47
keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan beberapa usahatani lainnya, maka ukuran yang digunakan untuk menilai usahatani
ialah dengan penghasilan bersih usahatani yang merupakan pengurangan antara pendapatan bersih usahatani dengan bunga pinjaman, biaya yang diperhitungkan
dan penyusutan.
3.1.2. Efisiensi Pendapatan Usahatani
Menurut Hernanto 1991, besarnya pendapatan usahatani yang diperoleh petani belum cukup menggambarkan tingkat efisiensi. Dengan demikian
diperlukan ukuran-ukuran untuk mengetahui tingkat efisiensi penghasilan usahatani. Adapun ukuran efisiensi pendapatan usahatani diantaranya sebagai
berikut: a.
Penghasilan Kerja Usahatani per Setara Pria Penghasilan kerja usahatani per setara pria farm labour earning per man
equivalent dapat dikatakan sebagai imbalan kepada tenaga kerja return to
labour . Pengukuran tersebut juga dapat diaplikasikan untuk mengukur imbalan
kepada tenaga keluarga return to family labour. Menurut Soekartawi 1986, return to family labour
dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani yang diperhitungkan. Ukuran imbalan ini
dapat dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang bekerja dalam usahatani untuk memperoleh taksiran imbalan kepada tiap orang return per man. Angka ini
dapat dibandingkan dengan imbalan atau upah kerja di luar usahatani. b.
Pendapatan per Unit Areal Usahatani Tingkat efisiensi pendapatan usahatani dapat dilihat dari pendapatan per
unit areal usahatani net farm output per unit of farm area. Pendapatan per areal usahatani merupakan ukuran produktivitas tanah usahatani yang merupakan hasil
perhitungan dari pendapatan usahatani dibagi dengan luas areal usahatani return to land
Hernanto, 1991. c.
Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya RC Rasio Pendapatan usahatani yang besar bukanlah suatu petunjuk bahwa
usahatani tersebut efisien. Suatu usahatani dapat dikatakan layak apabila memiliki tingkat efisiensi penerimaan yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan hingga
mencapai perbandingan tertentu Soeharjo dan Patong, 1973. Kriteria kelayakan
31
48
usahatani dapat diukur dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya RC Rasio yang didasari pada perhitungan secara finansial.
Rasio imbangan penerimaan dan biaya merupakan perbandingan antara penerimaan revenue dan biaya cost. Analisis ini menunjukkan berapa rupiah
penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani tersebut. Semakin besar nilai RC Rasio
maka semakin besar pula penerimaan usahatani yang akan diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal ini dapat dikatakan bahwa usahatani
menguntungkan untuk dilaksanakan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional