95 tanah berpindah dari pihak pertama kepihak kedua. Sedangkan warisan artinya
masyarakat mendapatkan lahan dari anggota keluarga lainnya.
4.9. Pandangan Masyarakat Terhadap Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Dalam pengelolaan ekosistem mangrove, maka bagian yang sangat menentukan dalam keberlanjutan pengelolaan kawasan tersebut adalah
masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan masyarakat setempat sangat tergantung dengan kondisi dan potensi sumberdaya alam yang ada di ekosistem mangrove.
Sehingga aktifitas masyarakat di sekitar kawasan mangrove akan memberikan dampak pada ekosistem mangrove, atau dengan kata lain baik buruknya
pengelolaan mangrove tergantung dari peran serta masyarakat. Nilai persentase pandangan masyarakat terhadap pengelolaan ekosistem mangrove di Desa
Dabong berkisar antara 0 sampai 100 yang menunjukan pandangan sangat buruk 0 sampai dengan sangat baik 100 . Pandangan masyarakat terhadap
pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Dabong dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Pandangan masyarakat terhadap pengelolaan ekosistem mangrove di
Desa Dabong
No Pandangan Masyarakat Terhadap Pengelolaan
Ekosistem Mangrove Desa Dabong Persentase
1 Pemahaman tentang hutan mangrove dan manfaatnya
73.25 2
Partisipasi dalam pelestarian hutan mangrove 55.13
3 Persepsipandangan terhadap institusi pemerintah yang
terkait dengan pengelolaan mangrove 31.90
4 Persepsipandangan tentang status lindung mangrove
42.42 5
Persepsipandangan tentang proses penetapan kawasan mangrove menjadi status lindung
33.13 6
Persepsipandangan tentang proses penegakan status lindung mangrove oleh institusi pengelola
36.40 7
Persepsipandangan tentang tambak dan penebangan kayu di dalam kawasan lindung mangrove
71.50 Rata-rata
49.10
Sumber : Hasil olahan data primer 2009.
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap 50 responden, tingkat pengelolaan Ekosistem Mangrove Desa Dabong adalah sebesar
49.1 buruk. Hal ini menunjukan bahwa pandangan masyarakat terhadap pengalolaan Ekosistem Mangrove di Desa Dabong selama ini kurang baik. Hal ini
96 dapat diuraikan dari hasil wawancara ditiap-tiap kelompok pertanyaan sebagai
berikut: 1
Pemahaman tentang hutan mangrove dan manfaatnya 8 pertanyaan Pemahaman merupakan salah satu hal yang memegang peranan penting
dalam terwujutnya suatu pembangunan atau pengelolaan kawasan. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap arti penting kawasan dan
sumberdaya, maka semakin tinggi pula peluang tingkat keberhasilan suatu pembangunan dan pengelolaan nantinya.
Dalam penelitian ini, pemahaman masyarakat diartikan sebagai pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang kondisi, fungsi dan manfaat dari ekosistem
mangrove bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara, tingkat pemahaman masyarakat tentang hutan mangrove dan
manfaatnya di Desa Dabong adalah sebesar 73.25. Hal ini artinya bahwa tingkat pemahaman masyarakat tentang hutan mangrove dan manfaatnya di
Desa Dabong masuk dalam kategori baik. Masyarakat sudah cukup mengerti dengan baik tentang apa itu ekosistem mangrove beserta fungsi
dan manfaatnya. 2
Partisipasi dalam pelestarian hutan mangrove 4 pertanyaan. Partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan atau keterlibatan masyarakat
setempat dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove guna menjaga sumberdaya pesisir tersebut agar tetap lestari. Berdasarkan hasil wawancara,
tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian ekosistem mangrove adalah sebesar 55.13 atau dalam kategori baik. Masyarakat setuju jika diikutkan
dalam berbagai kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove. Hanya saja yang menjadi masalah adalah masyarakat selama ini belum pernah di ikutkan
dalam pengelolaan ekosistem mangrove di desa mereka. 3
Pandangan terhadap institusi pemerintah yang terkait dengan pengelolaan mangrove 5 pertanyaan
Berdasarkan hasil wawancara, tingkat persepsipandangan masyarakat terhadap institusi pemerintah yang terkait dengan pengelolaan mangrove
adalah sebesar 31.9 atau dalam kategori buruk. Institusi pemerintah yang
97 berwenang dalam pengelolaan ekosistem mangrove selama ini dinilai
kurang menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jarangnya kegiatan pelastarian dan pengelolaan ekosistem mangrove yang
dilakukan oleh instansi pemerintah. Kegiatan pembinaan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat juga jarang dilakukan oleh instansi pemerintah.
