78
Berdasarkan Lionberger dalam Habibullah 2009, lahan pertanian atau luas lahan berkorelasi positif dengan sikap adopsi petani. Artinya semakin luas
lahan petani, semakin besar peluang petani dalam mengadopsi teknologi. Beberapa kemajuan teknologi baru mensyaratkan operasi dalam skala usaha yang
besar dan memerlukan sumberdaya ekonomi yang substansial untuk menerapkannya, dengan demikian petani yang memiliki lahan yang luas yang
akan mampu secara ekonomi untuk menerapkan adopsi inovasi. Hal ini berbeda dengan keadaan karakteristik responden di Desa Cipeuyeum berdasarkan luas
lahan, meskipun luas lahan yang paling dominan pada petani padi SRI adalah petani berlahan sempit 0,10-0,31 hektar, namun petani tersebut mau dan
menerapkan sistem usahatani SRI. Sedangkan luas lahan diatas 0,43 hektar yang lebih banyak dimiliki oleh petani padi konvensional dapat dijadikan peluang
petani untuk mencoba mangadopsi inovasi SRI.
5.4.4. Status Kepemilikan Lahan
Pemilik lahan mempunyai kuasa yang lebih luas daripada penyewa lahan. Pemilik lahan dapat langsung membuat keputusan dalam mengadopsi suatu
inovasi, namun penyewa lahan, harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari pemilik lahan sebelum menerapkan inovasi baru Lionberger dalam
Habibullah, 2009. Responden petani padi SRI yang menggarap lahan milik orang lain dengan
sistem sewa adalah seluruhnya yaitu 17 orang 100 persen. Sedangkan responden petani padi konvensional juga seluruhnya berjumlah 17 orang 100 persen
merupakan petani penyewa lahan dan menggarap lahan sewaan. Hal ini menunjukkan bahwa petani padi SRI tidak mengalami kendala dalam
mendapatkan persetujuan dari pemilik lahan untuk menerapkan sistem usahatani padi SRI, dikarenakan rata-rata pemilik lahan yang disewakan oleh petani padi
SRI masih memiliki kekerabatan yang cukup dekat dan petani padi SRI tidak mendapatkan bantuan finansial dari pemilik lahan sehingga kewajiban petani padi
SRI hanya membayar sewa lahan saja.
62
79
5.4.5. Status Usahatani
Berdasarkan status usahatani yang dilakukan, sebagian besar petani padi SRI dan petani padi konvensional menyatakan bahwa usahataninya yang mereka
lakukan merupakan usaha pokok atau pekerjaan utama. Petani padi konvensional semuanya menyatakan usahataninya merupakan usaha pokok 100 persen,
sedangkan petani padi SRI sebanyak 16 orang atau 94,12 persen yang menyatakan usahataninya merupakan usaha pokok dan sisanya sebanyak satu orang 5,88
persen yang menyatakan usahataninya merupakan kegiatan sampingan. Petani yang menyatakan usahataninya adalah kegiatan sampingan ialah petani yang
memiliki pekerjaaan utama sebagai aparat desa di Desa Cipeuyeum. Adapun penggolongan responden petani padi SRI dan petani padi konvensional
berdasarkan status usahatani secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penggolongan Responden Petani Padi Organik Metode SRI dan Petani
Padi Konvensional Anorganik Berdasarkan Status Usahatani Tahun 2009
5.4.6. Sumber Modal