Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Definisi Operasional

4.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung observasi, wawancara langsung dan pengisian kuisioner yang diajukan kepada responden. Data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku, majalah pertanian, jurnal penelitian, internet, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP3K Wilayah Cibinong Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistika, perpustakaan, dan instansi lainnya yang membantu untuk ketersediaan data.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung observasi dan metode kuisioner angket yang diisi langsung oleh peneliti sesuai dengan hasil wawancara yang diperoleh dari responden. Pengamatan langsung dilakukan dengan mengamati proses terjadinya beberapa kegiatan budidaya dan kegiatan pemasaran yang berlangsung di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara dengan para petani ubi kayu anggota Gapoktan Sukaraharja, pemilik, dan pekerja dari pengolah tapioka. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kegiatan usahatani dan pemasaran ubi kayu, serta kegiatan pengolahan yang dilakukan oleh pengolah tapioka.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum tentang Gapoktan Sukaraharja, usahatani, pemasaran ubi kayu, dan kegiatan pengolahan yang dilakukan oleh pengolah tapioka di Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis pendapatan usahatani, R-C rasio, farmer’s share, dan nilai tambah. Analisis pendapatan usahatani dan R-C rasio dianalisis berdasarkan status pengusahaan lahan, yaitu petani pemilik dan 35 petani penggarap. Semua analisis kuantitatif dihitung dengan menggunakan alat bantu berupa kalkulator dan microsoft office excel 2007.

4.5.1. Analisis Keragaan Usahatani Ubi Kayu

Keragaan usahatani dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menggambarkan keragaan usahatani ubi kayu yang dilakukan oleh petani ubi kayu anggota Gapoktan Sukaraharja di Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan yang digambarkan adalah penggunaan sarana produksi, alat-alat pertanian, dan sistem budidaya ubi kayu.

4.5.2. Analisis Usahatani

Pendapatan usahatani ubi kayu dianalisis berdasarkan status pengusahaan lahan yaitu pendapatan petani pemilik dan pendapatan petani penggarap. Menurut Soekartawi 2002, penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Perhitungan penerimaan, total biaya dan pendapatan usahatani dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut : Keterangan: TR = Total penerimaan usahatani Rp TC = Total biaya usahatani Rp P = Harga output RpKg Q = Jumlah output Kg Π = Pendapatan atau keuntungan Rp Biaya penyusutan perlu diperhitungkan karena usahatani ubi kayu menggunakan peralatan pertanian dalam aktivitasnya. Biaya penyusutan alat-alat yang digunakan dalam usahatani ubi kayu dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Metode ini digunakan dengan asumsi nilai sisa dianggap nol. TR = P x Q TC = biaya tunai + biaya diperhitungkan Π atas biaya tunai = TR tunai – biaya tunai Π atas biaya total = TR – TC 36 Rumus yang digunakan dalam menghitung biaya penyusutan yaitu : Keterangan: Nb = Nilai pembelian Rp Ns = Nilai sisa Rp N = Umur ekonomis tahun Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak, juga dapat dikur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah analisis R-C rasio. Menurut Soekartawi 2002, analisis R-C rasio merupakan selisih perbandingan nisbah antara penerimaan dan biaya. Analisis R-C rasio dalam penelitian ini terdiri dari R-C rasio atas biaya tunai dan R-C rasio atas biaya total. R-C rasio atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara total penerimaan tunai dengan biaya tunai usahatani dalam satu MT, sedangkan R-C rasio atas biaya total dihitung dengan membandingkan total penerimaan dengan total pengeluaran usahatani. Rumus yang digunakan dalam analisis R-C rasio adalah sebagai berikut : Keterangan : TR = Total penerimaan usahatani Rp TC = Total biaya usahatani Rp Secara teoritis R-C rasio menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R-C rasionya dikurangi satu. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan efisien untuk diusahakan apabila nilai R-C rasio lebih besar dari satu RC 1, makin tinggi nilai R-C rasio menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin besar. Namun apabila R-C rasio lebih kecil dari satu RC 1, usaha tersebut tidak menguntungkan sehingga tidak efisien untuk diusahakan, dan apabila nilai R-C rasio sama dengan satu RC = 1 artinya kegiatan usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi. R-C rasio atas biaya tunai = TR tunai biaya tunai R-C rasio atas biaya total = TRTC Biaya Penyusutan = Nb − Ns N 37 Komponen penyusun perhitungan pendapatan usahatani ubi kayu adalah penerimaan, biaya tunai, dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani pemilik adalah biaya pupuk, tenaga kerja luar keluarga TKLK, dan pajak lahan. Biaya diperhitungkan untuk petani pemilik adalah bibit, penyusutan alat, tenaga kerja dalam keluarga TKDK, dan sewa lahan diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani penggarap adalah biaya pupuk, TKLK, dan sewa lahan. Biaya diperhitungkan untuk petani penggarap adalah bibit, penyusutan alat, dan TKDK Tabel 8. Tabel 8. Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu No. Komponen

A. Penerimaan

Penjualan

B. Biaya tunai

1. Sarana Produksi Pupuk 2. TKLK 3. Pajak Lahan 4. Sewa lahan lahan sewa Total biaya tunai

C. Biaya yang diperhitungkan Biaya tidak tunai

1. Bibit 2. Penyusutan alat 3. TKDK 4. Sewa lahan diperhitungkan lahan milik sendiri Total biaya yang diperhitungkan D. Jumlah total biaya B + C E. Pendapatan atas biaya tunai A - B F. Pendapatan atas biaya total A - D G. R-C rasio atas biaya tunai AB H. R-C rasio atas biaya total AD

4.5.3. Analisis Pemasaran  Analisis Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran ubi kayu di Desa Cikeas dianalisis secara kualitatif. Saluran pemasaran ubi kayu di Desa Cikeas dianalisis dengan mengamati lembaga-lembaga pemasaran yang berperan sebagai pihak perantara dalam proses penyampaian produk dari produsen hingga konsumen serta pembentukan saluran pemasaran. 38  Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran Analisis fungsi pemasaran dilakukan dengan mengidentifikasi fungsi- fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran dalam proses penyaluran ubi kayu dari titik produsen ke titik konsumen. Analisis fungsi pemasaran ubi kayu di Desa Cikeas dilihat dari fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.  Analisis Struktur Pasar Struktur pasar ubi kayu dianalisis berdasarkan saluran pemasaran yang didukung peranan fungsi-fungsinya, jumlah lembaga pemasaran yang terlibat penjual dan pembeli, kebebasan keluar masuk pasar, kondisi dan keadaan produk, penentuan harga, dan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran seperti: biaya, harga, dan kondisi pasar partisipan.  Analisis Perilaku Pasar Analisis perilaku pasar digunakan untuk melihat kegiatan yang tercipta diantara lembaga-lembaga pemasaran ubi kayu. Perilaku pasar dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan harga dan cara pembayaran, dan kerjasama antar lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran ubi kayu di Desa Cikeas.  Analisis Farmer’s Share Nilai farmer’s share digunakan untuk melihat apakah pemasaran ubi kayu memberikan balas jasa yang seimbang kepada petani. Farmer’s share dihitung dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : Fs = Farmer’s share Pf = Harga yang diterima petani Rpkg Pr = Harga yang dibayar konsumen Rpkg

4.5.4. Analisis Nilai Tambah

Kegiatan pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka mengakibatkan bertambahnya nilai ubi kayu. Pertambahan nilai ubi kayu dapat dianalisis dengan Fs = Pf Pr × 100 39 menggunakan metode Hayami. Kerangka analisis perhitungan nilai tambah metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami No. Keterangan Perhitungan Output, Input, Harga 1. Output Kg proses produksi A Utama Sampingan 2. Input ubi kayu Kg proses produksi B 3. Tenaga kerja HOK proses produksi C 4. Faktor konversi D = AB Utama Sampingan 5. Koefisien tenaga kerja E = CB 6. Harga output RpKg F Utama Sampingan 7. Upah tenaga kerja RpHOK G Pendapatan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku RpKg H 9. Sumbangan input lain RpKg I 10. Nilai output Rp J = D x F Utama Sampingan 11. a. Nilai tambah RpKg K = J – H – I b. Rasio nilai tambah L = KJ x 100 12. a. Pendapatan tenaga kerja RpKg M = E x G b. Bagian tenaga kerja N = MK x 100 13. a. Keuntungan RpKg O = K – M b. Tingkat keuntungan P = OK x 100 Balas Jasa untuk Faktor Produksi 14. Marjin RpKg Q = J – H a. Pendapatan tenaga kerja R = MQ x 100 b. Sumbagan input lain S = IQ x 100 c. Keuntungan pengolah T = OQ x 100 Sumber : Hayami et al., 1987

4.6. Definisi Operasional

Beberapa variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi usahatani, menganalisis pendapatan, pemasaran, dan nilai tambah ubi kayu antara lain : 40 1. Produksi total adalah hasil ubi kayu berupa umbi kupas yang diperoleh dari luas lahan tertentu, diukur dalam satuan kilogram. 2. Biaya tunai adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani untuk membeli pupuk, biaya untuk membayar pajak, sewa lahan, dan upah TKLK. 3. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran untuk pemakaian input milik sendiri, sewa lahan diperhitungkan, dan pembayaran upah TKDK. 4. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. 5. Penerimaan usahatani merupakan nilai dari penjualan produksi total yang dihasilkan. Hasil penjualan diperoleh dari perkalian antara jumlah output yang dihasilkan dengan tingkat harga output. 6. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya usahatani. Perhitungan pendapatan usahatani dilakukan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih penerimaan tunai dengan biaya tunai usahatani, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total usahatani. 7. Petani pemilik adalah petani yang memiliki lahan dan mengusahakan lahannya sendiri. Petani pemilik menggunakan seluruh lahannya untuk kegiatan usahatani ubi kayu. 8. Petani penggarap adalah petani yang mengusahakan lahan milik orang lain dalam melakukan kegiatan usahatani ubi kayu. 9. Harga jual ubi kayu di tingkat petani dalam analisis usahatani dan pemasaran adalah harga jual umbi kupas yang diterima petani dalam satuan rupiah per kilogram. 10. Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh lembaga pemasaran untuk menyalurkan ubi kayu dari produsen sampai konsumen. 11. Farmer’s share adalah proporsi dari harga yang diterima oleh petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir, yang dinyatakan dalam persentase. 12. Nilai tambah adalah selisih antara nilai output dikurangi dengan harga bahan baku dan sumbagan input lain dalam satu kali proses produksi dan dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram. 41 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Keadaan Umum dan Geografis

Dokumen yang terkait

Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu Di Kecamatan Pegajahan (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

5 69 134

Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

3 127 71

Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).

7 51 92

Analisis Curahan Tenaga Kerja, Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu. (Studi Kasus: di Desa Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simaiungun, Propinsi Sumatera Utara)

0 44 108

Analisis Pemasaran Ubi Kayu (Studi kasus : Desa Panombean Marjanji dan Desa Bosar Galugur, Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun.)

1 62 80

Sistem Dan Analisis Usahatani Ubi Kayu. (Studi kasus di Desa Penggalangan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang.)

0 52 124

Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Studi Kasus : Desa Marihat Bandar, Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun

10 89 90

Analisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian (studi kasus di kecamatan Cigudeg kabupaten Bogor)

4 12 200

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 4 208

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70