Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Pendapatan Usahatani, Pemasaran dan Nilai Tambah Ubi Kayu (Kasus Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor)

yang dihasilkan dari satu satuan input. Faktor koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Nilai produk menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input. Fungsi dari nilai tambah yang menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen, dapat dirumuskan sebagai berikut: Dimana: K = kapasitas produksi unit usaha unit B = jumlah bahan baku yang digunakan unit T = jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan HOK U = upah tenaga kerja RpHOK H = harga output Rpunit h = harga bahan baku Rp unit L = nilai input lain unit Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan, serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya maka proporsi bagian tenaga kerja lebih besar dari bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar dari proporsi bagian tenaga kerja.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Desa Cikeas merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Luas panen ubi kayu di Desa Cikeas pada tahun 2009 mengalami penurunan. Luas panen ubi kayu pada tahun 2008 sebesar 309 hektar menurun menjadi 117 hektar pada tahun 2009. Penurunan luas panen menunjukkan berkurangnya minat petani dalam usahatani ubi kayu padahal usahatani ubi kayu tergolong mudah. Terdapat satu buah Gapoktan di Desa Cikeas yaitu Gapoktan Sukaraharja. Sebagian besar petani Gapoktan Sukaraharja melakukan usahatani ubi kayu. Kegiatan usahatani ubi kayu yang dilakukan oleh petani masih dilakukan secara sederhana, terutama dalam hal pemupukan. Sebagian besar petani belum melakukan pemupukan sesuai dosis yang diajurkan oleh Petugas Penyuluh Lapangan PPL. Nilai tambah = f K, B, T, U, H, h, L 30 Kegiatan usahatani yang dilakukan petani juga mengalami banyak permasalahan, diantaranya adalah meningkatnya biaya produksi serta adanya serangan hama putih dan tungau merah. Biaya produksi meningkat karena adanya peningkatan harga pupuk dan upah tenaga kerja. Peningkatan harga pupuk dan upah tenaga kerja akan menambah biaya produksi dan pada akhirnya akan mengurangi pendapatan yang diperoleh petani. Serangan hama pada tanaman ubi kayu akan menyebabkan menurunnya jumlah produksi ubi kayu dan pada akhirnya juga akan mengurangi pendapatan yang diperoleh petani. Rendahnya harga ubi kayu juga akan menyebabkan rendahnya pendapatan petani. Analisis pendapatan usahatani dapat dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani masih memberikan keuntungan. Pendapatan usahatani dianalisis dengan menghitung penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi ubi kayu yang bertujuan untuk mengetahui pendapatan yang dihasilkan petani ubi kayu. Analisis R-C rasio dilakukan untuk melihat efisiensi usahatani ubi kayu. Usahatani ubi kayu efisien untuk diusahakan oleh petani apabila nilai R-C rasio lebih besar dari satu, dan apabila lebih kecil dari satu, maka usahatani ubi kayu tidak efisien untuk diusahakan. Ubi kayu segar yang dihasilkan oleh petani dari kegiatan budidaya memiliki sifat mudah rusak, volume besar, dan mengambil ruang yang banyak. Sifat fisik ubi kayu tersebut menyebabkan biaya pengangkutan ubi kayu segar relatif tinggi. Tingginya biaya pengangkutan menyebabkan sebagian besar petani menjual hasil panennya langsung kepada pengrajin tapioka dengan sistem borongan. Dalam sistem penjualan tersebut harga ditentukan berdasarkan kesepakatan antara petani dan pengrajin tapioka, tetapi dalam kenyataannya posisi petani lebih lemah sehingga harga akhir lebih ditentukan oleh pengrajin tapioka. Sifat ubi kayu yang mudah rusak juga akan mempengaruhi saluran pemasaran yang terbentuk. Analisis pemasaran dapat dilakukan untuk mengetahui sistem pemasaran ubi kayu di Desa Cikeas. Analisis pemasaran dilakukan dengan menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, serta struktur dan perilaku pasar. Jumlah lembaga atau pelaku pemasaran yang terlibat akan menentukan panjang 31 pendeknya saluran pemasaran. Analisis farmer’s share dilakukan untuk melihat efisiensi pemasaran ubi kayu di Desa Cikeas. Biaya pengangkutan ubi kayu segar di Desa Cikeas mengalami peningkatan dari Rp 3.000 per pikul pada tahun 2009 menjadi Rp 5.000 per pikul pada tahun 2010. Peningkatan biaya pengangkutan akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan pengolah tapioka dalam kegiatan produksinya. Kegiatan pengolahan yang dilakukan oleh pengolah tapioka akan meningkatkan nilai tambah ubi kayu. Analisis nilai tambah ubi kayu menjadi aci dilakukan dengan menggunakan metode Hayami. Analisis nilai tambah ubi kayu akan memberikan informasi mengenai faktor-faktor dari proses produksi yang menghasilkan atau meningkatkan nilai tambah ubi kayu atau sebaliknya. Kerangka pemikiran operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 1. 32 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional  Luas areal panen ubi kayu di Desa Cikeas menurun.  Adanya serangan hama putih dan tungau merah.  Kegiatan pemupukan belum dilakukan sesuai dengan dosis yang dianjurkan.  Biaya produksi semakin meningkat pupuk dan tenaga kerja. Biaya pengangkutan ubi kayu segar meningkat. Keragaan Usahatani Analisis Usahatani :  Analisis pendapatan usahatani - Penerimaan usahatani - Biaya usahatani  Analisis R-C rasio Analisis Pemasaran :  Saluran pemasaran  Fungsi-fungsi pemasaran  Struktur dan perilaku pasar  Farmer’s share Analisis Nilai Tambah :  Besarnya nilai tambah  Nilai output  Keuntungan  Pendapatan tenaga kerja Informasi dan Rekomendasi 33 IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu Di Kecamatan Pegajahan (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

5 69 134

Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

3 127 71

Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).

7 51 92

Analisis Curahan Tenaga Kerja, Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu. (Studi Kasus: di Desa Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simaiungun, Propinsi Sumatera Utara)

0 44 108

Analisis Pemasaran Ubi Kayu (Studi kasus : Desa Panombean Marjanji dan Desa Bosar Galugur, Kecamatan tanah Jawa Kabupaten Simalungun.)

1 62 80

Sistem Dan Analisis Usahatani Ubi Kayu. (Studi kasus di Desa Penggalangan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang.)

0 52 124

Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Studi Kasus : Desa Marihat Bandar, Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun

10 89 90

Analisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon gergajian (studi kasus di kecamatan Cigudeg kabupaten Bogor)

4 12 200

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 4 208

Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani ubi kayu desa galuga kecamatan cibungbulang kabupaten Bogor

2 11 70