76
5.4.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan formal responden petani padi di Desa Cipeuyeum di mulai dari tingkat SD sampai SLTA SMU. Namun ada satu orang 5,88 persen
petani padi SRI yang tidak mengikuti pendidikan formal, sisanya petani responden didominasi oleh yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 11 orang atau
64,71 persen, petani padi yang berpendidikan SLTP sebanyak tiga orang 17,65 persen dan yang berpendidikan SLTA sebanyak dua orang 11,76 persen.
Sedangkan tingkat pendidikan petani responden padi konvensional paling banyak didominasi pula oleh setingkat SD yaitu sebanyak 12 orang atau 70,59
persen, diikuti setingkat SLTP sebanyak tiga orang 17,65 persen dan setingkat SLTA sebanyak dua orang atau 11,76 persen, responden petani padi konvensional
tidak ada yang tidak mengikuti pendidikan formal. Adapun penggolongan responden petani padi SRI dan petani padi konvensional berdasarkan tingkat
pendidikan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9. Para petani di Desa Cipeuyeum ini juga sering mengikuti berbagai
pendidikan non formal seperti mengikuti penyuluhan, pelatihan dan magang tentang usahatani padi. Pendidikan non formal tersebut diselenggarakan oleh
Dinas Pertanian, Yayasan Aliksa SRI organik, Bapeltan Cihea Cianjur serta instansi lainnya.
Tabel 9. Penggolongan Responden Petani Padi Organik Metode SRI dan Petani Padi Konvensional Anorganik Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan dari petani responden SRI dan konvensional hampir sama memiliki proposi yang seimbang
yaitu responden yang tingkat pendidikannya SLTP dan SLTA, sama-sama Tingkat
Pendidikan Padi SRI
Padi Konvensional Jumlah
orang Persentase
Jumlah orang
Persentase Tidak sekolah
1 5,88
0,00 SD
11 64,71
12 70,59
SLTP 3
17,65 3
17,65 SLTA
2 11,76
2 11,76
Total 17
100,00 17
100,00
60
77
berjumlah tiga dan dua orang. Tingkat pendidikan memiliki hubungan secara tidak langsung terhadap sikap petani dalam menjalankan atau mengadopsi inovasi
sistem usahatani. Biasanya petani yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam mengadopsi suatu inovasi, sebaliknya petani yang berpendidikan rendah
agak sulit dalam mengadopsi atau menerapkan suatu inovasi. Petani responden usahatani padi SRI di Desa Cipeuyeum, terdapat petani yang tidak sekolah akan
tetapi petani tersebut mampu mencoba dan menerapkan usahatani padi SRI, disamping telah mengikuti beberapa pelatihan, penyuluhan dan magang.
5.4.3. Luas Lahan