belum dapat diterapkan atau berkembang secara luas di daerah tersebut. Terdapat beberapa
faktor yang diduga menjadi penyebab penerapan usahatani SRI belum berkembang secara luas di daerah tersebut. Adapun faktor penyebabnya yaitu
kegiatan usahatani teknik budidaya SRI dianggap sulit oleh petani, tingginya biaya usahatani SRI dan besarnya penggunaan tenaga kerja pada kegiatan
usahatani SRI, sehingga diduga pula penerapan sistem usahatani SRI ini jika tidak dikelola dengan baik oleh petani akan mandapatkan kerugian pada usahataninya.
32
49
Selain itu, sulitnya merubah kebiasaan bertani dan cara pandang petani terhadap usahatani SRI, menyebabkan butuh waktu dan proses yang cukup lama
agar petani mau mengadopsi sistem usahatani ini. Konsep usahatani SRI relatif berbeda dengan usahatani padi konvensional, perbedaan yang paling mendasar
ialah dalam beberapa kegiatan budidaya pada usahataninya dan penggunaan input. Akan tetapi kondisi tersebut belum cukup menunjukkan pendapatan yang
diperoleh petani berbeda. Oleh karena itu agar dapat melihat pendapatan usahatani padi SRI diperlukan data usahatani padi konvensional yang digunakan sebagai
pembanding. Dengan adanya perbandingan kedua usahatani tersebut dapat terlihat perbedaan dari struktur biaya, penerimaan output yang dihasilkan dan
pendapatan yang diperoleh Pendapatan usahatani yang diperoleh petani merupakan bentuk imbalan
atas pengelolaan sumberdaya yang dimiliki dalam usahataninya, dengan mengukur pendapatan petani maka tingkat keberhasilan usahatani pun dapat
terukur. Ukuran pendapatan dapat dilihat dari besarnya penerimaan yang diterima petani dan biaya usahatani yang dikeluarkannya. Dengan demikian petani harus
melakukan tindakan yang efisien dalam menggunakan sumberdaya yang ada. Beberapa pengukuran tingkat efisiensi dapat diketahui dengan melihat
penghasilan petani atas penggunaan tenaga kerja dan penghasilannya atas penggunaan lahan.
Salah satu cara untuk melihat efisiensi pendapatan usahatani, dapat diketahui dengan melihat RC rasio. Nilai ini menunjukkan besarnya penerimaan
yang diperoleh dengan pengeluaran satu satuan biaya, analisis nilai RC rasio masing–masing dihitung berdasarkan RC rasio atas biaya tunai dan RC rasio atas
biaya total. Informasi lainnya yang didapat dari analisis ini yaitu untuk melihat apakah usahatani yang dilakukan petani menguntungkan secara ekonomi, kerena
jika semakin besar nilai RC rasio maka usahatani yang dilakukan akan semakin menguntungkan.
Penelitian ini dapat menganalisis perbedaan keragaan usahatani padi SRI dan konvensional dari teknis budidayanya, penggunaan input, penerimaan dan
biaya usahatani, tingkat pendapatan yang diperoleh dari kedua usahatani tersebut dan nilai efisiensi. Sehingga dari hasil analisis tersebut ini dapat mengetahui
33
50
penyebab kurang berkembangnya penerapan SRI di Desa Cipeuyeum serta mengetahui usahatani padi yang dilakukan, yaitu dengan cara usahatani mana
yang sudah efisien dan layak untuk dijalankan. Namun, jika setelah dilakukan analisis ternyata usahatani yang dijalankan tidak layak atau tidak efisien maka
pengkajian ulang terhadap analisis pendapatan dapat dilakukan kembali. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian yang dapat membandingkan konsep
pertanian organik SRI dan konvensional ini diharapkan dapat membantu pihak terkait atau petani dalam pengambilan keputusan untuk menjalankan atau
menerapkan sistem usahatani yang mana yang lebih menguntungkan sehingga sistem pertanian tersebut dapat berkembang. Adapun bagan kerangka operasional
dapat dilihat pada Gambar 1.
34
51
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI di Desa Cipeuyeum,
Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur Usahatani padi SRI belum dapat
diterapkan secara
luas di
Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi,
Kabupaten Cianjur
Penyebabnya diduga karena: 1.
Teknik budidaya yang sulit 2.
Kebutuhan input kompos dan tenaga kerja yang tinggi
3. Biaya usahatani SRI tinggi
4. Usahatani SRI tidak menguntungkan
Usahatani padi organik metode SRI
Usahatani padi konvensional
Analisis Usahatani: 1.
Analisis penerimaan 2.
Analisis penggunaan input dan biayanya
3. Analisis pendapatan
4. Analisis efisiensi pendapatan
- Return to family labour
- Return to land
- Efisiensi RC rasio
Efisiensi pendapatan usahatani
Tidak efisien
Efisien
Pengembangan usahatani
35
52
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang
menggunakan teknologi SRI. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu
sentra pertanian padi organik dengan metode System Of Rice Intensification SRI. Penelitian lapang dilakukan selama lima, pada bulan September 2009 sampai
bulan Januari 2010 untuk pengumpulan dan analisis data.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani
responden yaitu petani padi SRI dan petani padi konvensional. Teknik wawancara yang digunakan kepada para petani ialah menggunakan daftar pertanyaan
kuisioner yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku–buku yang
relevan dengan topik yang diteliti. Pengambilan data sekunder juga diperoleh dari studi literatur–literatur, baik yang diperoleh dari perpustakaan maupun tempat lain
berupa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian, artikel yang berasal dari media cetak majalah dan media elektronik internet. Data sekunder
lainnya juga diperoleh dari instansi Dinas Pertanian Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur serta monografi Kelurahan Haurwangi dan laporan bulanan
bulan November 2009 Desa Cipeuyeum.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Hasil wawancara yang merupakan data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang pertanyaannya disampaikan kepada responden petani padi metode
SRI dan petani padi konvensional. Penetapan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling secara sengaja. Metode purposive
sampling secara sengaja ini merupakan pengambilan contoh atau responden