62
Secara umum sarana dan prasarana di Desa Cipeuyeum sudah cukup memadai, baik sarana pemerintahan, pendidikan, kesehatan, olahraga, fasilitas
tanah kematian dan fasilitas jalan yang keseluruhan sarana dan prasarana tersebut dapat menyediakan kebutuhan dan membantu melancarkan aktivitas sosial-
ekonomi masyarakat di Desa Cipeuyeum.
5.2. Gambaran Umum Usahatani
Pada umumnya kegiatan usahatani di Desa Cipeuyeum sebagian besar petaninya mengusahakan tanaman pangan terutama padi. Dalam setahun biasanya
petani menanam padi selama dua kali musim tanam dan pada musim ketiga, petani mengikuti program dari pemerintah yaitu menanam palawija. Salah satu
komoditi palawija yang sering ditanam ialah kedelai. Penanaman palawija pada musim ketiga ini dilakukan karena tidak tercukupinya kebutuhan air untuk
pengairan areal tanaman padi. Kehidupan bertani sebagian besar masyarakat sudah dapat dikatakan modern, dimana pada proses pengolahan tanahnya telah
menggunakan traktor dengan sistem sewa. Usahatani padi yang ada di Desa Cipeuyeum telah terorganisisr dalam
sebuah kelembagaan kelompok tani. Adapun kelompok tani yang terdapat di Desa Cipeuyeum ini berjumlah tujuh kelompok tani dan diantaranya adalah kelompok
tani Tani Mandiri. Kelompok tani ini merupakan satu–satunya kelompk tani yang mengusahakan pertanian organik metode SRI. Kelompok Tani Mandiri ini adalah
para alumnus dari pelatihan–pelatihan organik di berbagai tempat pelatihan seperti pelatihan dari Yayasan Aliksa SRI Organik serta pelatihan Organik UPTD
Bapeltan Cihea Cianjur, Jawa Barat. Sehingga dalam melaksanakan usahataninya kelompok tani ini mengaplikasikan dan menerapkan hasil pelatihan tersebut.
Namun terdapat juga beberapa orang alumnus yang tidak mengaplikasikan pertanian organik SRI dalam usahataninya, mereka tetap bertahan pada pertanian
konvensional atau anorganik. Kegiatan usahatani padi organik SRI System of Rice Intensification
kelompok tani Tani Mandiri telah berjalan sejak akhir tahun 2006 yang terus di terapkan hingga saat ini dan dengan dijalankannya usahatani padi organik SRI
yang ramah lingkungan maka usahatani ini secara bertahap dapat dikembangkan di Kecamatan Haurwangi yaitu dengan merubah pola pikir dari pertanian yang
46
63
tidak ramah lingkungan ke pertanian organik yang lebih ramah lingkungan. Dalam menjalankan usahataninya petani padi SRI didukung oleh pinjaman modal dan
penyaluran hasil produksi dari perusahaan Medco Foundation dengan sistem kemitraan.
Pengembangan padi ramah lingkungan metode SRI dapat memberikan kesadaran kepada petani untuk lebih bersikap arif terhadap penggunaan pupuk dan
pestisida kimia serta lebih membuat petani menjadi lebih mandiri karena tidak harus bergantung kepada penggunaan input tersebut. Usahatani padi organik
metode SRI berbeda dengan usahatani padi sistem konvensional, meskipun tahapan kegiatan budidayanya pada umumnya sama saja. Teknik budidaya
organik SRI telah menggunakan bahan-bahan organik sebagai inputnya seperti pupuk kandang, sisa-sisa tanaman dan berbagai jenis tanaman yang berguna untuk
pestisida alami. Budidaya organik SRI ini menyebabkan kebutuhan bahan organik seperti
pupuk kandang meningkat sebagai pengganti pupuk kimia, namun ketersediaan kotoran hewan di Desa tersebut belum dapat memenuhi anjuran dalam budidaya
SRI yang dalam satu hektarnya pupuk kandang yang tersedia harus sebanyak lima sampai tujuh ton per hektar, akan tetapi dikarenakan luasan lahan petani padi
organik SRI rata-rata kurang dari satu hektar maka ketersediaan kotoran hewan yang ada sudah dapat mencukupi kebutuhan karena didukung pula oleh adanya
sistem menyicil atau menabung bahan–bahan yang dapat dijadikan pupuk organik. Pada bulan Desember 2009, kegiatan pembuatan pupuk organik di Desa
cipeuyeum lebih dipermudah lagi dengan adanya bantuan dari dinas pertanian Kabupaten Cianjur berupa mesin appo yang dapat mencacah bahan–bahan organik
tersebut. Mesin tersebut dapat mengolah sekitar tujuh ton perhari kotoran hewan yang dihasilkan dari hewan–hewan ternak yang terdapat di daerah sekitar desa.
Budidaya padi dengan metode SRI dibedakan dengan teknik budidaya padi konvensional. Perbedaan budidaya tersebut terlihat dalam hal penggunaan
jumlah bibit per rumpun, umur bibit yang ditanam, cara seleksi benih, pemberian MOL pada padi SRI dan tata cara pengaturan air. Oleh karena itu pada bagian ini
hanya diuraikan kegiatan budidaya padi dengan metode SRI yang dapat sekaligus menggambarkan pula kegiatan budidaya padi konvensional di Desa Cipeuyeum.
47
64
5.3. Budidaya Padi Organik Metode SRI