44
4.3.4 Sistem Persediaan Permintaan Tidak Bebas
Sistem persediaan permintaan tidak bebas sangat luas penggunaannya. Sejak diperkenalkan pada tahun 1920an, sistem persediaan permintaan
berkembang menjadi berharga dan fleksibel bagi manajemen. Meskipun demikian, dalam beberapa hal, khususnya pada sekumpulan proses produksi
batch production, sistem persediaan permintaan bebas tidak mampu bekerja dengan baik.
Pada batch production, misalkan untuk membuat suatu meja, dibutuhkan satu papan atastop, dan empat kaki legs. Ketika persediaan bahan baku untuk
satu papan telah jadi, dan telah dibuat menjadi papan atas standar untuk meja tersebut, namn proses pengerjaan untuk menjadi barang jadi, harus menunggu
ketersediaan empat kaki meja standar untuk meja tersebut. Perusahaan harus menyeimbangkan kebutuhan bahan baku untuk top dan legs. Dengan demikian,
permintaan akan bahan baku untuk top dan legs, menjadi tidak berdiri masing- masing, melainkan berhubungan dengan perencanaan produksi.
Sehingga dengan demikian, dapat disimpulkan suatu kesimpulan mengenai pendekatan sistem persediaan permintaan bebas dan tidak bebas. Sistem
persediaan permintaan bebas ditujukan untuk barang jadi, sedangkan sistem persediaan permintaan tidak bebas ditujukan untuk bahan baku dan barang dalam
proses. Model pada sistem persediaan tidak bebas terdiri dari dua jenis yaitu Material Requirements Planning
MRP, dan Just In Time JIT. 1.
Material Requirement Planning MRP Perusahaan harus merencanakan produksi di masa datang. Perencanaan
biasanya adalah suatu proses yang melibatkan sebuah hirarki keputusan seperti pada Gambar 9.
Perencanaan dimulai dengan suatu peramalan jangka panjang contohnya peramalan permintaan, peramalan harga dari perusahaan dan memastikan bahwa
kapasitas perusahaann tersedia untuk memeuhi permintaan melalui suatu perencanaan strategis. Kemudian seluruh kapasitas perusahaan dibagi-bagi untuk
memproduksi produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan melalui perencanaan kapasitas. Perencanaan strategis dan peramalan jangka panjang dari
agregat perusahaan menjadi landasan dai perencanaan kapasitas. Kemudian
45 perencanaan kapasitas akan memberikan masukan juga bagi perencanaan agregat.
Perencanaan agregat tentunya harus dijabarkan melalui master schedule. Master schedule selanjutnya akan dijabarkan lagi kedalam perencanaan persyaratan
material atau Material Requirement Planning MRP, dan jadwal produksi jangka pendek.
Gambar 9.
Hirarki Proses Perencanaan Produksi
Sumber : Waters 1992
MRP menggunakan sebuah master schedule untuk memberikan taksiran akurat permintaan untuk jenis persediaan yang diperlukan ole produksi. Tahapan
pertama adalah menjabarkan master schedule dengan menggunakan bill of materials
. Bill of materials adalah suatu daftar pesanan untuk semua kebutuhan Perencanaan Strategis
Peramalan Permintaan Jangka
Panjang
Perencanaan Kapasitas
Perencanaan Agregat
Master Schedule
Jadwal Produksi Jangka Pendek
Material Requirement Planning
MRP
46 produksi yang dibutuhkan untuk membuat bagian dalam suatu produk akhir. Bill
of materials ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Bill of Materials
untuk Meja Sebagai contoh
Sumber : Waters 1992
Terdapat suatu pemisalan untuk menjelaskan proses MRP berdasarkan Gambar 10. Misalkan, the master schedule “memerintahkan” bahwa enam meja
harus dibuat awal permulaan minggu Juni tanggal 20. Dapat disimpulkan melalui bill of materials, untuk membuat satu meja dibutuhkan satu top, dan empat leg,
sehingga untuk membuat enam meja, dibutuhkan enam top, dan 24 legs. Dalam kenyataannya, beberapa bagian mungkin sudah tersedia sebagai persediaan
existing stock and work in progress, sehingga manajer perlu menggunakan master schedule dan bill of materials untuk menghitung kebutuhan bruto gross
requirements , dari persediaan bruto gross stocks, sehingga dapat dibuat
perincian untuk kebutuhan material bersih net requirement of materials. Terdapat juga suat kemungkinan bahwa kebutuhan material bersih ada yang sudah
dipesan dahulu sebelumnya scheduled receipts, dan akan tiba untuk mencukupi kebutuhan material bersih net requirement of materials, sehingga dilakukan
Meja
Top 1 Legs 4
Paku Kayu
1 Kayu
4 Paku
Papan Oak Inset Pinus
Level 0
Level 1
Level 2
47 pemesanan terhadap persediaan yang masih kurang mencukupi untuk kebutuhan
material bersih. Kemudian dengan menggunakan informasi pemesanan Standard Order Information
juga, akhirnya diperoleh keputusan yang tepat untuk pemesanan yaitu waktu dan kuantitas pesanan Time and Quantities Orders.
