39
3.3. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif dan kuantitatif. Metode analisis deskriptif digunakan untuk: 1
mendeskripsikan pengelolaan aktual ekosistem mengrove, 2 mendeskripsikan kondisi pesisir dan sosial ekonomi masyarakat, 3 mendeskripsikan kelembagaan
pengelolaan ekosistem mangrove. Data fisik wilayah dan sosial ekonomi yang diperoleh dari penelitian ditabulasi dan dimasukan dalam tabel kemudian
dideskripsikan. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk: 1 mengetahui potensi
biofisik ekosistem mengrove, 2 mengetahui nilai manfaat ekonomi keberadaan ekosistem mengrove dan tambak. Penentuan alternative program pengelolaan
ekosistem mangrove menggunakan sintesa dari pendekatan analisis kuantitatif dan analisis deskriptif.
3.3.1. Analisis luasan ekosistem mangrove dan tambak
Untuk menghitung luas mangrove yang ada di Desa Dabong digunakan Citra Landsat 7 ETM+ tahun 1991, 2002 dan 2007. Citra Landsat diolah dengan
menggunakan sistem informasi geografis SIG, dengan software yang dipakai adalah Er Mapper 7.0 dan ArcView 3.3 dengan kombinasi warna RGB 542.
Tahapan pengolahan Citra Landsat 7 ETM+ meliputi: 1 koreksi geometrik, 2 koreksi radiometrik, dan 3 intepretasi tutupan lahan mangrove dan tambak
klasifikasi. Analisis spasial ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau deskripsi spasial wilayah pesisir Desa Dabong khususnya untuk melihat
perubahan luasan mangrove dan tambak.
3.3.2. Analisis struktur vegetasi mangrove
Analisis terhadap struktur vegetasi mangrove mengacu pada English et al. 1994 yaitu dengan menghitung kerapatan, frekuensi, penutupan dan indek nilai
penting INP
i
masing-masing species. Analisis ini menggunakan data hasil pengukuran langsung di lapangan, berupa jumlah individu IND, diameter batang
DB, jenis pohon mangrove serta luas dan jumlah petak contoh yang diambil. Untuk melengkapi kajian, maka diukur juga suhu, salinitas, pH dan jenis substrat.
Selanjutnya, data vegetasi mangrove dilakukan analisis sebagai berikut :
40 1.
Kerapatan spesies D
i
, adalah jumlah tegakan spesies i dalam suatu unit area:
A n
D
i i
= D
i
= kerapatan spesies i,
n
i
= jumlah total individu dari spesies i
A = luas area total pengambilan contoh luas total petak contohplot 2.
Kerapatan relatif spesies RD
i
adalah perbandingan antara jumlah tegakan spesies i n
i
dan jumlah total tegakan seluruh spesies ∑n:
100
1
x n
n RD
n i
i i
∑
=
=
3. Frekuensi Spesies F
i
adalah peluang ditemukannya spesies i dalam petak contohplot yang diamati:
∑
=
=
n i
i i
p p
F
1
F
i
= frekuensi spesies i; p
i
= jumlah petak contohplot dimana ditemukan spesies i ∑p =jumlah total petak contoh yang diamati.
4. Frekuensi Relatif Spesies RF
i
adalah perbandingan antara frekuensi spesies F
i
dan jumlah frekuensi untuk seluruh spesies ∑F:
100
1
x F
F RF
n i
i i
∑
=
=
5. Penutupan Spesies C
i
adalah luasan penutupan spesies i dalam suatu unit area:
A Ba
C
n i
i
∑
=
=
1
Ba =
π
DBH
2
4 dalam cm
2
,
π
= konstanta DBH = diameter pohon dari spesies i,
A = luas total pengambilan
contoh
41 6.
Penutupan Relatif Spesies RC
i
adalah perbandingan antara luas area penutupan spesies i C
i
dan luas total area penutupan untuk seluruh spesies
∑C: 100
1
x C
C RC
n i
i i
∑
=
=
7. Nilai Penting Species INP
i
memberikan gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu spesies tumbuhan mangrove dalam komunitas
mangrove. Jumlah nilai kerapatan relatif spesies RD
i
, frekuensi relatif spesies RF
i
dan penutupan relatif spesies RC
i
menunjukkan Nilai Penting Species INP
i
:
i i
i i
RC RF
RD INP
+ +
= Nilai Penting suatu spesies berkisar antara 0 dan 300. Nilai Penting adalah
indeks kepentingan suatu species di dalam komunitasnya. Nilai penting ini memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis
tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove. Nilai Penting Species INP
i
yang rendah pada jenis tertentu mengindikasikan bahwa jenis ini kurang mampu bersaing dengan lingkungan yang ada disekitarnya serta
jenis lainnya.
3.3.3. Analisis nilai manfaat ekonomi ekosistem mangrove