Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

128

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian kajian pengelolaan ekosistem mangrove pada kawasan hutan lindung di Desa Dabong, maka didapatkan beberapa kesimpulan yaitu : 1. Luas hutan mangrove di Desa Dabong pada tahun 1991 adalah 2 . 849.01 ha, tahun 2002 adalah 2 . 432.24 ha dan pada tahun 2007 adalah 2 . 346.24 ha. Sehingga dalam kurun waktu 16 enam belas tahun telah terjadi penurunan luas hutan mangrove mencapai 502.77 ha 17.65 atau 31.42 hatahun. 2. Indeks Nilai Penting INP vegetasi mangrove di Desa Dabong untuk tingkat pohon tertinggi terdapat pada jenis Rhizophora apiculata yaitu 216.59, lalu di ikuti oleh Bruguiera gymnorrhiza 60.57, Sonneratia alba 12.46, Avicennia alba 8.05, Xylocarpus moluccensis 1.84 dan Xylocarpus granatum 0.48. INP yang besar pada jenis Rhizophora apiculata dan Bruguiera gymnorrhiza menunjukan bahwa jenis ini merupakan jenis yang paling dominan dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang ada. 3. Nilai total manfaat ekonomi mangrove di Desa Dabong adalah sebesar Rp.10 . 637 . 453.28 hathn atau sekitar 3 tiga kali lebih besar jika bandingkan dengan nilai ekonomi tambak yang sebesar Rp.3 . 561 . 772.66 hathn. Hal ini menunjukan bahwa lebih menguntungkan mangrove dibiarkan dalam kondisi lestari daripada dikonversi menjadi tambak. Akan tetapi, jika nilai ekonomi tambak dibandingkan dengan nilai manfaat langsung ekosistem mangrove Rp.2 . 047 . 671.16 hathn, maka nilai ekonomi tambak memiliki nilai yang lebih besar . 4. Pandangan masyarakat terhadap pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Dabong selama ini masih dalam kategori kurang baik 49.1. 5. Akar penyebab permasalahan adanya tambak, pemukimana dan lahan garapan di kawasan hutan lindung mangrove di Desa Dabong selama ini adalah masih 129 lemah dan belum efektif organisasi, struktur kelembagaan batas yuridiksi, property right dan aturan representasi dalam pengelolaan ekosistem mangrove sehinga belum dapat mengontrol berbagai situasi sebagai sumber interdependensi. Hal ini menyebabkan performance yang buruk seperti: 1 lingkungan alam ekositem mangrove yang terancam terdegradasi, 2 potensi konflik sosial yang tinggi, dan 3 kondisi sosial ekonomi masyarakat yang buruk. 6. Alternative solusi untuk mengatasi pemasalahan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Dabong adalah dengan memperbaiki dan memperkuat struktur kelembagaan agar lebih efektif sehingga menghasilkan performance yang lebih baik. Hal ini dilakukan dengan cara: 1 merevisi tapal batas zonasi kawasan hutan lindung mangrove, sehingga tidak ada haklahan masyarakat yang masuk ke dalam kawasan hutan lindung mangrove; 2 memberikan akses terbatas kepada masyarakat untuk tetap dapat mengusahakan budidaya tambak udang sistem silvofishery 80 : 20 dengan aturan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang dituangkan dalam kesepakatan konservasi kontrak sosial.

5.2. Saran