Proses MRP dapat disimpulkan seperti pada Gambar 11.
Gambar 11. Proses MRP
Sumber : Waters 1992
MRP ada keuntungan dan kelemahannya juga. Keuntungan MRP adalah dapat mengurangi tingkat persediaan sebagai dampaknya yaitu memperoleh
keuntungan atau savings di modal, ruang, pergudangan, dan lain-lain, perputaran persediaan menjadi tinggi, layanan terhadap konsumen meningkat karena lebih
sedikit penundaan yang disebabkan oleh kekurangan persediaan, lebih handal dan cepat dalam waktu pengantaran jenis persediaan ke perusahaan. Sebagai
kelemahan MRP yaitu MRP tidak bisa bekerja jika 1 tidak terdapat master schedule
; 2 master schecule tidak akurat; 3 rencana yang dibuat sering berubah; 4
perencanaan yang dibuat tidak mampu untuk mengantisipasi Master
Schedule Gross Requirements of
Materials
Net Requirements of Materials
Scheduled Receipts
Materials to Order
Time and Quantities of Orders
Bill Materials
Existing Stock and Work In Progress
Standar Order Information
48 kemungkinan terjadinya masalah-masalah di yang akan datang. Asumsi yang
digunakan oleh MRP adalah seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. Rumusan Asumsi Model MRP
Asumsi MRP
Permintaan diketahui dari perencanaan produksi, dan Demand mudah untuk dipastikan
V Banyak jenis barang tunggal yang dihitung nilai pesanan optimal
V Semua biaya diketahui dengan pasti dan tidak berubah-ubah
V Tidak boleh ada kekurangan persediaan
V Waktu tunggu nol, dan dapat pula menjadi ada pengantaran barang
dari supplier cepat V
Pemenuhan kembali persediaan seketika itu juga instan V
Masing-masing jenis barang persediaan adalah tergantung pada jumlah barang lain dependent
V Permintaan
bahan baku
spesifik dan
telah ditentukan
penggunaannya V
Sumber : Waters 1992, diolah
Format yang akan digunakan pada sistem MRP Waters, 1992 seperti pada Tabel 10.
Tabel 10.
Format MRP Level 0 untuk contoh – Produk A
Periode 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10
Kebutuhan Kotor Persediaan di tangan
Kebutuhan bersih Rencana
Penerimaan Pesanan
Rencana Pelaksanaan
Pesanan
Sumber : Waters 1992
Langkah-langkah pengisian Tabel 10 yaitu sebagai berikut: 1.Menentukan kebutuhan kotor yang merupakan rencana pemakaian bahan baku
perusahaan yang telah ditentukan sebelumnya pada saat penjadwalan produksi. 2. Menghitung persediaan di tangan yaitu persediaan di awal yang ada untuk satu
periode. Apabila tidak terdapat kebutuhan bersih dan rencana penerimaan pesanan pada periode tersebut, maka besarnya persediaan di tangan pada suatu
49 periode adalah sebesar persediaan di tangan periode sebelumnya dikurangi
kebutuhan kotor. Apabila terdapat kebutuhan bersih dan rencana penerimaan pesanan pada periode tersebut, maka persediaan di tangan untuk suatu periode
adalah sebesar rencana penerimaan pesanan periode tersebut ditambah persediaan di tangan periode sebelumnya dikurangi kebutuhan kotor periode
tersebut. 3. Menghitung kebutuhan bersih yati kebutuhan bahan baku yang tidak dapat lagi
dipenuhi oleh persediaan perusahaan. Apabila persediaan di tangan suatu periode lebih besar daripada kebutuhan kotor, maka tidak terdapat kebutuhan
bersih untuk periode tersebut. Tetapi jika persediaan di tangan lebih kecil dari kebutuhan suatu periode maka kebutuhan bersih untuk periode tersebut sebesar
kebutuhan periode tersebut dikurangi persediaan di tangan periode sebelumnya.
