Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Mangrove

12

2.2. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Mangrove

Kusmana et al. 2005 berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor lingkungan yang mendukung ekosistem mangrove struktur, fungsi, komposisi dan distribusi spesies, dan pola pertumbuhan yakni sebagai berikut: 1. Fisiografi pantai Topografi pantai merupakan factor penting yang mempengaruhi karakteristik struktur mangrove, khususnya komposisi spesies, distribusi spesies dan ukuran serta luas mangrove. Semakin datar pantai dan semakin besar pasang surut maka semakin lebar mangrove yang tumbuh. 2. Iklim a. Cahaya Umumnya tanamaan mangrove membutuhkan intensitas cahaya matahari yang tinggi dan penuh, sehingga zona pantai tropis merupakan habitat ideal bagi mangrove. Kisaran intensitas cahaya optimal untuk pertumbuhan mangrove adalah 3000 – 3800 kkalm 2 hari. Pada saat masih kecil semai tanaman mangrove memerlukan naungan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan: − Intensitas cahaya 50 dapat meningkatkan daya tumbuh bibit Rhizopora mucronata dan Rhizophora apiculata. − Intensitas cahaya 75 mempercepat pertumbuhan bibit Bruguiera gymnorrhiza . − Intensitas cahaya 75 meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit Rhizopora mucronata, Rhizophora apiculata dan Bruguiera gymnorrhiza . b. Curah hujan Curah hujan mempengaruhi factor lingkungan seperti suhu air dan udara, salinitas air permukaan tanah yang berpengaruh pada daya tahan spesies mangrove. Dalam hal ini mangrove tumbuh subur di daerah curah hujan rata-rata 1500 – 3000 mmthn. c. Suhu udara Suhu penting dalam proses fisiologi seperti fotosintesis dan respirasi. Mangrove yang terdapat dibagian Timur Pulau Sumatera tumbuh pada 13 suhu rata-rata bulanan dengan kisaran dari 26.3 C pada Bulan Desember sampai dengan 28.7 C. Hutching dan Saenger 1987 in Kusmana et al. 2005 mendapatkan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan mangrove yaitu: Avicennia marinna tumbuh baik pada suhu 18–20 C, Rhizophora stylosa, Criops spp., Exceocaria agallocha dan Lumnitzera racemosa pertumbuhan daun segar tertinggi dicapai pada suhu 26–28 C, suhu optimum Bruguiera spp. 27 C, Xylocarpus spp. berkisar antara 21– 26 C dan Xylocarpus granatum 28 C. Pertumbuhan mangrove yang baik memerlukan suhu rata-rata minimal lebih besar dari 20 C dan perbedaan suhu musiman tidak melebihi 5 C kecuali di Afrika Timur dimana perbedaan suhu musiman mencapai suhu 10 C. d. Angin Angin berpengaruh terhadap gelombang dan arus pantai, yang dapat menyebabkan abrasi dan mengubah struktur mangrove, meningkatkan evapotranspirasi dan angin kuat dapat menghalangi pertumbuhan dan menyebabkan karakteristik fisiologis abnormal, namun demikian diperlukan untuk proses polinasi dan penyebaran benih tanaman. 3. Pasang surut Pasang surut menentukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove. Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang merupakan salah satu factor yang membatasi distribusi spesies mangrove terutama distribusi horizontal. Pada area yang selalu tergenang hanya Rhizophora mucronata yang tumbuh baik, sedang Bruguiera spp., dan Xylocarpus spp. jarang mendominasi daerah yang sering tergenang. 4. Gelombang dan arus Gelombang pantai yang dipengaruhi angin dan pasut merupakan penyebab penting abrasi dan suspensi sedimen. Pada pantai berpasir dan berlumpur, gelombang dapat membawa partikel pasir dan sedimen laut. Partikel besar atau kasar akan mengendap terakumulasi membentuk pantai pasir. Mangrove akan tumbuh pada lokasi yang arusnya tenang. 