Analisis Pendapatan Usahatani Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani

56

4.5.3. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan pada usahatani padi organik metode SRI dan usahatani padi konvensional di Desa Cipeuyeum. Pendapatan usahatani dapat diperoleh dari pengurangan antara biaya–biaya cost dari semua penerimaan revenue, biaya– biaya tersebut yang telah dikeluarkan selama periode usahatani. Biaya total usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. Adapun perhitungannya dapat ditulis sebagai berikut Soekartawi, 1995: Pd = TR – TC Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani Rp TR = Total penerimaan usahatani Nilai Produksi Rp TC = Biaya Tunai Rp

4.5.4. Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani

Pendapatan yang dihasilkan pada kegiatan usahatani belum mencerminkan tingkat efisiensi. Dengan demikian sangat diperlukan untuk mengetahui perhitungan efisiensi usahatani berdasarkan pendapatannya. Adapun beberapa perhitungannya dapat ditulis sebagai berikut Hernanto, 1991: d. Penghasilan Kerja Usahatani per Setara Pria Return to family labour = E – F – G Tenaga kerja keluarga HOK Dimana: E = Penerimaan usahatani Rp F = Pengeluaran total Rp G = Pengeluaran yang diperhitungkan biaya tenaga kerja keluarga e. Pendapatan per Unit Areal Usahatani Return to land = E – F – G Luas areal hektar Dimana: E = Penerimaan usahatani Rp F = Pengeluaran total Rp G = Pengeluaran yang diperhitungkan biaya sewa lahan 40 57 f. Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya RC Rasio Analisis imbangan penerimaan dan biaya analisis RC digunakan untuk dapat melihat berapa penerimaan yang diperoleh petani dari setiap rupiah yang telah dikeluarkan untuk usahataninya sebagai manfaat. Adapun rumus RC rasio sebagai berikut Hernanto, 1991: RC rasio = penerimaan Rp biaya Rp Kriteria keputusan yang digunakan untuk melihat hasil analisis RC rasio tersebut adalah sebagai berikut : RC rasio 1 = usahatani menguntungkan RC rasio = 1 = usahatani impas RC rasio 1 = usahatani rugi RC rasio 1 dikatakan efisien dikarenakan setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biayanya. Namun, sebaliknya jika RC rasio 1 dapat dikatakan tidak efisien karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil dan jika RC rasio =1 maka dikatakan kegiatan usahatani berada pada kondisi impas keuntungan normal. Pendapatan usahatani dan nilai RC rasio dapat diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu nilai penerimaan revenue dan biaya cost. Untuk memudahkan dalam menentukan nilai tersebut maka dapat dilihat pada perhitungan yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Perhitungan Usahatani dan Nilai RC Rasio A. P. Tunai Harga x Hasil panen yang dijual Kg B. P. yang diperhitungkan Harga x Hasil panen yang dikonsumsi Kg C. Total penerimaan A + B D. Biaya Tunai Benih, Pupuk organik, Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK, Sewa lahan E. Biaya diperhitungkan Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK, Penyusutan alat F. Total Biaya D + E G. Pend. Atas biaya tunai C - D H. Pend. Atas biaya total C - F I. Pend. Tunai A - D 41 58 Perhitungan pada tabel diatas juga dapat digunakan untuk menentukan nilai penerimaan dan biaya serta tingkat pendapatan pada usahatani padi konvensional yang pada penelitian ini dijadikan pembanding. Namun, dalam perhitungannya terdapat beberapa komponen yang dihilangkan atau ditambahkan seperti pada biaya tunai, pupuk organik dirubah menjadi pupuk kimia dan ditambahkan oleh komponen pestisida. Perhitungan pendapatan pada Tabel 4 dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari total penerimaan yang dikurangi dengan biaya yang diperhitungkan, untuk pendapatan atas biaya total dihasilkan dari pengurangan antara biaya tunai dengan total biaya. Total biaya yang dimaksud ialah penjumlahan dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Perhitungan total biaya diperlukan guna menggambarkan keadaan petani yang sebenarnya karena tidak hanya menilai biaya secara tunai. Sedangkan perhitungan atas pendapatan tunai ialah penerimaan total setelah dikurangi oleh biaya tunai.

4.6. Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Motivasi petani dalam menerapkan metode SRI (System of Rice Intensification): studi kasus di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

0 10 118

DAMPAK BUDIDAYA PADI ORGANIK DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) TERHADAP SUSTAINABILITAS KANDUNGAN C ORGANIK TANAH DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 16 191

Analisis pendapatan dan margin pemasaran padi ramah lingkungan metode SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: desa Ponggang kecamatan Sagalaherang kabupaten Subang, Jawa-Barat)

0 19 177

Analisis Usahatani Padi Konvensional dan Padi System Of Rice Intensification (SRI) Organik (Studi Kasus di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah)

1 13 168

Analisis Dampak System Rice Of Intensification (SRI) Terhadap Penggunaan Input, Produksi dan pendapatan Usahatani Padi Sawah di Desa Jambenenggang, Sukabumi, Jawa Barat

0 7 233

Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kedelai di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur

3 9 62

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI.

0 4 142

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI

0 0 20