4. Menentukan rencana penerimaan pesanan yaitu besarnya bahan baku yang akan diterima pada periode tertentu berdasarkan pemesanan yang telah dilakukan
sebelumnya. 5. Membuat rencana pelaksanaan pesanan yaitu besarnya pesanan yang
direncanakan perusahaan pada suatu periode dengan harapan akan diterima perusahaan tepat pada saat dibutuhkan atau pada saat rencana penerimaan
pesanan. Rencana pelaksanaan pesanan besarnya sama dengan penerimaan pesanan, hanya periode pelaksanaannya yang berbeda yaitu sebelum rencana
penerimaan pesanan. 2.
Just In Time JIT Sistem persediaan permintaan tidak bebas merumuskan permintaan masa
depan dari suatu master schedule. MRP membantu dalam membuat keputusan dalam pengendalian persediaan,bagaimana perencanaan persyaratan atau
kebutuhan persediaan MRP mengontrol persediaan yang dibutuhkan untuk mendukung produksi. MRP didasarkan pada sistem komputer yang terintegrasi
untuk mengontrol semua aspek produksi dan persediaan. Selanjutnya terdapat model lain untuk sistem persediaan permintaan tidak bebas, yaitu Just In Time
JIT. JIT memandang bahwa persediaan adalah suatu sumber pemborosan. JIT
bertujuan utama untuk menghilangkan persediaan yang terjadi pada proses
50 produksi. Dampaknya adalah, pada JIT persediaan harus benar-benar dihilangkan,
atau setidaknya dibuat seminimal mungkin. JIT memiliki syarat mutlak yang membatasi penggunaannya. Syarat JIT adalah diantaranya 1 kondisi lingkungan
yang stabil; 2 produk standar dengan sedikit varian; 3 Produksi yang kontinu pada tingkat yang tetap; 4 otomatis, produksi menggunakan volume besar; 5
proses terpenuhi dengan sumber daya yang cukup; 6 peralatan produksi yang handal; 7 persediaan minimum; 8 waktu tunggu yang pendek; 9 pemasok
yang handal; 10 kualitas persediaan yang konsisten; 11 tenaga kerja fleksibel; 12 Pelatihan dan penghargaan yang wajar dan adil bagi pekerja; 13 mampu
mengatasi segala permasalahan. Selanjutnya, terdapat perbedaan tingkat persediaan antara sistem
persediaan permintaan bebas, MRP, dan JIT. Sistem persediaan permintaan bebas mengijinkan ketidakseimbangan permintaan dan penawaran dengan memastikan
bahwa persediaan cukup banyak untuk menangani permintaan yang diperkirakan. Dalam hal ini, bagaimanapun, sistem persediaan permintaan bebas menyediakan
persediaan yang cukup banyak. MRP dengan menggunakan master schedule untuk menyesuaikan kesediaan persediaan sesuai dengan permintaan. Semakin
dekat ketersediaan persediaan dengan permintaan, maka akan semakin sedikit persediaan yang dibutuhkan. Selanjutnya bila benar-benar ketersediaan persediaan
tepat disesuaikan dengan permintaan, maka persediaan pun akan terhilangkan. Model yang bertujuan utama mengeliminasi persediaan tersebut itulah yang
disebut JIT. Perbedaan asumsi MRP dengan JIT adalah seperti yang tertera pada Tabel 11.
Tabel 11. Rumusan Asumsi MRP dan JIT
Asumsi MRP
JIT
Permintaan diketahui dari perencanaan produksi, relatif tidak tetap V
X relatif
tetap Banyak jenis barang tunggal yang dihitung nilai pesanan optimal
V V
Semua biaya diketahui dengan pasti dan tidak berubah-ubah V
V Tidak boleh ada kekurangan persediaan
V V
Waktu tunggu nol, dan dapat pula menjadi ada pengantaran barang dari supplier
cepat V
V Pemenuhan kembali persediaan seketika itu juga instan
V V
Masing-masing jenis barang persediaan adalah tergantung pada jumlah barang lain dependent, dan uang yang telah dibayarkan kepada supplier
tidak bisa digantikan ke jenis barang lainnya dalam suatu waktu pemesanan. V
V
Sumber : Waters 1992
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan