63 mangrove menjadi tambak dan penebangan kayu liar menyebabkan terjadinya
penurunan luas mangrove mencapai 502.77 ha dalam kurun waktu 16 enam belas tahun, berarti luas mangrove yang tersisa sekarang adalah
2 .
346.24
ha, sehingga dapat dikatakan bahwa ekosistem mangrove di Desa Dabong pada saat
ini mengalami kerusakan sebesar 17.65. Hal ini sesuai dengan pendapat Bengen 2002, bahwa penyebab degradasi mangrove diantaranya adalah akibat dari
pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir untuk berbagai peruntukan pemukiman, perikanan, pelabuhan dan
lain-lain, tekanan ekologis pada ekosistem pesisir, khususnya ekosistem hutan mangrove semakin meningkat.
Dari data luas mangrove yang ada sekarang
2 .
346.24
ha pada tahun 2007 dan dengan penurunan luas
31.42
hatahun, maka sangat mengancam kelestarian ekosistem mangrove yang tersisa. Jika penurunan luas mangrove ini dibiarkan
tanpa adanya upaya pengelolaan, maka dapat dipastikan dalam kurun waktu 74.67 tahun ekosistem mangrove yang tersisa akan habis. Untuk itu diperlukan suatu
upaya pengelolaan agar ekosistem mangrove yang tersisa dapat dipulihkan dan dilestarikan. Upaya pengelolaan yang dilakukan pemerintah selama ini adalah
dengan penetapan kawasan hutan lindung mangrove di daerah ini. Akan tetapi penetapan kawasan lindung ini menimbulkan permasalahan dengan masyarakat
desa. Luas kawasan hutan lindung mangrove di Desa Dabong sendiri adalah
seluas 4895.50 ha. Area hutan mangrove dan tambak yang ada di Desa Dabong hampir semuanya berada dalam kawasan hutan lindung mangrove yang telah
ditetapkan pada tahun 2000 berdasarkan SK MenHut No. 259kpts-II2000. Selain area hutan mangrove dan tambak, sebagian besar kawasan pemukiman, lahan
garapan, sekolah, masjid dan bahkan pusat pemerintahan Desa Dabong juga masuk dalam kawasan hutan lindung mangrove. Perlu adanya upaya pengelolaan
yang melibatkan masyarakat dan memperhatikan hak-hak masyarakat setempat agar kelestarian ekosistem mangrove berkelanjutan.
4.3. Struktur Vegetasi Mangrove
Dari hasil penelitian yang dilakukan, di dalam ekosistem mangrove yang ada di lokasi penelitian didalam transek ditemukan tujuh jenis 7 jenis
64 tumbuhan mangrove antara lain Avicennia alba, Bruguiera gymnorhiza,
Excoecaria agallocha, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum dan Xylocarpus moluccensis.
Struktur vegetasi mangrove yang terdapat di Pesisir Dabong dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Jenis pohon mangrove yang ditemukan di Lokasi Penelitian No Jenis
tanaman Nama daerah
Jalur transek 1
2 3
4 5
6 1
Avicennia alba Api-api
√ - √ √ -
√ 2
Bruguiera gymnorrhiza Tumu
√ √
√ √
√ √
3 Excoecaria agallocha
Buta-buta √ - - - - -
4 Rhizophora apiculata
Bakau √
√ √
√ √
√ 5
Sonneratia alba Perepat
√ - √
√ - √
6 Xylocarpus granatum
Nyirih -
- -
√ - - 7
Xylocarpus moluccensis Nyirih batu
- √ - - - -
Sumber : Pengolahan Data Primer 2009. Ket :
√ = ada; - = tidak ada
Pada umumnya mangrove yang terdapat di kawasan pesisir Dabong didominasi oleh jenis Rhizophora apiculata yang diikuti oleh Bruguiera
gymnorrhiza . Di pesisir terbuka yang berhubungan dengan laut, komunitas
perintis umumnya di dominasi oleh perepat Sonneratia alba dan api-apibogen Avicennia alba. Avicenia tumbuh di atas pasir berlumpur yang kokoh,
sedangkan Sonneratia berasosiasi dengan lumpur yang lunak. Di belakang dua asosiasi tersebut di ikuti oleh jenis pohon bakau Rhizophora apiculata dengan
area penyebaran yang sangat luas. Kearah daratan lebih jauh ditemukan beberapa jenis Tumu Bruguiera gymnorhiza dan sedikit nyirih Xylocarpus granatum
Xylocarpus moluccensis yang berasosiasi dengan Rhizophora apiculata. Nyirih
Xylocarpus granatum, nyirih batu Xylocarpus moluccensis dan Buta-buta Excoecaria agallocha sedikit ditemui di pinggiranpematang sungai. Selanjutnya
asosiasi yang ada dan mengarah ke sumber air tawar adalah nipah. Nipah tumbuh subur di pinggir-pinggir sungai kearah hulu sampai batas pasang surut maksimal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bengen 2004, bahwa daerah yang paling dekat dengan laut, yang biasanya bersubstrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh
jenis Avicennia spp. Bisa pula berasosiasi dengan Sonneratia spp., yang dominan tumbuh pada lumpur dalam. Sementara makin ke arah darat, hutan mangrove
65 didominasi oleh jenis Rhizopora spp., juga Bruguiera spp. dan Xylocarpus.
Sementara zonasi berikutnya banyak diisi oleh Bruguiera spp. Zona transisi antara hutan mangrove dan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh nipah Nypa fruticans
dan beberapa spesies palem lainnya.
4.3. 1. Kerapatan dan Kerapatan Relatif Jenis Mangrove