14 5. Salinitas Salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor penting dari pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Tumbuhan mangrove tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppt. beberapa spesies dapat tumbuh di daerah dengan salinitas yang tinggi. Di Australia dilaporkan Aviecennia marina dan Exceocaria agallocha dapat tumbuh di daerah dengan salinitas maksimun 63 ppt, Ceriops spp. pada 72 ppt, Sonneratia spp. pada 44 ppt, Rhizophora artikulata pada 65 ppt dan Rhizophora stylosa pada 74 ppt. Mangrove merupakan vegetasi yang bersifat salt-tolerant bukan salt- dimanding , oleh karena mangrove dapat tumbuh secara baik di habitat air tawar. Kebanyakan mangrove tumbuh di habitat maritim mungkin disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: a penyebaran bijipropagul mangrove terbatas oleh daya jangkau pasang surut, b anakan mangrove kalah bersaing dengan tumbuhan darat, dan c mangrove dapat mentoleransi kadar garam. Zonasi mangrove berdasarkan salinitas, menurut De Hann 1931 in Bengen 2004 dibagi sebagai berikut: a. Zona air payau hingga air laut dengan salinitas pada waktu terendam air pasang berkisar antara 10-30 ppt: − Area yang terendam sekali atau dua kali sehari selama 20 hari dalam sebulan hanya Rhizophora mucronata yang masih dapat tumbuh. − Area yang terendam 10-19 kalibln, ditemukan Avicennia Avicennia alba, Avicennia marina , Sonneratia sp. dan didominasi oleh Rhizophora sp. − Area yang terendam kurang dari 9 kalibulan, ditemukan Rhizophora sp., Bruguiera sp. − Area yang tergenang hanya beberapa kali dalam setahun jarang, Bruguiera gymnorrhiza dominan dan Rhizophora apikulata masih dapat hidup. b. Zona air tawar hingga relatif air payau, dimana salinitas berkisar antara 0- 10 ppt: - Area yang kurang lebih masih di bawah pengaruh pasang surut, terdapat asosiasi Nipah Nypa fruticans. 15 - Area yang terendam secara musiman, didominasi oleh Hibiscus. 6. Oksigen terlarut Oksigen terlarut sangat penting bagi eksistensi flora dan fauna mangrove terutama dalam proses fotosintesis dan respirasi dan percepatan dekomposisi serasah sehingga konsentrasi oksigen terlarut berperan mengontrol distribusi dan pertumbuhan mangrove. Konsentrasi oksigen terlarut bervariasi menurut waktu, musim, kesuburan dan organisme akuatik. Konsentrasi oksigen terlarut harian tertinggi dicapai pada siang hari dan terendah pada malam hari. Konsentrasi oksigen terlarut di mangrove berkisar antara 1.7-3.4 mgl, lebih rendah di banding diluar mangrove yang besarnya 4.4 mgl. 7. Tanah Tanah mangrove dibentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari pantai dan erosi hulu sungai. Mangrove terutama tumbuh pada tanah lumpur, namun berbagai jenis mangrove dapat tumbuh di tanah berpasir, koral, tanah berkerikil bahkan tanah gambut. 8. Nutrien Nutrient mangrove dibagi atas nutrien in-organik dan detritus organic. Nutrien in-organik penting adalah N dan P jumlahnya sering terbatas, serta K, Mg dan Na selalu cukup. Sumber nutrient in-organik adalah hujan, aliran permukaan, sedimen, air laut dan bahan organic yang terdegradasi. Detritus organic adalah nutrient organic yang berasal dari bahan-bahan biogenic melalu beberapa tahap degradasi microbial. Detritus organic berasal dari authochthonus fitoplankton, diatom, bakteri, algae, sisa organisme dan kotoran organisme dan allochthonus partikulat dari air, limpasan sungai, partikel tanah dari pantai dan erosi tanah, serta tanaman dan hewan yang mati di zona pantai dan laut. 9. Proteksi Mangrove berkembang baik di daerah pesisir yang terlindungi dari gelombang yang kuat yang dapat menghempaskan anakan mangrove. Daerah yang dimaksud dapat berupa laguna, teluk, estuaria, delta, dan lain-lain. Beberapa ahli ekologi mangrove berpendapat bahwa faktor-faktor lingkungan 16 yang paling berperan dalam pertumbuhan mangrove adalah tipe tanah, salinitas, drainase dan arus yang semuanya diakibatkan oleh kombinasi pengaruh fenomena pasang surut dan ketinggian tempat dari rata-rata muka air laut.

2.3. Zonasi dan Struktur Vegetasi Ekosistem Mangrove