Bahkan menurut masyarakat institusi pemerintah selama ini belum pernah melakukan sosialisasi tentang kawaan lindung mangrove di desa mereka.
Selain itu kebijakan dan koordinasi antar instansi yang terkait dalam pengelolaan mengrove juga masih saling tumpang tidih dan bertentangan.
Hal ini dapat dilihat dari adanya ijin tambak di kawasan lindung yang dikeluarkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, padahal pengelola kawasan
adalah Dinas Kehutanan. 4
Pandangan tentang status lindung mangrove 6 pertanyaan Tingkat persepsipandangan masyarakat terhadap status lindung mangrove
di desa mereka adalah sebesar 42.42 atau dalam kategori buruk. Pada dasarnya masyarakat setuju dengan status lindung pada hutan mangrove di
desa mereka. Hanya saja masyarakat merasa kurang mendapatkan manfaat langsung dan peningkatkan kesejahteraan dari status lindung mangrove
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai manfaat langsung ekosistem mangrove yang hanya sebesar Rp.2
. 047
. 671.16 per hektar per tahun, dimana
nilai ini lebih rendah dibandingkan nilai ekonomi tambak yang sebesar Rp.3
. 561
. 772.66 per hektar per tahun. Akan tetapi, nilai total manfaat
ekosistem mangrove yang sebesar Rp.10 .
637 .
453.28 per hektar per tahun memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai ekonomi
tambak. Hal ini menunjukan bahwa jika dilihat dari nilai manfaat ekonomi total, lebih menguntungkan mangrove dibiarkan dalam kondisi lestari
daripada dikonversi menjadi tambak. Selain itu juga masyarakat juga belum mengerti tentang tujuan dan aturan-
aturan yang berlaku dari status lindung pada hutan mangrove di wilayah mereka. Bahkan masyarakat sebelumnya juga kurang tahu, bahwa kawasan
mangrove di desa mereka telah ditetapkan menjadi status hutan lindung.
98 5
Pandangan tentang proses penetapan kawasan mangrove menjadi status lindung 4 pertanyaan.
Tingkat persepsipandangan masyarakat terhadap proses penetapan kawasan mangrove menjadi status lindung di desa mereka adalah sebesar 33.13
atau dalam kategori buruk. Hal ini karena masyarakat merasa bahwa dalam proses penetapan kawasan menjadi status lindung, masyarakat kurang
dilibatkan dan bahkan banyak lahan dari masyarakat yang masuk dalam kawasan lindung.
6 Pandangan tentang proses penegakan status lindung mangrove oleh institusi
pengelola 5 pertanyaan Tingkat persepsipandangan masyarakat terhadap proses penegakan status
lindung mangrove oleh institusi pengelola di desa mereka adalah sebesar 36.4 atau dalam kategori buruk. Menurut pandangan masyarakat, institusi
pengelola selama ini jarang bahkan belum pernah melaksanakan kegiatan sosialisasi, pengawasan dan pengamanan dalam rangka penegakan status
lindung. Penanganan terhadap tindakan yang di duga pelanggaran terhadap kawasan lindung juga dinilai masyarakat kurang baik dan bijaksana.
Sebagai contoh adalah penanganan masalah tambak dilakukan dengan langsung melimpahkan kasus ke pihak kepolisian sebagai tindak pidana
tanpa ada upaya penyelesaian dengan masyarakat terlebih dahulu. 7
Pandangan tentang tambak dan penebangan kayu di dalam kawasan lindung mangrove 2 pertanyaan
Tingkat persepsipandangan masyarakat terhadap tambak dan penebangan kayu di dalam kawasan lindung mangrove pada desa mereka adalah sebesar
71.5 atau dalam kategori baik. Masyarakat pada umumnya kurang setuju dengan adanya aktifitas yang merusak kelestarian ekosistem mangrove.
Masyarakat tidak setuju dengan pembukaan lahan tambak dan penebangan pohon secara besar-besaran. Akan tetapi dalam skala tidak merusak untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat desa dan meningkatkan perekonomian desa pada umumnya masyarakat setuju.
99
4.10. Analisis Kelembagaan Pengelolaan Ekosistem Mangrove