Uraian Jumlah
Rata-Rata Volume Pembelian Bonggol Grade A Pot
340 Biaya opportunity bonggol grade A
RpPotbulan 628
Biaya opportunity bonggol grade A Per Tahun RpPotTahun
7.536 Biaya Penyimpanan bonggol grade A
Per Tahun 1.281.120
Biaya persediaan bonggol grade A merupakan penjumlahan antara biaya pemesanan kembali bonggol grade A dengan biaya penyimpanan bonggol grade
A. Biaya pemesanan kembali bonggol grade A GIA pada tahun 2009 sebesar Rp 93.600,- dan biaya penyimpanan bonggol grade A sebesar Rp 213.500,-.
Dengan demikian, biaya persediaan bonggol grade A GIA pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 1.374.720,- Tabel 17.
Tabel 17. Biaya Persediaan Bonggol Grade A PT.Godongijo Asri Tahun 2009 Uraian
Jumlah Rp
Biaya Pemesanan Kembali 93.600
Biaya Penyimpanan 1.281.120
Biaya Persediaan 1.374.720
6.9 Evaluasi Terhadap Manajemen Persediaan yang dilakukan GIA
Evaluasi terhadap manajemen persediaan yang dilakukan GIA , yang dibahas pada bab enam ini berkaitan dengan evaluasi terhadap kegiatan
manajemen persediaan adenium yang dilakukan GIA, yaitu perencanaan input, pengadaan input, pemeliharaan persediaan, pengendalian persediaan, dan
pencatatan administrasi mengenai persediaan.
Perencanaan input adenium yang akan dianalisis adalah input bonggol. Hal ini dikarenakan bonggol merupakan input utama adenium, selain entres. Entres
tidak dapat dianalisis lebih lanjut perencanaan dan pengadaannya dalam jumlah kuantitas, karena keterbatasan data.
Perencanaan bonggol adenium berlandaskan perencanaan produksi adenium, perencanaan produksi berlandaskan pada target penjualan. Sebagai salah
78
satu bahan evaluasi terhadap proses manajemen persediaan yang terjadi selama satu tahun, dapat dilihat pada penjualan adenium dengan target penjualan. Target
penjualan tidak dapat diperoleh karena keterbatasan akses informasi. Namun demikian, informasi mengenai perencanaan bonggol dapat diketahui. Perencanaan
bonggol dapat dijadikan suatu bayangan mengenai target penjualan. Kegiatan perencanaan tidaklah selalu sama dengan kegiatan realisasi. Hal tersebut juga
terjadi pada perencanaan bonggol adenium. Data penjualan adenium, perencanaan input bonggol, realisasi pengadaan input bonggol dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Penjualan Adenium, Perencanaan Bonggol , dan Realisasi Pengadaan Bonggol Adenium
Ket Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Agu Sep
Okt Nov
Des Jum
A Pj
785 569
599 752
355 215
195 915
730 520
614 703
6952 Pr
250 750
700 1700
Re 50
282 689
1021 Selisih Perencanaan Bonggol dengan Penjualan Adenium terhadap Penjualan Adenium
- 76 Selisih Perencanaan Bonggol dengan Realisasi terhadap Perencanaan Bonggol
40 B
79
Pj 330
71 177
111 23
40 52
343 307
94 150
167 1865
Pr 300
300 Re
215 215
Selisih Perencanaan Bonggol dengan Penjualan Adenium terhadap Penjualan Adenium -84
Selisih Perencanaan Bonggol dengan Realisasi terhadap Perencanaan Bonggol 28
C Pj
3 1
3 1
1 9
Pr Re
Selisih Perencanaan Bonggol dengan Penjualan Adenium terhadap Penjualan Adenium -100
Selisih Perencanaan Bonggol dengan Realisasi terhadap Perencanaan Bonggol D
Pj 1
9 2
1 7
1 10
1 1
3 1
37 Pr
Re Selisih Perencanaan Bonggol dengan Penjualan Adenium terhadap Penjualan Adenium
-100 Selisih Perencanaan Bonggol dengan Realisasi terhadap Perencanaan Bonggol
E Pj
10 5
5 5
6 1
1 33
Pr 3
3 Re
1 1
Selisih Perencanaan Bonggol dengan Penjualan Adenium terhadap Penjualan Adenium -99
Selisih Perencanaan Bonggol dengan Realisasi terhadap Perencanaan Bonggol 66
Ket : Pj : Penjualan adenium Pr : Perencanaan pembelian bonggol
Re : Realisasi pembelian bonggol
Berdasarkan Tabel 18, jumlah bonggol yang direncanakan untuk dipesan selalu berada di bawah nilai penjualan lihat kembali pada Tabel 13. Hal ini
dikarenakan sisa bonggol yang cukup banyak pada tahun akhir tahun 2008, yaitu sebesar 13.547 bonggol A, 2.739 bonggol B, 551 bonggol C, 551 kelas D, dan 143
bonggol E. Sisa bonggol pada akhir tahun 2008 besar dikarenakan pemesanan bonggol di tahun-tahun sebelumnya tinggi, sedangkan penjualan adenium
cenderung menurun tiap tahunnya. Oleh karena itu terjadi penumpukan persediaan adenium.
Nilai negatif pada perencanaan bonggol dengan penjualan adenium terhadap penjualan adenium menunjukkan bahwa adanya pemakaian stok lama
yang digunakan dalam penjualan. Nilai persentase merupakan persentase banyaknya penjualan yang didukung oleh stok lama. Dengan demikian sebanyak
76 persen dari penjualan kelas A, didukung oleh stok lama, 84 persen dari penjualan kelas B didukung oleh stok lama, 100 persen dari penjualan kelas C dan
D didukung oleh stok lama, dan 99 persen dari penjualan kelas E didukung oleh stok lama.
Nilai persentase yang besar, menunjukkan bahwa memang dalam perencanaan input pada tahun 2009, GIA mengandalkan sebagian besar penjualan
dengan menggunakan stok lamanya. Stok bonggol lama dapat digunakan untuk
80
menghasilkan varietas adenium lainnya yang sedang tren . Karena proses produksi untuk menghasilkan varietas adenium lainnya yang sedang tren dengan
menggunakan proses penyambungan atau grafting, dengan mengganti entres lama dengan entres yang sedang tren .
Nilai persentase negatif yang cukup besar pada selisih perencanaan bonggol dengan penjualan adenium terhadap penjualan adenium
mengidentifikasikan kemungkinan biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan lebih kecil dari metode EOQ. Karena dalam metode EOQ, pemesanan kuantitas
optimumnya melandaskan pada keseluruhan jumlah permintaan, tanpa menghitung jumlah persediaan yang ada sebelumnya.
Perencanaan dan pengadaan input memiliki selisih 40 persen untuk kelas A, 28 persen untuk kelas B, 0 persen untuk kelas C dan kelas D, serta 66 persen
untuk kelas E. Hal tersebut mengindikasikan bahwa target penjualan yang ditetapkan perusahaan sebelumnya lebih tinggi daripada pencapaian penjualan.
Terdapat pekerjaan yang sia-sia yang dilakukan oleh supervisor produksi. Supervisor produksi telah merencanakan sejumlah bonggol yang dibutuhkan,
namun jumlah bonggol yang diminta, dapat ditolak atau dikurangi oleh bagian keuangan. Sebaiknya manajer keuangan saja yang merencanakan pengadaan
input. Supervisor produksi hanya menyediakan data stock opname saja kepada manajer keuangan.
Jumlah persediaan menjadi penting sebagai informasi dalam manajemen persediaan. Jumlah persediaan tanaman dicatat keluar masuknya baik dari dan
kedalam kebun produksi maupun dari dan kedalam showroom. Pencatatan atau kegiatan administrasi adenium dinilai masih kurang rapih. Hal tersebut
dikarenakan belum adanya karyawan yang bekerja penuh pada administrasi keluar masuk barang dari dan ke kebun produksi. Data-data keluar masuk barang dari
dan ke kebun produksi, ataupun kematian adenium tidak diinput setiap hari ke dalam komputer perusahaan, sehingga informasi mengenai persediaan setiap hari
di kebun produksi relatif tidak ada, sedangkan di sisi lain informasi mengenai persediaan setiap hari di kebun produksi dapat membantu keputusan manajemen
dalam kegiatan usaha adenium.
81
Kegiatan pemeliharaan, dinilai cukup baik, pemeliharaan di show room juga dilakukan oleh bagian produksi, dan karyawan show room juga
bertanggungjawab akan pemeliharaan adenium. Selain itu pula, terdapat punishment pengurangan bonus kepada karyawan, karena kerusakan tanaman.
Oleh karena itu, karyawan lebih bertanggungjawab kepada tanaman. Kegiatan pengendalian persediaan perusahaan dari sisi pengendalian
perencanaan yaitu dilakukan oleh bagian keuangan, dinilai sudah cukup baik. Hal tersebut dikarenakan bagian keuangan yang tahu jumlah penjualan tanaman hias
keseluruhan perusahaan, dan bagian keuangan juga tahu jumlah stok keseluruhan tanaman hias, tak hanya adenium. Selain itu, kegiatan pengendalian berupa stock
opname sebulan sekali juga dinilai wajar, karena sifat adenium yang tahan lama. Pengembangan penjualan adenium melalui paket-paket wisata ataupun melalui
harga diskon juga dinilai baik. Hal tersebut, selain dapat mengurangi kecenderungan persediaan yang menumpuk, pendapatan perusahaan pun akan
tetap terjaga. Secara umum, persediaan adenium yang cenderung menumpuk dinilai masih wajar. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan GIA yang
menjadi tren setter adenium dari tahun 2003, dan mampu menambah unit bisnis yang dijalankan GIA hingga saat ini.
82
VII ANALISIS BIAYA PERSEDIAAN MODEL IDEAL
7.1 Model EOQ Klasik