73 Pada lokasi penelitian, fauna akuatik jenis krustacea yang banyak dijumpai
di ekosistem mangrove pesisir Dabong adalah jenis kepiting dan udang seperti, kepiting bakau Scylla serrata, udang putih Panaeus merguiensis, dan udang
rebon Panaeus latisulcatus. Untuk fauna akuatik jenis molusca yang banyak ditemui meliputi kepah Arctica islandica, ale-alekerang pasir Tellina radiate
dan kerang Anadara sp.. Beberapa jenis ikan yang banyak ditemukan adalah ikan belanak Liza melanopetera, kakap Lutjanus sp., kerapu Epinephalus sp.
dan sembilang Plotusus canius. Sedangkan pada terestrial, fauna yang sering dijumpai untuk jenis mamalia
adalah monyet Macaca sp., kelelawar Pteropus sp. dan berang-berang sumatera Lutra sumatrana. Pada lokasi pesisir Dabong ini bahkan terdapat fauna
endemic yaitu kelelawar ladam kalimantan Rhinolophus borneensis. Fauna tersterial jenis burung yang banyak ditemui adalah jenis burung pantai, antara lain
burung blekok Ardeola speciosa, kuntul Egyretta alba, cangak Ardea cinerea, kowak Nycticorax nycticorax, bambangan Ixobrychus sp., sirindit Loriculus
pusillus dan raja udang Halcyon chloris. Fauna teresterial jenis reptilia dan
amphibia yang banyak di temui pada lokasi penelitian antara lain biawak Veranus salvator, kadal Eutropis multifasciata, kadal mangrove Emonia
atrocostata , dan berbagai jenis ular seperti ular bakau Boiga dendrophylla dan
ular air Cerberua rynchopa Lampiran 9.
4.5. Kondisi Fisik Lingkungan Ekosistem Mangrove
Parameter fisik lingkungan mangrove di Desa Dabong yang diamati merupakan paremeter yang sangat mempunyai pengaruh terhadap tumbuh
kembanganya mangrove itu sendiri. Parameter fisik lingkungan mangrove yang di amati terdiri dari suhu air dan lingkungan, pH air dan tanah serta salinitas.
Berdasarkan hasil pengukuran suhu air, suhu udaralingkungan, pH air, pH tanah dan salinitas pada tiap jalur pengamatan dapat dilihat pada Tabel 22.
74 Tabel 22. Sebaran pH, Suhu dan Salinitas di Tiap Jalur Pengamatan
Jalur pH
Suhu ⁰C Salinitas
‰ air
tanah Air udara I 7.25 6.03
28.17 29.00
21.00 II 7.00 5.53
27.21 28.00
16.00 III 7.15 5.95
28.72 29.53
25.88 IV 7.08 5.55
28.10 29.02
23.16 V 6.83 5.51
28.08 28.92
19.08 VI 7.07 5.74
28.46 29.21
18.08
Sumber : Hasil olahan data primer 2009.
4.5. 1. Derajat Keasaman pH Derajat keasaman atau kebasaan pH sangat penting sebagai parameter
kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. Selain itu, ikan dan makhluk-makhluk lainnya hidup pada selang pH
tertentu sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan biota.
Berdasarkan hasil pengkuran di lapangan kisaran pH air dan tanah pada ekosistem mangrove di Pesisir Dabong adalah bekisar antara 6.83 sampai 7.25
untuk pH air dan 5.51 sampai 6.03 untuk pH tanah. pH air tertinggi terdapat pada jalur I dan pH air terendah terdapat pada jalur V. Sedangkan pH tanah tertinggi
terdapat pada jalur I dan pH tanah terendah terdapat pada jalur V Gambar 16.
