Model Peramalan Manajemen persediaan usaha adenium: studi kasus PT.Godongijo Asri, Depok, Jawa Barat

mengalami kekurangan persediaan dalam memenuhi demand atau permintaan. Hal tersebut dapat dilihat pada jumlah pesanan yang sebesar 69 pot , dan menyimpan safety stock 185 pot, sedangkan di sisi lain STDEV permintaan per bulan mencapai 225 unit.

7.6 Model Peramalan

Menurut model peramalan permintaan dengan menggunakan analisis time series dengan metode dekomposisi, jumlah permintaan pada tahun 2009 diperkirakan sebesar 8.164 pot adenium kelas A. Biaya total persediaan adenium 2009 dihitung menurut EOQ klasik. Perhitungan peramalan penjualan adenium grade A pada tahun 2009 menurut analisis time series dengan metode dekomposisi dapat dilihat pada Lampiran 8. Biaya persediaan adenium menurut model peramalan yaitu sebesar Rp 1.978.100,- seperti pada Tabel 26. Tabel 26. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Bonggol Adenium grade A Pada Model Peramalan dengan Menggunakan Metode EOQ Klasik pada PT.Godongijo Asri Tahun 2009 Variabel Notasi Nilai Waktu Pemesanan Hari 13 Frekuensi Kali 1 32 Jumlah Pesanan PotPesanan 2 260 Biaya Pesanan RpPesanan 3 31.200 Biaya Penyimpanan RpPotTahun 4 7.536 Biaya Total Pesanan 5 = 1 x 3 998.400 Biaya Total Penyimpanan 6 = 2x4x0,5 979.700 Biaya Total Persediaan 7 = 5 + 6 1.978.100 Metode peramalan memiliki kelemahan, yaitu nilai proyeksi permintaan akan semakin menurun mengikuti trend. Padahal image perusahaan sebagai trend setter adenium, tidak menginginkan adanya permintaan yang kosong untuk adenium. Oleh karena itu, metode peramalan juga mempunyai kelemahan, karena 90 metode peramalan hanya melihat kecenderungan dari nilai penjualan. Bila semakin turun, maka peramalan juga akan diproyeksikan menurun, bahkan hingga mencapai nilai negatif. Proyeksi peramalan yang negatif akan menyulitkan perusahaan dalam penentuan target penjualan. 7.7 Model Material Requirement Planning MRP Model Material Requirement Planning MRP tidak bisa dilakukan pada manajemen persediaan adenium terkait dengan persediaan bahan baku adenium. Hal tersebut dikarenakan asumsi yang pada MRP yaitu kebutuhan bahan baku spesifik dan telah ditentukan penggunaannya tidak terpenuhi. Kebutuhan bahan baku pada tanaman hias tidak spesifik, dan tidak dapat ditentukan penggunaannya. MRP dimulai dari kegiatan penyusunan master schedule. Master schedule diperoleh dari perencanaan produksi. Perusahaan menyusun perencanaan produksi tahunan yang mengacu pada target penjualan tahunan adenium. Misal master schedule yang akan dibahas adalah master schedule untuk kelas A. Selanjutnya master schedule tahunan tersebut, yang hanya akan dibahas adalah master schedule untuk suatu bulan tertentu, dan untuk varietas tertentu. Sebagai contoh master schedule untuk bulan April, untuk kelas A, varietas Eye of The Storm, dan Teamo. Misalkan menurut master schedule, produksi kelas A, Eye of The Storm, bulan April, akan diproduksi Eye of The Storm kelas A sebanyak 50 unit, dan Teamo sebanyak 100. Bill of materials adenium yaitu untuk memproduksi satu adenium dibutuhkan satu bonggol adenium. Oleh karena itu dibutuhkan adenium sebanyak 150 bonggol pada bulan April, sebagai Gross Requirements of materials. Kemudian existing stock and work in progress, dapat diasumsikan nol, karena tidak ada diasumsikan kegiatan produksi pada bulan- bulan sebelumnya telah terpenuhi dengan baik sesuai dengan rencana produksi, maka nilai gross requirements of materials akan sama dengan nilai net requirements of materials, yaitu senilai 150 bonggol. Selanjutnya pada penghitungan materials to order akan ditemukan kendala, yaitu mengenai jumlah sebenarnya yang akan dipesan. Hal ini dikarenakan 150 bonggol adenium yang dibutuhkan untuk memenuhi adenium 91 sebenarnya dapat dipenuhi dari bonggol adenium dari varietas lama yang tidak laku terjual, atau yang sudah tidak dirilis lagi. Sehingga materials to order dapat menjadi nol, padahal net requirements of materials sama sebesar 150 bonggol. Sebenarnya nilai existing stock and work in progress tidak dapat diketahui dengan pasti. Karena stock bonggol adenium kelas A yang sudah tidak dirilis lagi, misalkan peterpan dan serena, yang masing-masing berjumlah 100, dapat digunakan untuk dirilis lagi menjadi varietas baru, misal eye of the storm dan teamo, tanpa perlu dispesifikasikan, dan ditujukan penggunaannya. Oleh karena bonggol, bersifat dapat digunakan untuk varietas manapun tanpa ada spesifikasinya, maka perhitungan existing stock and work in progress menjadi sulit ditentukan, dan dengan demikian net requirements of materials dan materials to order menjadi sulit juga untuk ditentukan. Proses MRP pada adenium dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Proses MRP pada Adenium

7.8 Model Just In Time JIT