69
5.3.5. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk mebersihkan atau mengurangi tanaman lain selain tanaman pokok yaitu padi atau sering disebut dengan tanaman
gulma. Penyiangan ini dilakukan untuk mengurangi populasi gulma yang dapat menjadi pesaing dalam penyerapan unsur hara sekaligus dapat memberi dukungan
terhadap kondisi pertukaran dan perputaran udara agar lancar aerasi, selain itu penyiangan juga dapat mencegah serangan hama.
Kegiatan penyiangan ini dapat dilakukan dengan cara manual atau menggunakan tangan sering disebut ngarambet. Ngarambet dilakukan disekitar
rumpun padi, kemudian dibenamkan kelumpur atau dibuang ke pematang sawah. Selain itu petani biasanya melakukan kegiatan ngagasrok dalam penyiangan,
kegiatan ini dilakukan dengan cara mengerok permukaan tanah menggunakan bantuan alat yang pada umumnya dibuat sendiri oleh petani. Adapun cara
pembuatan pestisida nabati ini terdapat pada Lampiran 3. Penyiangan yang dilakukan oleh petani pada usahatani padi metode SRI
sebenarnaya tidak jauh berbeda dengan padi konvensional, hanya saja yang membedakannya ialah frekuensi kegiatan penyiangan yang dilakukan. Kegiatan
penyiangan pertama pada metode SRI dilakukan pada umumnya ketika tanaman berumur 7–14 hari, penyiangan kedua dan seterusnya dilakukan setiap 10 hari
sekali. rata–rata penyiangan dilakukan salama 3–5 kali dalam satu kali musim tanam. Sedangkan kegiatan penyiangan padi konvensional dilakukan sebanyak
dua kali dalam satu musim tanam.
5.3.6. Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan hara tanah yang sangat terbatas terkandung di dalam tanah, sehingga dengan
pemupukan kebutuhan hara tersebut dapat ditambah dari luar dengan pupuk organik maupun pupuk anorganik kimia. Kegiatan pemupukan yang dilakukan
petani padi SRI di Desa Cipeuyeum sepenuhnya berupa pupuk organik mulai dari pemupukan dasar hingga pemupukan susulan yang berbentuk padat ataupun cair
yaitu MOL Mikro Organisme Lokal. Pupuk organik yang diberikan petani padi metode SRI berupa pupuk
kompos. Pupuk kompos terdiri dari bahan–bahan organik yang berasal dari alam,
53
70
seperti jerami, rerumputan, limbah sayuran, limbah buah–buahan dan kotoran hewan. Bahan–bahan tersebut dikompos melalui proses penguraian dengan
bantuan mikro organisme. Bahan jerami sendiri banyak mengandung unsur hara seperti yang terdapat pada pupuk kimia anorganik.
Pemupukan dasar pada metode SRI yang berupa pupuk kandang dilakukan pada saat pengolahan tanah pertama, kebutuhan pupuk kandang yang digunakan
petani padi metode SRI di Desa Cipeuyeum rata–rata 467,65 kg atau sebesar 1805,07 kg jika telah dikonversikan kedalam luasan satu hektar. Pemupukan
kedua atau susulan diberikan setelah kegiatan penyiangan pertama yaitu pada saat tanaman berumur 15 HST, pupuk yang diberikan ialah pupuk kompos, kebutuhan
pupuk kompos rata-rata 961,76 kg atau 3649,66 kg per luasan satu hektar. Pemberian MOL pada metode SRI adalah pemberian cairan yang terbuat
dari bahan–bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang bertujuan untuk mempercepat penghancuran bahan–bahan
organik dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tanaman padi. Petani padi SRI di Desa Cipeuyeum mengaplikasikan MOL sebagai
campuran dalam pembuatan kompos aktivator dan juga dalam bentuk cairan yang pengaplikasiannya dilakukan penyemprotan dengan menggunakan
handsprayer. MOL biasanya dinamakan sesuai dengan bahan dasar pembuatannya
dengan berbagai fungsi yang berbeda–beda, seperti MOL brenuk berfungsi sebagai penambah unsur nitrogen, MOL rebung berfungsi sebagai zat peninggi
tanaman, MOL bonggol pisang berfungsi sebagai konsumsi perbanyakan anakan unsur KCL dan lainnya. MOL tidak memiliki efek samping yang menyebabkan
overdosis pada tanaman terutama padi. Sehingga dalam pemberiannya terhadap
tanaman padi dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kemampuan petani itu sendiri.
Dosis yang dianjurkan untuk penggunaan MOL pertengki sprayer yaitu 440 cc cairan MOL di campur dengan 14 liter air tawar, namun petani di Desa
Cipeuyeum biasanya menggunakan campuran air sebanyak 14-17 liter, dengan cairan MOL yang juga diberi bahan–bahan penambah lainnya seperti contohnya
MOL brenuk buah maja yang bahannya adalah pencampuran dari air beras, urin kelinci dan air kelapa. Rata–rata kebutuhan MOL yang digunakan petani padi SRI
54
71
di Desa Cipeuyeum adalah sebanyak 31,59 liter atau 105,61 liter per luasan hektar dan kegiatan penyemprotan MOL biasanya dilakukan pada umur tanaman
sebagai berikut: 10 HST, 20 HST, 30 HST, 40 HST, 50 HST, 60 HST dan 70 HST. Adapun cara pembuatan MOL yang biasa dilakukan di Desa Cipeuyeum
dapat dilihat pada Lampiran 2. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemupukan pada usahatani SRI lebih sering frekuensinya dibandingkan usahatani padi
konvensional. Pemupukan yang diberikan kepada padi metode konvensional di Desa
Cipeuyeum biasanya sampai dua kali pemupukan dalam satu musim tanam. Pupuk yang digunakan ialah pupuk buatan pabrik yaitu urea, TSP dan KCL
namun terdapat pula petani yang menggunakan pupuk Ponska. Dosis yang dianjurkan pemerintah untuk pemupukan per hektar adalah 200–300 kg Urea, 100
kg TSP dan 50 kg KCL. Sedangkan petani padi konvensional di Desa Cipeuyeum menggunakan pupuk kimia dengan rata–rata kebutuhan pupuk urea sebanyak
151,81 kg per hektar, TSP 190,70 kg per hektar dan KCL 31,68 kg per hektar, sedangkan petani padi konvensional lebih banyak dalam penggunaan pupuk
majemuk yaitu Ponska dengan rata–rata kebutuhannya yaitu sebanyak 160,77 kg perhektar.
5.3.7. Pengendalian Hama dan Penyakit