I II
III IV
V VI
pH air
7.3 7.0
7.2 7.1
6.8 7.1
pH tanah
6.0 5.5
6.0 5.5
5.5 5.7
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0
pH
Gambar 16. Sebaran pH air dan tanah di Lokasi Pengamatan
75
4.5. 2. Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter fisik yang penting sekali dalam pertumbuhan mangrove. Berdasarkan hasil pengukuran suhu lingkunganudara,
dan suhu air pada tiap jalur pengamatan diperoleh kisaran suhu lingkungan di ekosistem mangrove Desa Dabong adalah 28.00
C – 29.21 C, suhu lingkungan
tertinggi yaitu 29.21 C terdapat pada jalur VI dan terendah 28.00
C terdapat pada jalur II. Sedangkan suhu air yang terdapat di lokasi pengamatan berkisar
antara 27.21 C – 28.46
C, suhu air tertinggi yaitu 28.46 C terdapat pada jalur VI,
dan suhu air terendah yaitu 27.21 C terdapat pada jalur II Gambar 17.
Tingginya suhu lingkungan dan suhu air pada jalur VI disebabkan oleh tutupan mangrove yang rendah sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk tinggi.
Suhu lingkungan dan air pada jalur II paling rendah, hal ini dikarenakan wilayah ini merupakan daerah hulu dari sungai Sembuluk yang memiliki tutupan
mangrove cukup padat dan jauh dari laut, sehingga pengaruh udara panas dari laut laut kurang.
I II
III IV
V VI
Suhu air
28.2 27.2
28.7 28.1
28.1 28.5
Suhu udara
29.0 28.0
29.5 29.0
28.9 29.2
26.0 26.5
27.0 27.5
28.0 28.5
29.0 29.5
30.0
Su h
u ⁰
C
Gambar 17. Sebaran suhu pada setiap jalur pengamatan Menurut Aksornkoae 1993, kisaran suhu lingkungan untuk hutan
ekosistem mangrove yang alami berkisar antara 21 - 31
o
C, suhu air berada pada kisaran suhu 28
o
C. Selanjutnya Supriharyono 2000 menambahkan bahwa selain salinitas, suhu air juga merupakan faktor penting yang menentukan kehidupan
tumbuhan mangrove. Suhu pembatas kehidupan mangrove adalah suhu yang
76 rendah dan kisaran suhu musiman. Suhu yang baik untuk kehidupan mangrove
tidak kurang dari 20
o
C, sedangkan kisaran musiman suhu tidak melebihi 5
o
C. Suhu yang tinggi 40
o
C cenderung tidak mempengaruhi pertumbuhan danatau
kehidupan tumbuhan mangrove. 4.5. 3. Salinitas
Mangrove dapat hidup dan tumbuh subur di pesisir dengan kadar salinitas antara 10 - 30 ‰, namun ada beberapa jenis mangrove yang dapat tumbuh pada
kondisi salinatas yang tinggi. Tidak ada ketetapan baku yang mengindikasikan salinitas maksimum air di daerah intertidal interstitial water salinity dimana
mangrove dapat bertahan hidup. Hasil pengukuran di lapangan menunjukan bahwa salinitas perairan berkisar
antara 16 – 25.88 ‰. Salinitas tertinggi yaitu 25.88 ‰ terdapat pada jalur III yaitu di daerah pulau tiga, dan salinitas terendah yaitu 16 ‰ terdapat pada jalur II
yaitu di sungai sembuluk. Tingginya salinitas di jalur III ini dikerenakan daerah ini pulau Tiga merupakan daerah terluar dari daratan pesisir Dabong yang
berhubungan dengan laut. Jalur II sungai sembuluk mempunyai salinitas yang rendah karena jauh dari laut, sehingga limpasan air tawar lebih besar daripada air
laut. Sebaran salinitas pada setiap jalur pengamatan dapat di lihat pada Gambar 18. Menurut Nybakken 1993, fluktuasi salinitas dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai.
I II
III IV
V VI
Salinitas 21.0
16.0 25.9
23.2 19.1
18.1 0.0
5.0 10.0
15.0 20.0
25.0 30.0
Sa li
nit a
s ‰
Gambar 18. Sebaran salinitas pada setiap jalur pengamatan.
77
4.5. 4. Jenis Tanah